PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pengawasan ketat yang dilakukan oleh petugas gabungan terhadap orang keluar masuk kapal di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mendapat apresiasi dari Wakil Ketua I DPRD Kalimantan Tengah H Abdul Razak.
Karena dengan adanya pengawasan dan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat di pintu keluar masuk pelabuhan, politikus senior Partai Golkar Kalteng ini yakin kasus orang terkomfirmasi Covid-19 di provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai ini dapat berkurang. Terlebih saat ini, seluruh daerah di Kalteng mengalami penurunan level. Dari level 4 menjadi level 3. Bahkan beberapa daerah, ada yang telah ditetapkan pemerintah menjadi level 2.
“Upaya seperti ini harus dipertahankan dan mendapat dukungan. Apabila kasus orang terkomfirmasi Covid-19 dapat ditekan, dengan sendirinya roda perekonomian akan ikut berjalan,” kata Razak, Jumat (1/10).
Lebih lanjut, Wakil rakyat asal dapil III Kalteng yang meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Lamandau dan Sukamara ini mengingatkan, agar masyarakat tidak kendur dalam menerapkan prokes, meski kasus orang terkonfirmasi Covid-19 mengalami penurunan. Karena, menurut dia, sekali saja lengah atau mengabaikan prokes, bukan tidak mungkin virus ini akan dengan cepat bermutasi kembali di tengah masyarakat.
“Semua ingin pandemi Covid-19 ini berakhir dan roda perekonomian kembali berjalan dengan normal seperti dulu. Langkah yang bisa kita lakukan yaitu memberi dukungan kepada pemerintah melalui program dan kebijakannya,” kata Razak.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengatakan, antisipasi ledakan kasus corona atau varian baru yang saat ini banyak diperbincangkan yakni Mu, maka penerapan prokes menjadi kunci utama. Lantaran, apabila terjadi peningkatan kasus, maka akan berdampak pada kapasitas fasilitas kesehatan (faskes) dan tenaga kesehatan (nakes).
“Seperti di Singapura, meski saat ini angka kasus tinggi tetapi angka kematian rendah,” katanya.
Hal ini, menurut Suyuti, karena jumlah penduduk di Singapura sekitar enam juta saja. Angka ini dapat dengan mudah dikendalikan. Namun, berbeda dengan penduduk Indonesia yang lebih banyak berkali-kali lipat dari jumlah pendudukan Singapura.
“Harus ada keseimbangan antara pasien dengan nakes dan faskes. Jika lebih banyak yang sakit, maka akan mempengaruhi ketersediaan nakes dan faskes,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjut dia, dengan penerapan prokes yang ketat, secara efektif dapat mencegah penularan Covid-19.
“Maka orang yang sakit berkurang, angka kematian pun akan berkurang,” pungkasnya.