27.1 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Seni Tak Lagi Dipandang Eksklusif

FOUNDER dan CEO Ganara Art Tita Djumaryo mengakui, tren ikut workshop di art space membuatnya bangga. Apa pun alasannya, tren tersebut meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni. Artinya, seni tidak lagi menjadi sesuatu yang eksklusif atau milik kalangan tertentu.

”Masyarakat menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan mereka. Ini sungguh berbeda dengan sebelum pandemi,” ungkapnya saat diwawancarai Jawa Pos pada Jumat (23/2).

Menurut Tita, pandemi meningkatkan awareness masyarakat global untuk mencapai kebahagiaan dan mindfulness melalui kreasi. Ganara yang sejak awal mengusung semangat art for everyone pun kini menjadi jujukan muda-mudi. Apalagi, kreasi Ganara cenderung modern dan kontemporer sehingga dirasa pas oleh anak-anak zaman now. ”Akhirnya jadi alternatif kegiatan hang out masa kini,” ujar alumnus ITB tersebut.

Baca Juga :  Potret Keseharian hingga Relasi Manusia-Hewan dalam Pameran Natural Born Odds

Seni keramik Ganara yang lahir pada 2018 berpatokan pada mindfulness pottery. Karena itu, proses kreatifnya diminati banyak kalangan. Khususnya mereka yang memang menjadikan seni sebagai bagian dari gaya hidup. ”Pottery menjadi minat utama pengunjung Ganara sekarang. Bentuk yang paling banyak dibuat adalah mug atau gelas,” kata Tita.

Karena mayoritas pengunjungnya adalah Gen Z, Ganara Art mengakomodasi kebutuhan mereka. Yakni, bikin konten. Di setiap meja workshop, Tita dan timnya menyediakan tripod. Dengan demikian, para peserta workshop bisa merekam aktivitas mereka di art space tersebut dengan smartphone untuk kemudian menjadi konten medsos.

Bagi Tita, seni bukanlah hal baru. Sejak masih belia, dia akrab dengan seni. Seiring dengan berjalannya waktu, seni menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Tita. Seni, menurut Tita, memberinya perspektif yang lebih bijak tentang kehidupan. Khususnya tentang saling menghargai dan menghormati karena setiap manusia punya sudut pandang yang berbeda. (mia/c14/hep/jpg)

Baca Juga :  Pameran Prolog: Adisatria Adiluhung, Menjembatani Seni dan Awam

FOUNDER dan CEO Ganara Art Tita Djumaryo mengakui, tren ikut workshop di art space membuatnya bangga. Apa pun alasannya, tren tersebut meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni. Artinya, seni tidak lagi menjadi sesuatu yang eksklusif atau milik kalangan tertentu.

”Masyarakat menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan mereka. Ini sungguh berbeda dengan sebelum pandemi,” ungkapnya saat diwawancarai Jawa Pos pada Jumat (23/2).

Menurut Tita, pandemi meningkatkan awareness masyarakat global untuk mencapai kebahagiaan dan mindfulness melalui kreasi. Ganara yang sejak awal mengusung semangat art for everyone pun kini menjadi jujukan muda-mudi. Apalagi, kreasi Ganara cenderung modern dan kontemporer sehingga dirasa pas oleh anak-anak zaman now. ”Akhirnya jadi alternatif kegiatan hang out masa kini,” ujar alumnus ITB tersebut.

Baca Juga :  Potret Keseharian hingga Relasi Manusia-Hewan dalam Pameran Natural Born Odds

Seni keramik Ganara yang lahir pada 2018 berpatokan pada mindfulness pottery. Karena itu, proses kreatifnya diminati banyak kalangan. Khususnya mereka yang memang menjadikan seni sebagai bagian dari gaya hidup. ”Pottery menjadi minat utama pengunjung Ganara sekarang. Bentuk yang paling banyak dibuat adalah mug atau gelas,” kata Tita.

Karena mayoritas pengunjungnya adalah Gen Z, Ganara Art mengakomodasi kebutuhan mereka. Yakni, bikin konten. Di setiap meja workshop, Tita dan timnya menyediakan tripod. Dengan demikian, para peserta workshop bisa merekam aktivitas mereka di art space tersebut dengan smartphone untuk kemudian menjadi konten medsos.

Bagi Tita, seni bukanlah hal baru. Sejak masih belia, dia akrab dengan seni. Seiring dengan berjalannya waktu, seni menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Tita. Seni, menurut Tita, memberinya perspektif yang lebih bijak tentang kehidupan. Khususnya tentang saling menghargai dan menghormati karena setiap manusia punya sudut pandang yang berbeda. (mia/c14/hep/jpg)

Baca Juga :  Pameran Prolog: Adisatria Adiluhung, Menjembatani Seni dan Awam

Terpopuler

Artikel Terbaru