25.1 C
Jakarta
Monday, April 14, 2025

Boogaloo Kecil

Menunggangi demo juga terjadi di Amerika. Penunggang itu pun
ditangkap. Tiga orang. Kulit putih semua. Tiga hari lalu. 

Mereka dari kelompok ”Boogaloo” –yang sangat jarang terdengar.
Mereka saling sapa dengan sebutan Boogaloo Bois. Tujuan utama kelompok ini
serem: terjadinya perang sipil jilid 2.

Anda sudah tahu: perang sipil sipil ”pertama” itu terjadi
1861-1865. Antara negara-negara bagian di selatan dengan yang di utara. Yang
pro-perbudakan dengan yang anti. (Baca DI’s Way: Luka Lama). 

Kelompok Boogaloo selalu ingin menunggangi apa saja. Mereka
menyadari kelompok itu sangat kecil. Awalnya ingin memanfaatkan demo-demo anti-lockdown.
Yang puncaknya terjadi di Michigan. Bulan lalu.

Tapi yang tiga orang itu jauh dari Michigan. Mereka tinggal di
Las Vegas –nun di wilayah barat. Mereka juga mengincar momen demo anti-lockdown.
Siapa tahu bisa ditunggangi. Disiapkanlah bom molotov dan gas dalam tabung.
Untuk membuat demo itu nanti rusuh.

Tapi demo anti-lockdown di Las Vegas
ternyata kecil. Sulit ditunggangi.

Sebulan kemudian ulam pun tiba: George Floyd tewas. Orang
berkulit hitam itu tewas di tangan polisi kulit putih. Di Minneapolis.
Muncullah demo besar anti-rasis.

Demo besar juga terjadi di Las Vegas. Tiga orang itu pun menuju
pusat kota. Mereka membawa serta bahan peledak. Sasarannya: meledakkan gardu
induk listrik.

Baik demo anti-lockdown maupun demo
anti-rasis sama-sama berpotensi menasional. Tapi yang anti-rasis ini lebih
besar.

FBI sudah mengetahui rencana itu. Mereka ditangkap. Dijebloskan
ke tahanan. Mestinya. Tapi mereka membayar uang jaminan. Masing-masing Rp 15
miliar. Untuk bisa ditahan luar. 

Baca Juga :  Nova Iriani Jabat Kasubag Umum dan Keuangan PN Palangka Raya

Gerakan Boogaloo ini memang mudah dilacak. Jalinan antar
Boogaloo dilakukan lewat Facebook.

Berkat adanya medsos kehadiran kelompok ini menjadi eksis
–meski tetap sangat kecil. Hampir tidak ada artinya. Tapi ketika disatukan
oleh medsos menjadi terlihat. Terutama tiga tahun terakhir. Seragamnya pun unik
–membuat kehadiran mereka terlihat: baju atas model Hawaii.

Baju pantai yang santai itu dikombinasikan dengan kontras:
mereka bersenjata lengkap. Di banyak negara bagian Amerika yang seperti itu
tidak melanggar aturan apa-apa.

Kombinasi lain pakaian mereka sangat kekinian: mereka juga pakai
masker. Desain maskernya seperti Jocker di film-film Hollywood.

Atas nama demokrasi keberadaan kolompok Boogaloo seperti ini
tidak bisa dilarang. Mereka baru ditangkap kalau melanggar hukum.

Boogaloo adalah salah satu kanan luar dari sayap kanan Amerika.
Seperti juga Ku Klux Klan, mereka ini juga kulit putih –dan memuliakan kulit
putih.

Kelompok ini merasa nasib kulit putih tidak lebih baik dari
kulit hitam. Banyak yang terbunuh. 

Kata mereka: ”berapa sih orang kulit hitam yang dibunuh oleh
orang kulit putih? Orang kulit hitam itu kebanyakan dibunuh oleh kulit hitam
sendiri”.

Mereka pun mengingatkan banyaknya korban tewas dalam perang
sipil selama 4 tahun itu.

Juga korban-korban berikutnya –dari gerakan sempalan setelah
itu.

Yang masih segar adalah yang terjadi 12 Maret lalu. Yang menimpa
anggota Boogaloo di Maryland. 

Baca Juga :  Dua Bupati Golkar Dukung Sugianto Sabran di Pilgub 2020

”Saat anggota kami itu lagi tidur dengan pacarnya ditembak
mati,” kata mereka.

Itu mengacu pada tewasnya Duncan Socrates Lemp. Umur 21 tahun.
Pada pukul 04.00 subuh. Di rumahnya sendiri. Penyergapan itu sampai
mengakibatkan sang pacar –yang lagi dikeloni– ikut terluka. 

Malam itu pihak berwajib memperoleh info: Lemp menguasai bahan
peledak terlarang. Menjelang subuh itu pintu rumah dibuka oleh pasukan SWAT
–tanpa ketukan pintu.

Menurut pihak berwajib Lemp melakukan perlawanan. Maka ditembak.
Termasuk mengenai pacar yang lagi dikeloninya. 

Amerika memang seperti menyimpan api dalam sekam. Terutama tiga
tahun terakhir. ”Presiden Trump telah memecah belah Amerika,” ujar Jim Mattis.

Sudah setahun Mattis tidak berkomentar apa pun. Sejak ia
diberhentikan oleh Trump dari jabatan menteri pertahanan.

Kali ini Mattis tidak tahan untuk terus tutup mulut. Maka
kecamannya pada Trump itu menjadi berita utama di mana-mana.

