25.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Potret Keseharian hingga Relasi Manusia-Hewan dalam Pameran Natural Born Odds

Dari karya 12 seniman asal Korea Selatan (Korsel) terpancar bagaimana hangatnya budaya negara K-pop tersebut. Kekayaan budaya Korsel, keingintahuan dan ”haus” akan teknologi, serta kehidupan keseharian terlihat dalam kekaryaan para seniman itu.

SALAH satu karya seni yang dipamerkan di Salihara Arts Center hingga besok (26/11) itu berjudul The Burning Love. Sebuah karya dengan berbagai media, dari layar berlatar belakang dekorasi khas Korsel. Dari layar tersebut disuguhkan sebuah prosesi pemakaman dari anjing peliharaan.

Iringan lagu yang lambat seolah mengantar penonton karya itu menyaksikan si anjing mengucapkan perpisahan kepada pemiliknya. Lantas, anjing itu digambarkan terbang semacam roket menuju ke sebuah jembatan pelangi. Menontonnya berkali-kali membuat keharuan tersendiri.

Terasa bagaimana seniman Korsel menggunakan teknologi merepresentasikan dari sebuah kondisi spiritual. Pun, dengan kehangatan hubungan antara majikan dan peliharaan terasa dalam.

Karya seniman Korsel Kim Min-hee, dua bertajuk Salvation dan satu lagi Jibril, mengkritik animasi Asia Timur. (MIFTAHUL HAYAT/JAWA POS)

Kurator pameran Natural Born Odds Jang Hye-jung mengatakan, karya seni seniman Ryu Sung-sil itu memang memotret tradisi pemakaman hewan peliharaan yang mulai banyak dilakukan di Korsel. ”Akhir-akhir ini pemakaman anjing umum dilakukan di Korea,” kata Hye-jung.

Peliharaan dianggap sudah menjadi anggota keluarga. Karenanya layak untuk dilakukan semacam prosesi pemakaman untuk anggota keluarga tersebut. ”Karya The Burning Love merekam bagaimana penghargaan keluarga terhadap peliharaannya,” ujar Hye-jung.

Baca Juga :  Kampanyekan Penyelamatan Orangutan Lewat Lukisan

Karya seni yang unik lainnya dari seniman Ahn Cho-rong. Karyanya kebanyakan merupakan foto kehidupan sehari-harinya. Terdapat enam karya yang disajikan Cho-rong. Yakni Homecare#1, Kitchenware#2, Textiles, You Can’t Leave Without Cake at Party, The Window With Neon Star, dan Pat.

Yang begitu terasa khas Korsel ada di karya berjudul Kitchenware#2. Dalam karya itu Cho-rong memotret kondisi meja di dapurnya. Terdapat seekor gurita dan ikan yang siap dimasak. Meja itu berwarna putih dengan ornamen barang-barang dapur khas Korsel. Begitu bersih walau tidak bisa dianggap luas. ”Memang seniman ini karyanya mengambil foto dari kehidupan sehari-harinya. Foto itu diambil dari rumah orang tuanya,” jelas Hye-jung.

Karya Homecare#1 juga begitu personal. Menggambarkan sebuah meja hias yang begitu banyak alat rias. Ada pula sejumlah perhiasan yang tergeletak. ”Mereka ingin menunjukkan kehidupan mereka di Korea. Mungkin malah ada kesamaan dengan orang Indonesia,” ujar kurator lainnya, Juli Yoon.

Baca Juga :  Alam Hadiri Gelaran Art Jakarta 2023, Apresiasi Perkembangan Industri Kreatif

Juli menjelaskan, terdapat 20 karya seni yang dipamerkan dari 12 seniman asal Korea. Satu di antara 12 seniman itu menampilkan performing art. Ke-12 seniman tersebut adalah Kim Min-hee, Ryu Sung-sil, Rhee Dong-hoon, Ahn Cho-rong, Hyun Nahm, Choi Yong-joon, Don Sun Pil, Mooni Perry, Im Young-zoo, Cha Jea-min, Jeong Yeo-reum, dan Mu:p.

Berbagai karya seni rupa tersebut dibuat pada tahun yang berbeda-beda. Yang memang dipilih untuk ditampilkan di Indonesia. ”Namun, ada satu seniman Kim Min-hee yang membuat tiga karya lukisan khusus untuk pameran ini,” papar Juli.

Dari dua karya Min-hee berjudul sama Salvation, tampak dua lukisan itu memang memiliki keterhubungan. Menggambarkan perempuan yang begitu terasa kesan animasinya.

Satu karya lain Min-hee yang berjudul Jibril terpancar lebih gelap dan dalam. ”Memang tiga karya itu mengkritik animasi di Asia Timur yang menjadikan feminisme sebagai konsumsi,” ujar Juli.

Pameran Natural Born Odds itu digelar untuk memperingati hubungan diplomatik antara Korsel-Indonesia yang telah berlangsung selama 50 tahun. Dengan pameran itu tentu diharapkan komunikasi antara Korsel dan Indonesia bisa terbangun dalam seni kontemporer. (idr/c9/dra/jpc/hnd)

Dari karya 12 seniman asal Korea Selatan (Korsel) terpancar bagaimana hangatnya budaya negara K-pop tersebut. Kekayaan budaya Korsel, keingintahuan dan ”haus” akan teknologi, serta kehidupan keseharian terlihat dalam kekaryaan para seniman itu.

SALAH satu karya seni yang dipamerkan di Salihara Arts Center hingga besok (26/11) itu berjudul The Burning Love. Sebuah karya dengan berbagai media, dari layar berlatar belakang dekorasi khas Korsel. Dari layar tersebut disuguhkan sebuah prosesi pemakaman dari anjing peliharaan.

Iringan lagu yang lambat seolah mengantar penonton karya itu menyaksikan si anjing mengucapkan perpisahan kepada pemiliknya. Lantas, anjing itu digambarkan terbang semacam roket menuju ke sebuah jembatan pelangi. Menontonnya berkali-kali membuat keharuan tersendiri.

Terasa bagaimana seniman Korsel menggunakan teknologi merepresentasikan dari sebuah kondisi spiritual. Pun, dengan kehangatan hubungan antara majikan dan peliharaan terasa dalam.

Karya seniman Korsel Kim Min-hee, dua bertajuk Salvation dan satu lagi Jibril, mengkritik animasi Asia Timur. (MIFTAHUL HAYAT/JAWA POS)

Kurator pameran Natural Born Odds Jang Hye-jung mengatakan, karya seni seniman Ryu Sung-sil itu memang memotret tradisi pemakaman hewan peliharaan yang mulai banyak dilakukan di Korsel. ”Akhir-akhir ini pemakaman anjing umum dilakukan di Korea,” kata Hye-jung.

Peliharaan dianggap sudah menjadi anggota keluarga. Karenanya layak untuk dilakukan semacam prosesi pemakaman untuk anggota keluarga tersebut. ”Karya The Burning Love merekam bagaimana penghargaan keluarga terhadap peliharaannya,” ujar Hye-jung.

Baca Juga :  Kampanyekan Penyelamatan Orangutan Lewat Lukisan

Karya seni yang unik lainnya dari seniman Ahn Cho-rong. Karyanya kebanyakan merupakan foto kehidupan sehari-harinya. Terdapat enam karya yang disajikan Cho-rong. Yakni Homecare#1, Kitchenware#2, Textiles, You Can’t Leave Without Cake at Party, The Window With Neon Star, dan Pat.

Yang begitu terasa khas Korsel ada di karya berjudul Kitchenware#2. Dalam karya itu Cho-rong memotret kondisi meja di dapurnya. Terdapat seekor gurita dan ikan yang siap dimasak. Meja itu berwarna putih dengan ornamen barang-barang dapur khas Korsel. Begitu bersih walau tidak bisa dianggap luas. ”Memang seniman ini karyanya mengambil foto dari kehidupan sehari-harinya. Foto itu diambil dari rumah orang tuanya,” jelas Hye-jung.

Karya Homecare#1 juga begitu personal. Menggambarkan sebuah meja hias yang begitu banyak alat rias. Ada pula sejumlah perhiasan yang tergeletak. ”Mereka ingin menunjukkan kehidupan mereka di Korea. Mungkin malah ada kesamaan dengan orang Indonesia,” ujar kurator lainnya, Juli Yoon.

Baca Juga :  Alam Hadiri Gelaran Art Jakarta 2023, Apresiasi Perkembangan Industri Kreatif

Juli menjelaskan, terdapat 20 karya seni yang dipamerkan dari 12 seniman asal Korea. Satu di antara 12 seniman itu menampilkan performing art. Ke-12 seniman tersebut adalah Kim Min-hee, Ryu Sung-sil, Rhee Dong-hoon, Ahn Cho-rong, Hyun Nahm, Choi Yong-joon, Don Sun Pil, Mooni Perry, Im Young-zoo, Cha Jea-min, Jeong Yeo-reum, dan Mu:p.

Berbagai karya seni rupa tersebut dibuat pada tahun yang berbeda-beda. Yang memang dipilih untuk ditampilkan di Indonesia. ”Namun, ada satu seniman Kim Min-hee yang membuat tiga karya lukisan khusus untuk pameran ini,” papar Juli.

Dari dua karya Min-hee berjudul sama Salvation, tampak dua lukisan itu memang memiliki keterhubungan. Menggambarkan perempuan yang begitu terasa kesan animasinya.

Satu karya lain Min-hee yang berjudul Jibril terpancar lebih gelap dan dalam. ”Memang tiga karya itu mengkritik animasi di Asia Timur yang menjadikan feminisme sebagai konsumsi,” ujar Juli.

Pameran Natural Born Odds itu digelar untuk memperingati hubungan diplomatik antara Korsel-Indonesia yang telah berlangsung selama 50 tahun. Dengan pameran itu tentu diharapkan komunikasi antara Korsel dan Indonesia bisa terbangun dalam seni kontemporer. (idr/c9/dra/jpc/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru