28.9 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Bagaimana Swab Test dan Rontgen, Serta Gejala Awal Pasien Covid-19 ? B

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO – Mungkin sebagian masyarakat
khususnya di Kota Cantik Palangka Raya masih belum banyak memahami tentang
pemeriksaan Swab Polymerase Chain Reaction (PCR) atau swab test.  Selain swab test dilakukan, ternyata untuk
mengetahui dan memperkuat hasil pemeriksaan dari virus Covid-19 di tubuh manusia
cara lainnya adalah dengan dilakukan Rontgen dada.

Ya, hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mengetahui bagian
paru-paru dari pasien yang diperiksa.

Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Bio Molekuler Covid-19
RSUD Kota Palangka Raya, dr. Mayawati E.S.Mewo, M.Ked.Klin, Sp.MK menjelaskan, bahwa
sebenarnya diagnostik dari Covid-19 itu harus klinis terlebih dahulu.

Akan tetapi ia menyampaikan, masalahnya klinis banyak ke arah
orang tanpa gejala atau OTG. Kemudian harus ditunjang lagi dengan laboratorium
dan ada profil laboratorium yang menandakan bahwa dia (pasien) infeksi virus.

“Kemudian dari rontgen ada nggak infiltrat pneumonia
gambaran yang ada di paru-paru, kemudian baru seharusnya Swab. Jadi ada empat
itu yang benar-benar kita harus kolaborasi, sehingga bisa menyatakan yang
positif,” katanya saat di Asrama Haji, Jumat (21/8) pagi.

 

Lanjutnya, karena tak jarang saat di Swab dengan hasil negatif,
kemudian dirontgennya ternyata ada pneumonia dan mereka akan mengulang lagi
swabnya baru bisa ketemu.

Maka dari itu diungkapkan, bahwa kolaborasi antar Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) itu penting. Ia pun memberitahu seperti di
Asrama Haji DPJP ada dokter penyakit dalam, maupun dia yang juga bertugas untuk
metro biologi klinik swab dan PCR. Kemudian radiologi nya mungkin kalau ada
dokter anak dan dokter lainya juga akan dikolaborasi.

Baca Juga :  Kades Bumi Rahayu Divonis 30 Bulan

“Kita kolaborasi sama-sama, jadi tidak bisa yang
menentukan misalnya seperti hanya Swab, tidak. Ya itu untuk memperkuat
hasilnya. Karena kadang kala ada kontroversi di luar yang dibuat-buat swab itu
dinyatakan positif atau apa,  nggak,”
katanya.

Sembari berjemur di bawah terik matahari di Asrama Haji, dokter
kembali melanjutkan terkait pertanyaan apakah yang awalnya positif dan sekarang
negatif bisa terjadi ?

“Bisa, bisa banget tergantung dari swabnya.  Tapi kan kalau di sini kita menyatakan
positif atau negatif bukan berdasarkan dengan swab. Jadi kalau ada kontroversi
di luar yang dibuat ngomongin ini, dan kita bisa kuat dengan apa yang kita
periksa,” jawabnya.

Dirinya menuturkan, kadang kala kontroversi itu gara-gara
seperti orang tanpa gejala (OTG) sehat-sehat saja, atau Heppy Hipoxia orangnya
baik-baik saja dan aman-aman saja. Namun ternyata pada waktu diperiksa tekanan
oksigennya turun, biasa sampai 96 atau 94 itu sudah mulai turun jika semakin turun
dan turun ternyata langsung gagal nafas.

 

“Nah yang beredar sekarang gejalanya begitu.  Baik-baik saja, tiba-tiba gagal nafas lalu
meninggal, dan itu yang kita hindari. Kita menghindari itu, makanya sekarang
bukan rapid test yang dipakai buat skrining pasien, tapi PCR, supaya segera didapatkan
walaupun dia tidak ada gejala tapi langsung kedapatan dan langsung diisolasi
dan obat masuk,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, untuk saat ini memang belum
ada obat yang spesifik. Hanya saja, sekarang kalau mereka tetap menggunakan
anti virus, dan anti radang maupun vitaminnya. Kalau misal ada infeksinya, bisa
langsung ditangani dan diberikan obat anti virusnya.

