31.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Tak Bahagia, Hampir Separo Pasutri Bertahan Hanya Demi Anak

Pernikahan
seharusnya menjadi komitmen yang penuh kasih antara dua orang. Sayangnya, tak
semua pernikahan berjalan mulus dan bahagia. Sebagian besar pasangan suami
istri justru bertahan dalam pernikahan hanya demi anak-anak mereka, walaupun
batin sebetulnya tak bahagia.

Sebuah
survei terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan pernikahan lebih mirip penjara.
Sekelompok 2 ribu orang dewasa yang sudah menikah yang tinggal di Inggris Raya
menjadi subjek penelitian. Hampir setengah (47 persen) mengatakan, satu-satunya
alasan mereka masih bertahan dalam rumah tangga adalah demi anak-anak mereka
seperti dilansir dari StudyFinds, Jumat (13/11).

Banyak
yang melaporkan pernikahan mereka nyaman 77 persen, sementara 15 persen lainnya
percaya bahwa pernikahan mereka hambar. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa
pernikahan mereka adalah penyebab stres nomor satu dalam hidup mereka yakni
sebanyak 12 persen.

Baca Juga :  Kulit Lebih Lembap, Tyna Kanna Mirdad Suka Pakai Serum Hyaluronic Acid

Secara
finansial, seperenam dari survei OnePoll tidak yakin mereka mampu hidup sendiri
saat cinta dan pernikahan berhenti berjalan bersama.

Studi
tersebut, yang ditugaskan oleh Real Fix, juga menanyakan kepada peserta tentang
alasan utama mengapa pernikahan mereka bermasalah. Jawaban nomor satu untuk
pertanyaan itu adalah tidak ada cinta lagi (51 persen), masalah hubungan intim
(45 persen), tidak ada lagi kegembiraan, terlalu banyak bertengkar, dan tidak
menghabiskan cukup waktu bersama. Alasan lainnya termasuk terlalu banyak
kekhawatiran akan uang, perbedaan hobi dan minat, kurangnya komunikasi,
pasangan malas, dan keegoisan.

Khususnya,
14 persen responden berharap mereka dapat memutar balik waktu. “Saya bersedia
memutar waktu seperti dulu,” kata mereka.

Baca Juga :  TK Beringin Ikuti Lomba Mewarnai

Pria
dua kali lebih mungkin merasa tersiksa batin. Dan pria juga lebih cenderung
menggambarkan pernikahan mereka tanpa cinta. Demikian pula, 20 persen dari
semua responden menganggap mereka menikah terlalu muda.

Satu
dari empat mengatakan mereka takut sendirian. Dan lainnya khawatir apa yang
orang lain akan pikirkan jika mereka bercerai.

Lebih
dari 20 persen mengakui bahwa mereka tidak pernah berhubungan intim lagi dengan
pasangannya. Ada juga alasan perselingkuhan(14 persen responden pria, 5 persen
perempuan).

Dan
77 persen mengatakan bahwa landasan sejati dari pernikahan yang bahagia adalah
rasa saling percaya. Yang lain mengatakan kehidupan intim yang hebat adalah
kuncinya (40 persen).

Pernikahan
seharusnya menjadi komitmen yang penuh kasih antara dua orang. Sayangnya, tak
semua pernikahan berjalan mulus dan bahagia. Sebagian besar pasangan suami
istri justru bertahan dalam pernikahan hanya demi anak-anak mereka, walaupun
batin sebetulnya tak bahagia.

Sebuah
survei terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan pernikahan lebih mirip penjara.
Sekelompok 2 ribu orang dewasa yang sudah menikah yang tinggal di Inggris Raya
menjadi subjek penelitian. Hampir setengah (47 persen) mengatakan, satu-satunya
alasan mereka masih bertahan dalam rumah tangga adalah demi anak-anak mereka
seperti dilansir dari StudyFinds, Jumat (13/11).

Banyak
yang melaporkan pernikahan mereka nyaman 77 persen, sementara 15 persen lainnya
percaya bahwa pernikahan mereka hambar. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa
pernikahan mereka adalah penyebab stres nomor satu dalam hidup mereka yakni
sebanyak 12 persen.

Baca Juga :  Kulit Lebih Lembap, Tyna Kanna Mirdad Suka Pakai Serum Hyaluronic Acid

Secara
finansial, seperenam dari survei OnePoll tidak yakin mereka mampu hidup sendiri
saat cinta dan pernikahan berhenti berjalan bersama.

Studi
tersebut, yang ditugaskan oleh Real Fix, juga menanyakan kepada peserta tentang
alasan utama mengapa pernikahan mereka bermasalah. Jawaban nomor satu untuk
pertanyaan itu adalah tidak ada cinta lagi (51 persen), masalah hubungan intim
(45 persen), tidak ada lagi kegembiraan, terlalu banyak bertengkar, dan tidak
menghabiskan cukup waktu bersama. Alasan lainnya termasuk terlalu banyak
kekhawatiran akan uang, perbedaan hobi dan minat, kurangnya komunikasi,
pasangan malas, dan keegoisan.

Khususnya,
14 persen responden berharap mereka dapat memutar balik waktu. “Saya bersedia
memutar waktu seperti dulu,” kata mereka.

Baca Juga :  TK Beringin Ikuti Lomba Mewarnai

Pria
dua kali lebih mungkin merasa tersiksa batin. Dan pria juga lebih cenderung
menggambarkan pernikahan mereka tanpa cinta. Demikian pula, 20 persen dari
semua responden menganggap mereka menikah terlalu muda.

Satu
dari empat mengatakan mereka takut sendirian. Dan lainnya khawatir apa yang
orang lain akan pikirkan jika mereka bercerai.

Lebih
dari 20 persen mengakui bahwa mereka tidak pernah berhubungan intim lagi dengan
pasangannya. Ada juga alasan perselingkuhan(14 persen responden pria, 5 persen
perempuan).

Dan
77 persen mengatakan bahwa landasan sejati dari pernikahan yang bahagia adalah
rasa saling percaya. Yang lain mengatakan kehidupan intim yang hebat adalah
kuncinya (40 persen).

Terpopuler

Artikel Terbaru