25 C
Jakarta
Thursday, November 28, 2024

Waduh! RS di Jakarta Full Pasien Covid, Pasien Dirawat di Lorong, Ambu

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Seorang perawat RSUD di Jakarta Utara
menceritakan bahwa di rumah sakit tempatnya bekerja kewalahan tangani pasien
Covid-19. Akibat pasien Corona sudah terlalu banyak, sehingga melebihi
kapasitas tempat tidur. Bahkan beberapa pasien terpaksa dirawat di lorong rumah
sakit karena tidak ada lagi tempat tidur yang tersedia.

“Jujur sekarang RS penuh banget
sampai aku jaga di IGD pasien sampai duduk di kursi karena nggak ada bed lagi,
pasien terpaksa beberapa kita taro di lorong-lorong karena ruangan juga sudah
penuh, atau bahkan di depan meja kita isinya pasien,” jelas perawat berinisial
O, seperti dikutip dari detik.com, Rabu (15/9).

“Kalau pasien sesak kita langsung
sibuk kocar-kacir nyari tabung oksigen. Dan jujur kita juga kekurangan tenaga
karena teman kita banyak yang positif harus diisolasi atau dirawat di RS,”
lanjutnya.

Diceritakan O, momen haru yang
dirasakannya adalah saat pasien mengalami sesak napas, ia pun hanya bisa
berkomunikasi dengan keluarga via telepon. Sayangnya, satu jam kemudian pasien
tersebut lantas mengalami henti napas dan tidak berhasil melawan Covid-19.

“Pengalaman selama ini sudah
pasti takut tapi harus dihadapi, sedih sudah pasti karena tiap hari kerja
ngeliat pasien-pasien datang keadaan masih sadar tapi cepat banget perburukan
atau penurunan, bahkan proses pasien dari baru dateng terus meninggal itu cepat
banget karena sesak berat,” tambah O.

“Kematian secepat itu biarpun
sumpah kita kerja bener-bener keras buat mempertahanin keadaan pasien aku
disini benar-benar cerita real,” beber O.

Bahkan, para perawat sampai harus
mengalami memar-memar akibat kewalahan menangani pasien Corona yang terus
meningkat tiap harinya. Mulai dari menangani pasien Corona dengan gejala ringan
hingga berat.

Terkadang, ia tak habis pikir
jika mendapati seseorang yang menilai virus Corona adalah teori konspirasi.
Nyatanya, ia dan rekan-rekannya menghadapi bahaya nyata dari Corona setiap
hari.

Baca Juga :  Kebijakan Tarif Cukai Rokok Picu Oligopoli

Keterangan berbeda dengan
pernyataan Ketua Komite Penanganan Covid-19 yang juga Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.

“Pemerintah tegaskan tidak ada
kapasitas kesehatan yang terbatas. Pemerintah punya dana cukup dan akan terus
tambah kapasitas tempat tidur sesuai kebutuhan seluruh daerah, termasuk DKI
Jakarta akan dimaksimalkan pemerintah,” katanya saat konferensi pers, Kamis, 10
September 2020.

Airlangga menegaskan sistem
kesehatan di tanah air mumpuni dalam menangani Covid-19. Hal itu dikatakan
Airlangga dalam program “Crosscheck From Home bertajuk ‘Anies Rem Darurat,
Ekonomi Tercekat?’ yang dilaksanakan secara virtual pada Minggu (13/9).

“Jadi, jangan sampai mengatakan
sistem kesehatan kita tidak mampu. Itu sama sekali tidak,” kata Airlangga.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta,
Anies Baswedan memperkirakan kapasitas rumah sakit di DKI Jakarta akan penuh
di minggu kedua Oktober jika langkah penanganan Covid-19 tidak efektif.

“Melihat angka kematian,
keterpakaian ruang isolasi dan rumah sakit khusus penanganan Covid-19, Corona di
Jakarta dalam kondisi darurat. Kita terpaksa menarik rem darurat dan Kembali ke
PSBB seperti pada masa awal Pandemi,” kata Anies.

Sementara itu, sebuah video yang
memperlihatkan belasan ambulans antre masuk RSD Eisma Atlet juga viral di media
sosial. Mobil ambulans tersebut membawa pasien Covid-19 yang akan dirawat di
rumah sakit rujukan Covid-19 itu.

Dalam video terlihat sejumlah
ambulans berbaris antre di depan RSD Wisma Atlet. Ambulans itu berasal dari
berbagai kecamatan dan puskesmas. Seluruh ambulans yang antre juga tampak
menyalakan sirine.

Video antrean mobil ambulans
tersebut dibagikan oleh dr. Andi Khomeini Takdir melalui akun Twitter
pribadinya, @dr_koko28.

Baca Juga :  Iringi Rencana Pemindahan Ibukota, Anggota DPR Minta Pemerintah Cegah

“Ambulans ngantri masuk RSDC
Wisma Atlet. Malam ini,” kata dr. Andi Khomeini.

Ia mengimbau kepada masyarakat
untuk selalu menjaga diri dan mendoakan para pasien Covid-19 agar segera
sembuh. “Banyak yang nyari ruang perawatan intensif. Yang sehat tolong jaga
diri. Yang sakit kita doakan agar segera pulih,” katanya.

“Episode ini bukanlah episode
yang mudah bagi kita sebagai sebuah bangsa. Tapi inilah waktu kita bersatu,”
tambah dr. Andi Khomeini.

Koordinator Opersional RSD Wisma
Atlet, Kolonel dr Stefanus Dony membenarkan video antrean mobil ambulans
tersebut.

Ia menyebut antrean terjadi di
pendaftaran IGD untuk pasien gejala ringan dan sedang. Antrean tersebut terjadi
di depan tower 5, 6, dan 7 pada Senin malam (14/9) sebelum pukul 21.00 WIB “Itu
terjadi hal yang biasa antre untuk masuk ke IGD dan terjadi sesaat ya ramai
sebelum jam 21.00 WIB,” ucap Stefanus.

Stefanus mengatakan antrean
tersebut merupakan pendaftaran pasien isolasi mandiri di tower 5. Selain itu,
pasien gejala ringan sampai sedang juga mengantre saat itu untuk masuk di RSDC
tower 6 dan 7.

“Itu kan sekarang ada yang
isolasi mandiri untuk tower 5 dan pasien gejala ringan sampai dengan sedang di
RSDC tower 6 dan 7,” ujarnya.

Stefanus memastikan antrean
tersebut bukan dikarenakan penuhnya RSD Wisma Atlet. Dia menyebut itu karena
pasien datang secara bersamaan. “Bukan karena penuh, kan masih banyak tempat,
itu hanya datangnya aja bersamaan jadi perlu antrean,” kata Stefanus.

Seperti diketahui, kasus Covid-19
di DKI Jakarta semakin tak terbendung. Berdasarkan data Covid-19.go.id, jumlah
kasus Corona di DKI Jakarta per Selasa (15/9) sebanyak 55.099 kasus. Sementara
kasus Covid-19 Indonesia mencapai 225.030. Dari angka itu, 161.065 sembuh dan
8.965 orang meninggal dunia.

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Seorang perawat RSUD di Jakarta Utara
menceritakan bahwa di rumah sakit tempatnya bekerja kewalahan tangani pasien
Covid-19. Akibat pasien Corona sudah terlalu banyak, sehingga melebihi
kapasitas tempat tidur. Bahkan beberapa pasien terpaksa dirawat di lorong rumah
sakit karena tidak ada lagi tempat tidur yang tersedia.

“Jujur sekarang RS penuh banget
sampai aku jaga di IGD pasien sampai duduk di kursi karena nggak ada bed lagi,
pasien terpaksa beberapa kita taro di lorong-lorong karena ruangan juga sudah
penuh, atau bahkan di depan meja kita isinya pasien,” jelas perawat berinisial
O, seperti dikutip dari detik.com, Rabu (15/9).

“Kalau pasien sesak kita langsung
sibuk kocar-kacir nyari tabung oksigen. Dan jujur kita juga kekurangan tenaga
karena teman kita banyak yang positif harus diisolasi atau dirawat di RS,”
lanjutnya.

Diceritakan O, momen haru yang
dirasakannya adalah saat pasien mengalami sesak napas, ia pun hanya bisa
berkomunikasi dengan keluarga via telepon. Sayangnya, satu jam kemudian pasien
tersebut lantas mengalami henti napas dan tidak berhasil melawan Covid-19.

“Pengalaman selama ini sudah
pasti takut tapi harus dihadapi, sedih sudah pasti karena tiap hari kerja
ngeliat pasien-pasien datang keadaan masih sadar tapi cepat banget perburukan
atau penurunan, bahkan proses pasien dari baru dateng terus meninggal itu cepat
banget karena sesak berat,” tambah O.

“Kematian secepat itu biarpun
sumpah kita kerja bener-bener keras buat mempertahanin keadaan pasien aku
disini benar-benar cerita real,” beber O.

Bahkan, para perawat sampai harus
mengalami memar-memar akibat kewalahan menangani pasien Corona yang terus
meningkat tiap harinya. Mulai dari menangani pasien Corona dengan gejala ringan
hingga berat.

Terkadang, ia tak habis pikir
jika mendapati seseorang yang menilai virus Corona adalah teori konspirasi.
Nyatanya, ia dan rekan-rekannya menghadapi bahaya nyata dari Corona setiap
hari.

Baca Juga :  Kebijakan Tarif Cukai Rokok Picu Oligopoli

Keterangan berbeda dengan
pernyataan Ketua Komite Penanganan Covid-19 yang juga Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.

“Pemerintah tegaskan tidak ada
kapasitas kesehatan yang terbatas. Pemerintah punya dana cukup dan akan terus
tambah kapasitas tempat tidur sesuai kebutuhan seluruh daerah, termasuk DKI
Jakarta akan dimaksimalkan pemerintah,” katanya saat konferensi pers, Kamis, 10
September 2020.

Airlangga menegaskan sistem
kesehatan di tanah air mumpuni dalam menangani Covid-19. Hal itu dikatakan
Airlangga dalam program “Crosscheck From Home bertajuk ‘Anies Rem Darurat,
Ekonomi Tercekat?’ yang dilaksanakan secara virtual pada Minggu (13/9).

“Jadi, jangan sampai mengatakan
sistem kesehatan kita tidak mampu. Itu sama sekali tidak,” kata Airlangga.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta,
Anies Baswedan memperkirakan kapasitas rumah sakit di DKI Jakarta akan penuh
di minggu kedua Oktober jika langkah penanganan Covid-19 tidak efektif.

“Melihat angka kematian,
keterpakaian ruang isolasi dan rumah sakit khusus penanganan Covid-19, Corona di
Jakarta dalam kondisi darurat. Kita terpaksa menarik rem darurat dan Kembali ke
PSBB seperti pada masa awal Pandemi,” kata Anies.

Sementara itu, sebuah video yang
memperlihatkan belasan ambulans antre masuk RSD Eisma Atlet juga viral di media
sosial. Mobil ambulans tersebut membawa pasien Covid-19 yang akan dirawat di
rumah sakit rujukan Covid-19 itu.

Dalam video terlihat sejumlah
ambulans berbaris antre di depan RSD Wisma Atlet. Ambulans itu berasal dari
berbagai kecamatan dan puskesmas. Seluruh ambulans yang antre juga tampak
menyalakan sirine.

Video antrean mobil ambulans
tersebut dibagikan oleh dr. Andi Khomeini Takdir melalui akun Twitter
pribadinya, @dr_koko28.

Baca Juga :  Iringi Rencana Pemindahan Ibukota, Anggota DPR Minta Pemerintah Cegah

“Ambulans ngantri masuk RSDC
Wisma Atlet. Malam ini,” kata dr. Andi Khomeini.

Ia mengimbau kepada masyarakat
untuk selalu menjaga diri dan mendoakan para pasien Covid-19 agar segera
sembuh. “Banyak yang nyari ruang perawatan intensif. Yang sehat tolong jaga
diri. Yang sakit kita doakan agar segera pulih,” katanya.

“Episode ini bukanlah episode
yang mudah bagi kita sebagai sebuah bangsa. Tapi inilah waktu kita bersatu,”
tambah dr. Andi Khomeini.

Koordinator Opersional RSD Wisma
Atlet, Kolonel dr Stefanus Dony membenarkan video antrean mobil ambulans
tersebut.

Ia menyebut antrean terjadi di
pendaftaran IGD untuk pasien gejala ringan dan sedang. Antrean tersebut terjadi
di depan tower 5, 6, dan 7 pada Senin malam (14/9) sebelum pukul 21.00 WIB “Itu
terjadi hal yang biasa antre untuk masuk ke IGD dan terjadi sesaat ya ramai
sebelum jam 21.00 WIB,” ucap Stefanus.

Stefanus mengatakan antrean
tersebut merupakan pendaftaran pasien isolasi mandiri di tower 5. Selain itu,
pasien gejala ringan sampai sedang juga mengantre saat itu untuk masuk di RSDC
tower 6 dan 7.

“Itu kan sekarang ada yang
isolasi mandiri untuk tower 5 dan pasien gejala ringan sampai dengan sedang di
RSDC tower 6 dan 7,” ujarnya.

Stefanus memastikan antrean
tersebut bukan dikarenakan penuhnya RSD Wisma Atlet. Dia menyebut itu karena
pasien datang secara bersamaan. “Bukan karena penuh, kan masih banyak tempat,
itu hanya datangnya aja bersamaan jadi perlu antrean,” kata Stefanus.

Seperti diketahui, kasus Covid-19
di DKI Jakarta semakin tak terbendung. Berdasarkan data Covid-19.go.id, jumlah
kasus Corona di DKI Jakarta per Selasa (15/9) sebanyak 55.099 kasus. Sementara
kasus Covid-19 Indonesia mencapai 225.030. Dari angka itu, 161.065 sembuh dan
8.965 orang meninggal dunia.

Terpopuler

Artikel Terbaru