Baca Juga :  Ben Brahim Siap Wujudkan Lima Poin Aspirasi Warga Seruyan

Sementara itu, saat ditanyakan terkait virus, dokter
menjelaskan bahwa hal itu tergantung imun. 
Yaitu kalau imunnya lagi rendah, kemudian nangkap virusnya sedikit, jadi
virusnya beredar di luar lebih banyak.

“Yang kedua mungkin terpapar kembali, jadi pada waktu itu
dia sedang fase penyembuhan ternyata terpapar kembali. Mungkin karena dia
merasa sudah sehat kemudian protokol kesehatannya diabaikan, bisa terpapar
kembali. Sehingga masuk lagi virusnya,” pungkasnya.

Dokter ini juga bercerita bahwa di Asrama Haji cukup banyak
pasien laki-laki. Menurutnya mungkin karena yang banyak di lapangan. Sedangkan pasien
anak dikatakan sudah mulai menurun. Saat ini hanya sekitar 40 pasien saja.

Dikatakannya untuk saat ini, pasien yang ada di Asrama Haji
termasuk katagori yang menengah ringan. Akan tetapi jika keadaan dari pasien cukup
memberat, maka akan langsung dikirim ke rumah sakit kota.

 

“Rata-rata tidak ada keluhan.  Cuman awal mulanya mereka (pasien, red)
seperti meriang, hilang penciuman awal mulanya. Cuman sudah membaik, kemudian
diswab dan rata-rata di sini yang kontak erat dengan yang positif,”
ujarnya.

Ia pun menambahkan, agar masyarakat tidak menganggap remeh
untuk protokol kesehatan, seperti halnya  mencuci tangan. Apa sih hubungan nya tangan
dengan virus Corona ? karena imbuhnya terkadang kita tidak menyadari jika
biasanya tangan bisa menyentuh bagian wajah seperti hidung dan lainnya padahal
sudah ada virusnya, maka dari itu, mencuci tangan sangatlah penting untuk
diterapkan.

 

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO – Mungkin sebagian masyarakat
khususnya di Kota Cantik Palangka Raya masih belum banyak memahami tentang
pemeriksaan Swab Polymerase Chain Reaction (PCR) atau swab test.  Selain swab test dilakukan, ternyata untuk
mengetahui dan memperkuat hasil pemeriksaan dari virus Covid-19 di tubuh manusia
cara lainnya adalah dengan dilakukan Rontgen dada.

Ya, hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mengetahui bagian
paru-paru dari pasien yang diperiksa.

Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Bio Molekuler Covid-19
RSUD Kota Palangka Raya, dr. Mayawati E.S.Mewo, M.Ked.Klin, Sp.MK menjelaskan, bahwa
sebenarnya diagnostik dari Covid-19 itu harus klinis terlebih dahulu.

Akan tetapi ia menyampaikan, masalahnya klinis banyak ke arah
orang tanpa gejala atau OTG. Kemudian harus ditunjang lagi dengan laboratorium
dan ada profil laboratorium yang menandakan bahwa dia (pasien) infeksi virus.

“Kemudian dari rontgen ada nggak infiltrat pneumonia
gambaran yang ada di paru-paru, kemudian baru seharusnya Swab. Jadi ada empat
itu yang benar-benar kita harus kolaborasi, sehingga bisa menyatakan yang
positif,” katanya saat di Asrama Haji, Jumat (21/8) pagi.

 

Lanjutnya, karena tak jarang saat di Swab dengan hasil negatif,
kemudian dirontgennya ternyata ada pneumonia dan mereka akan mengulang lagi
swabnya baru bisa ketemu.

Maka dari itu diungkapkan, bahwa kolaborasi antar Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) itu penting. Ia pun memberitahu seperti di
Asrama Haji DPJP ada dokter penyakit dalam, maupun dia yang juga bertugas untuk
metro biologi klinik swab dan PCR. Kemudian radiologi nya mungkin kalau ada
dokter anak dan dokter lainya juga akan dikolaborasi.

Baca Juga :  Kades Bumi Rahayu Divonis 30 Bulan

“Kita kolaborasi sama-sama, jadi tidak bisa yang
menentukan misalnya seperti hanya Swab, tidak. Ya itu untuk memperkuat
hasilnya. Karena kadang kala ada kontroversi di luar yang dibuat-buat swab itu
dinyatakan positif atau apa,  nggak,”
katanya.

Sembari berjemur di bawah terik matahari di Asrama Haji, dokter
kembali melanjutkan terkait pertanyaan apakah yang awalnya positif dan sekarang
negatif bisa terjadi ?

“Bisa, bisa banget tergantung dari swabnya.  Tapi kan kalau di sini kita menyatakan
positif atau negatif bukan berdasarkan dengan swab. Jadi kalau ada kontroversi
di luar yang dibuat ngomongin ini, dan kita bisa kuat dengan apa yang kita
periksa,” jawabnya.

Dirinya menuturkan, kadang kala kontroversi itu gara-gara
seperti orang tanpa gejala (OTG) sehat-sehat saja, atau Heppy Hipoxia orangnya
baik-baik saja dan aman-aman saja. Namun ternyata pada waktu diperiksa tekanan
oksigennya turun, biasa sampai 96 atau 94 itu sudah mulai turun jika semakin turun
dan turun ternyata langsung gagal nafas.

 

“Nah yang beredar sekarang gejalanya begitu.  Baik-baik saja, tiba-tiba gagal nafas lalu
meninggal, dan itu yang kita hindari. Kita menghindari itu, makanya sekarang
bukan rapid test yang dipakai buat skrining pasien, tapi PCR, supaya segera didapatkan
walaupun dia tidak ada gejala tapi langsung kedapatan dan langsung diisolasi
dan obat masuk,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, untuk saat ini memang belum
ada obat yang spesifik. Hanya saja, sekarang kalau mereka tetap menggunakan
anti virus, dan anti radang maupun vitaminnya. Kalau misal ada infeksinya, bisa
langsung ditangani dan diberikan obat anti virusnya.

Baca Juga :  Ben Brahim Siap Wujudkan Lima Poin Aspirasi Warga Seruyan

Sementara itu, saat ditanyakan terkait virus, dokter
menjelaskan bahwa hal itu tergantung imun. 
Yaitu kalau imunnya lagi rendah, kemudian nangkap virusnya sedikit, jadi
virusnya beredar di luar lebih banyak.

“Yang kedua mungkin terpapar kembali, jadi pada waktu itu
dia sedang fase penyembuhan ternyata terpapar kembali. Mungkin karena dia
merasa sudah sehat kemudian protokol kesehatannya diabaikan, bisa terpapar
kembali. Sehingga masuk lagi virusnya,” pungkasnya.

Dokter ini juga bercerita bahwa di Asrama Haji cukup banyak
pasien laki-laki. Menurutnya mungkin karena yang banyak di lapangan. Sedangkan pasien
anak dikatakan sudah mulai menurun. Saat ini hanya sekitar 40 pasien saja.

Dikatakannya untuk saat ini, pasien yang ada di Asrama Haji
termasuk katagori yang menengah ringan. Akan tetapi jika keadaan dari pasien cukup
memberat, maka akan langsung dikirim ke rumah sakit kota.

 

“Rata-rata tidak ada keluhan.  Cuman awal mulanya mereka (pasien, red)
seperti meriang, hilang penciuman awal mulanya. Cuman sudah membaik, kemudian
diswab dan rata-rata di sini yang kontak erat dengan yang positif,”
ujarnya.

Ia pun menambahkan, agar masyarakat tidak menganggap remeh
untuk protokol kesehatan, seperti halnya  mencuci tangan. Apa sih hubungan nya tangan
dengan virus Corona ? karena imbuhnya terkadang kita tidak menyadari jika
biasanya tangan bisa menyentuh bagian wajah seperti hidung dan lainnya padahal
sudah ada virusnya, maka dari itu, mencuci tangan sangatlah penting untuk
diterapkan.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru