Pada hari-hari ini, pandangan Indonesia sebagai negara maritim belum terwujud. Justru kerap kali laut dipunggungi. Perupa Iwan Yusuf melalui karya bertajuk Laut Halaman Rumah mengajak untuk mengembalikan laut ke tempat semula.
MASUK ke Museum Bahari Jakarta, pengunjung langsung disambut dengan sebuah seni instalasi gigantik. Dengan ukuran 3 x 4 meter, karya itu menggambarkan anak-anak sedang berlari dan bermain di pinggir pantai. Tergurat kegembiraan. Namun, nuansa hitam legamnya seakan menyindir setiap orang yang mengerdilkan laut. Apalagi dengan dominasi nuansa jaring-jaring sobek itu.
Perupa Iwan Yusuf menuturkan, memang Indonesia harus menengok kembali bagaimana makna laut, pantai, dan pesisir. ”Seperti maknanya untuk masyarakat pesisir,” kata Iwan.
Seni, lanjut dia, menjadi pemicu agar masyarakat, bangsa, dan negara berpikir ulang tentang sesuatu yang dilupakan. Memang Iwan ingin merangsang pandangan baru terhadap kehidupan laut agar semua kembali menjelajah ruang dan makna dengan jaringnya. ”Agar ditengok kembali dengan pandangan baru,” ujar Iwan.
Karyanya tersebut merupakan hasil observasi dari masyarakat pesisir di Gorontalo yang notabene asal Iwan. ”Karya ini mengingatkan masa kecil saya. Gambaran anak-anak bermain di pantai ini merupakan memori terkuat saat pulang kampung,” jelasnya.
Sementara itu, kurator instalasi Laut Halaman Rumah Sudjud Dartanto memberikan analisisnya terhadap karya tersebut. Menurut dia, seni instalasi Laut Halaman Rumah itu secara bentuk tergolong istimewa.
Iwan dikenal khalayak umum dan seni dengan keterampilan teknik tinggi berupa foto realistis atau foto realis. ”Kehadiran instalasi seni relief ini menampilkan sisi lain keterampilan Iwan Yusuf,” urai Sudjud.
Apalagi, penggunaan bahan jaring jelas menambah keistimewaan karya yang hadir di Museum Bahari sebagai commissioning art tersebut. Karya yang dipesan langsung oleh Museum Bahari Jakarta.
Karena itu pula, sudah benar letaknya berada di ruang depan Museum Bahari. Seakan menyambut setiap orang yang akan masuk ke museum. ”Karena memang permintaannya, karya ini menerjemahkan visi dan misi dari museum,” terang Sudjud.
Soal ”jeroan” karya Iwan itu, Sudjud mengatakan bahwa ajakan untuk menengok kembali pada lautan sangat penting. Indonesia merupakan negara kepulauan. Maka, kebudayaan maritim merupakan bagian penting Nusantara. ”Kita sudah terlalu lama tidak mengenal khazanah maritim sendiri,” ujarnya.
Sudjud menuturkan, dengan karya tersebut, Iwan kembali mengingatkan tentang kesadaran maritim. Sebuah eksistensi itu perlu oase kesadaran. ”Iwan Yusuf memberikan memoar akan kekuatan maritim yang seharusnya Indonesia miliki,” tegas Sudjud. (idr/c7/dra/jpg)