25.2 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Rutin Bergerak dan Senam, Cegah Keluhan Tulang Osteophorosis

Di
masa pandemi seperti saat ini, aktivitas di luar rumah masyarakat cenderung
berkurang. Masyarakat lebih banyak di dalam rumah. Hati-hati kurang bergerak
berpotensi menimbulkan keluhan tulang yaitu Osteophorosis (OP) dan
Ostroarhtitis (OA).

Dokter
spesialis ortopedi dari Siloam Hospitals Balikpapan dr Yuliana Rianto SpOT
menuturkan Osteophorosis (OP) dan Ostroarhtitis (OA) terdengar mirip. Padahal
keduanya beda. Dia mengatakan OP dan OA adalah keluhan pada tulang dan sendi
manusia yang dirasakan atau terdeteksi pada saat bergerak atau melakukan
aktifitas.

Dia
menjelaskan keluhan atau gangguan OP sering disebut patah atau hancurnya
tulang. Kondisi ini muncul akibat pembentukan tulang baru. Prosesnya jauh lebih
lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama. “Ada remodelling tulang pada
tubuh manusia. Artinya terjadi proses pembentukan dan penghancuran (tumbuh atau
kembang, Red) dengan seimbang”, tutur Yuliana Rianto Sabtu (5/9).

Baca Juga :  Latihan Terlalu Ekstrem Bisa Melelahkan Otak

Dia
mengatakan di dalam tubuh manusia ada tiga lokasi tulang menjadi teramat
penting. Ketiganya berperan dalam menjaga kesimbangan tubuh. Ketiga lokasi
tulang itu adalah tulang belakang, tulang (leher) pinggul, tulang pergelangan
(tangan dan kaki).

Sementara
itu gangguan atau keluhan OA adalah suatu jenis Peradangan atau arthritis.
Peradangan ini terjadi ketika jaringan pada ujung ujung tulang atau sendi
mengalami keausan atau pengapuran.

“Resiko
pada OA dapat terjadi antara lain kegemukan hingga faktor penuaan”, kata
Yuliana. OA pada wanita lebih beresiko diakibatkan adanya faktor genetik,
riwayat trauma tulang, dan lainnya.

“Merokok
dan kebiasaan mengkonsumsi minuman berakhol turut memicu peningkatan sel-sel
penghancur tulang”, jelasnya. Yuliana mengatakan bagian sendi yang sangat
beresiko terjadinya OA yaitu sendi lutut. Sebab menjadi penopang berat badan.
Kemudian sendi tangan karena sering melakukan aktifitas. Lalu sendi pinggul
karena kurang beraktifitas.

Baca Juga :  WHO Sebut Penyintas Covid-19 yang Terinfeksi Lagi Makin Bertambah

Cara
mencegah dan mengobati OP dan OA dapat dilakukan melalui therapi tanpa obat.
Seperti dengan berolah raga, rutin melakukan gerakan seperti senam, atau jalan
santai sesuai jarak kemampuan. “Asupan nutrisi yang cukup, konsumsi susu pada
usia dini, phsyoterapi, aktifitas penguatan otot, termasuk cara awal guna awal
tindakan pengobatan OP&OA”, kata Yuliana. Hilmi Setiawan (wan/JPC)

Di
masa pandemi seperti saat ini, aktivitas di luar rumah masyarakat cenderung
berkurang. Masyarakat lebih banyak di dalam rumah. Hati-hati kurang bergerak
berpotensi menimbulkan keluhan tulang yaitu Osteophorosis (OP) dan
Ostroarhtitis (OA).

Dokter
spesialis ortopedi dari Siloam Hospitals Balikpapan dr Yuliana Rianto SpOT
menuturkan Osteophorosis (OP) dan Ostroarhtitis (OA) terdengar mirip. Padahal
keduanya beda. Dia mengatakan OP dan OA adalah keluhan pada tulang dan sendi
manusia yang dirasakan atau terdeteksi pada saat bergerak atau melakukan
aktifitas.

Dia
menjelaskan keluhan atau gangguan OP sering disebut patah atau hancurnya
tulang. Kondisi ini muncul akibat pembentukan tulang baru. Prosesnya jauh lebih
lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama. “Ada remodelling tulang pada
tubuh manusia. Artinya terjadi proses pembentukan dan penghancuran (tumbuh atau
kembang, Red) dengan seimbang”, tutur Yuliana Rianto Sabtu (5/9).

Baca Juga :  Latihan Terlalu Ekstrem Bisa Melelahkan Otak

Dia
mengatakan di dalam tubuh manusia ada tiga lokasi tulang menjadi teramat
penting. Ketiganya berperan dalam menjaga kesimbangan tubuh. Ketiga lokasi
tulang itu adalah tulang belakang, tulang (leher) pinggul, tulang pergelangan
(tangan dan kaki).

Sementara
itu gangguan atau keluhan OA adalah suatu jenis Peradangan atau arthritis.
Peradangan ini terjadi ketika jaringan pada ujung ujung tulang atau sendi
mengalami keausan atau pengapuran.

“Resiko
pada OA dapat terjadi antara lain kegemukan hingga faktor penuaan”, kata
Yuliana. OA pada wanita lebih beresiko diakibatkan adanya faktor genetik,
riwayat trauma tulang, dan lainnya.

“Merokok
dan kebiasaan mengkonsumsi minuman berakhol turut memicu peningkatan sel-sel
penghancur tulang”, jelasnya. Yuliana mengatakan bagian sendi yang sangat
beresiko terjadinya OA yaitu sendi lutut. Sebab menjadi penopang berat badan.
Kemudian sendi tangan karena sering melakukan aktifitas. Lalu sendi pinggul
karena kurang beraktifitas.

Baca Juga :  WHO Sebut Penyintas Covid-19 yang Terinfeksi Lagi Makin Bertambah

Cara
mencegah dan mengobati OP dan OA dapat dilakukan melalui therapi tanpa obat.
Seperti dengan berolah raga, rutin melakukan gerakan seperti senam, atau jalan
santai sesuai jarak kemampuan. “Asupan nutrisi yang cukup, konsumsi susu pada
usia dini, phsyoterapi, aktifitas penguatan otot, termasuk cara awal guna awal
tindakan pengobatan OP&OA”, kata Yuliana. Hilmi Setiawan (wan/JPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru