34 C
Jakarta
Saturday, November 2, 2024

Menyelami Jejak Perupa Kota Palangka Raya Lewat Karya

DERETAN lukisan legendaris terpampang rapi di UPT Taman Budaya Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Pameran Seni Rupa Jejak Rupa Solo Exhibition, 30 Oktober -12 November. Pemilik karya, Pebruarison Lampang mengatakan bahwa pameran seni rupa ini perwujudan perjalanan seni rupa dari tahun 1992-2024. Pengunjung mendapat kesempatan menyelami karya seni rupa yang berusia lebih dari 30 tahun hingga karya-karya terbaru.

“Pameran tunggal ini sudah delapan kali digelar dengan tema-tema yang berbeda setiap pamerannya,” katanya, Rabu (30/10) lalu.

Seniman ini pertama kali menyelenggarakan pameran solonya pada tahun 1999 silam. Ia mulai melukis sejak menginjak masih kanak-kanak. Saat melakukan kegiatan hal seputar kesenian, ia merasakan kebahagiaan.

“Penikmat seni akan melihat bagaimana kebahagiaan bisa diwujudkan dalam sebuah karya,” jelasnya.

Pria berbadan gagah ini mengaku bahwa terkadang ia melukis dengan nuansa pesan lembut atau sangar bahkan menggunakan warna-warna yang mewakili perasaannya. Setiap karya memiliki makna masing-masing.

Baca Juga :  Revitalitasi Rampung, Museum Nasional Kini Usung Konsep Baru

Dari berbagai lukisan yang dipamerkan di Pameran Seni Rupa Jejak Rupa Solo Exhibition di dalam lukisannya dominan terdapat lukisan burung.

“Burung merpati itu simbol cinta yang tulus dan setia kepada pasangannya” ujarnya.

Menurutnya lukisan yang di dalamnya terdapat lukisan menyerupai merpati yang memiliki arti sebagai cahaya Ilahi dan dipercaya dapat membawa kedamaian dan cinta yang tulus.

Ia menceritakan bahwa terkadang melukis tidak hanya menggunakan kuas namun memanfaatkan cetokan semen, sandal dan sabut. Lalu, untuk catnya tidak semata-mata menggunakan cat lukis namun juga dari tumbuhan.

“Ada karya yang saya buat memanfaatkan cat dari bahan gambut,” tegasnya.

Bagi pria berusia 54 tahun ini karya-karya yang dilukis menjadi belahan jiwa dan seperti anakanaknya.

Baca Juga :  48 Pelukis Wanita Jawa Timur Berbagi Keindahan di Ruang Bawah Tanah

“Ketika even pameran tunggal ini seperti merayakan ulang tahun anak-anak saya,” tambahnya. Selain menjadi seorang seniman, Pebruarison Lampang merupakan pendiri Sanggar Seni Rupa Kahalap Palangka Raya. Ia membeberkan Sanggar Seni ini dibangun sejak tahun 2000 setelah ia lulus kuliah pada tahun 1994. Pameran solo tahun 2024 ini memamerkan 122 karya lukisan dari Pebruarison Lampang dan anggota Sanggar Seni Rupa Kahalap ini.

Setiap karya anggota Sanggar Seni memiliki potensi dan patut dipamerkan. Pria kelahiran tahun 1970 ini menyampaikan bahwa biasanya ketika ada even besar, anggota sanggar akan di bawa.

“Harapan saya untuk anak-anak sanggar terus semangat dalam berkarya u karena berjuang itu tidak gampang dan perlu pengorbanan,” pungkasnya. (nad/abw/kpg)

DERETAN lukisan legendaris terpampang rapi di UPT Taman Budaya Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Pameran Seni Rupa Jejak Rupa Solo Exhibition, 30 Oktober -12 November. Pemilik karya, Pebruarison Lampang mengatakan bahwa pameran seni rupa ini perwujudan perjalanan seni rupa dari tahun 1992-2024. Pengunjung mendapat kesempatan menyelami karya seni rupa yang berusia lebih dari 30 tahun hingga karya-karya terbaru.

“Pameran tunggal ini sudah delapan kali digelar dengan tema-tema yang berbeda setiap pamerannya,” katanya, Rabu (30/10) lalu.

Seniman ini pertama kali menyelenggarakan pameran solonya pada tahun 1999 silam. Ia mulai melukis sejak menginjak masih kanak-kanak. Saat melakukan kegiatan hal seputar kesenian, ia merasakan kebahagiaan.

“Penikmat seni akan melihat bagaimana kebahagiaan bisa diwujudkan dalam sebuah karya,” jelasnya.

Pria berbadan gagah ini mengaku bahwa terkadang ia melukis dengan nuansa pesan lembut atau sangar bahkan menggunakan warna-warna yang mewakili perasaannya. Setiap karya memiliki makna masing-masing.

Baca Juga :  Revitalitasi Rampung, Museum Nasional Kini Usung Konsep Baru

Dari berbagai lukisan yang dipamerkan di Pameran Seni Rupa Jejak Rupa Solo Exhibition di dalam lukisannya dominan terdapat lukisan burung.

“Burung merpati itu simbol cinta yang tulus dan setia kepada pasangannya” ujarnya.

Menurutnya lukisan yang di dalamnya terdapat lukisan menyerupai merpati yang memiliki arti sebagai cahaya Ilahi dan dipercaya dapat membawa kedamaian dan cinta yang tulus.

Ia menceritakan bahwa terkadang melukis tidak hanya menggunakan kuas namun memanfaatkan cetokan semen, sandal dan sabut. Lalu, untuk catnya tidak semata-mata menggunakan cat lukis namun juga dari tumbuhan.

“Ada karya yang saya buat memanfaatkan cat dari bahan gambut,” tegasnya.

Bagi pria berusia 54 tahun ini karya-karya yang dilukis menjadi belahan jiwa dan seperti anakanaknya.

Baca Juga :  48 Pelukis Wanita Jawa Timur Berbagi Keindahan di Ruang Bawah Tanah

“Ketika even pameran tunggal ini seperti merayakan ulang tahun anak-anak saya,” tambahnya. Selain menjadi seorang seniman, Pebruarison Lampang merupakan pendiri Sanggar Seni Rupa Kahalap Palangka Raya. Ia membeberkan Sanggar Seni ini dibangun sejak tahun 2000 setelah ia lulus kuliah pada tahun 1994. Pameran solo tahun 2024 ini memamerkan 122 karya lukisan dari Pebruarison Lampang dan anggota Sanggar Seni Rupa Kahalap ini.

Setiap karya anggota Sanggar Seni memiliki potensi dan patut dipamerkan. Pria kelahiran tahun 1970 ini menyampaikan bahwa biasanya ketika ada even besar, anggota sanggar akan di bawa.

“Harapan saya untuk anak-anak sanggar terus semangat dalam berkarya u karena berjuang itu tidak gampang dan perlu pengorbanan,” pungkasnya. (nad/abw/kpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/