Rangkaian demo anti-rasis memang sangat besar. Setidaknya
terlihat dari yang ditangkap: 10.000 orang. Di Los Angeles saja 3.000 orang. Di
New York 2.000 orang.

Mereka umumnya melanggar jam malam. Ada juga yang karena
menjarah dan memaki polisi.

Dua hari terakhir demo itu memang reda. Terutama setelah tiga
polisi yang ikut menangani George Floyd juga dinyatakan sebagai tersangka
–pembunuhan.

Suasana di jalan-jalan sudah lebih dingin. Tapi di hati mereka –
-setiap melihat Trump– masih tetap panas membara. (Dahlan Iskan)

 

Menunggangi demo juga terjadi di Amerika. Penunggang itu pun
ditangkap. Tiga orang. Kulit putih semua. Tiga hari lalu. 

Mereka dari kelompok ”Boogaloo” –yang sangat jarang terdengar.
Mereka saling sapa dengan sebutan Boogaloo Bois. Tujuan utama kelompok ini
serem: terjadinya perang sipil jilid 2.

Anda sudah tahu: perang sipil sipil ”pertama” itu terjadi
1861-1865. Antara negara-negara bagian di selatan dengan yang di utara. Yang
pro-perbudakan dengan yang anti. (Baca DI’s Way: Luka Lama). 

Kelompok Boogaloo selalu ingin menunggangi apa saja. Mereka
menyadari kelompok itu sangat kecil. Awalnya ingin memanfaatkan demo-demo anti-lockdown.
Yang puncaknya terjadi di Michigan. Bulan lalu.

Tapi yang tiga orang itu jauh dari Michigan. Mereka tinggal di
Las Vegas –nun di wilayah barat. Mereka juga mengincar momen demo anti-lockdown.
Siapa tahu bisa ditunggangi. Disiapkanlah bom molotov dan gas dalam tabung.
Untuk membuat demo itu nanti rusuh.

Tapi demo anti-lockdown di Las Vegas
ternyata kecil. Sulit ditunggangi.

Sebulan kemudian ulam pun tiba: George Floyd tewas. Orang
berkulit hitam itu tewas di tangan polisi kulit putih. Di Minneapolis.
Muncullah demo besar anti-rasis.

Demo besar juga terjadi di Las Vegas. Tiga orang itu pun menuju
pusat kota. Mereka membawa serta bahan peledak. Sasarannya: meledakkan gardu
induk listrik.

Baik demo anti-lockdown maupun demo
anti-rasis sama-sama berpotensi menasional. Tapi yang anti-rasis ini lebih
besar.

FBI sudah mengetahui rencana itu. Mereka ditangkap. Dijebloskan
ke tahanan. Mestinya. Tapi mereka membayar uang jaminan. Masing-masing Rp 15
miliar. Untuk bisa ditahan luar. 

Baca Juga :  Nova Iriani Jabat Kasubag Umum dan Keuangan PN Palangka Raya

Gerakan Boogaloo ini memang mudah dilacak. Jalinan antar
Boogaloo dilakukan lewat Facebook.

Berkat adanya medsos kehadiran kelompok ini menjadi eksis
–meski tetap sangat kecil. Hampir tidak ada artinya. Tapi ketika disatukan
oleh medsos menjadi terlihat. Terutama tiga tahun terakhir. Seragamnya pun unik
–membuat kehadiran mereka terlihat: baju atas model Hawaii.

Baju pantai yang santai itu dikombinasikan dengan kontras:
mereka bersenjata lengkap. Di banyak negara bagian Amerika yang seperti itu
tidak melanggar aturan apa-apa.

Kombinasi lain pakaian mereka sangat kekinian: mereka juga pakai
masker. Desain maskernya seperti Jocker di film-film Hollywood.

Atas nama demokrasi keberadaan kolompok Boogaloo seperti ini
tidak bisa dilarang. Mereka baru ditangkap kalau melanggar hukum.

Boogaloo adalah salah satu kanan luar dari sayap kanan Amerika.
Seperti juga Ku Klux Klan, mereka ini juga kulit putih –dan memuliakan kulit
putih.

Kelompok ini merasa nasib kulit putih tidak lebih baik dari
kulit hitam. Banyak yang terbunuh. 

Kata mereka: ”berapa sih orang kulit hitam yang dibunuh oleh
orang kulit putih? Orang kulit hitam itu kebanyakan dibunuh oleh kulit hitam
sendiri”.

Mereka pun mengingatkan banyaknya korban tewas dalam perang
sipil selama 4 tahun itu.

Juga korban-korban berikutnya –dari gerakan sempalan setelah
itu.

Yang masih segar adalah yang terjadi 12 Maret lalu. Yang menimpa
anggota Boogaloo di Maryland. 

Baca Juga :  Dua Bupati Golkar Dukung Sugianto Sabran di Pilgub 2020

”Saat anggota kami itu lagi tidur dengan pacarnya ditembak
mati,” kata mereka.

Itu mengacu pada tewasnya Duncan Socrates Lemp. Umur 21 tahun.
Pada pukul 04.00 subuh. Di rumahnya sendiri. Penyergapan itu sampai
mengakibatkan sang pacar –yang lagi dikeloni– ikut terluka. 

Malam itu pihak berwajib memperoleh info: Lemp menguasai bahan
peledak terlarang. Menjelang subuh itu pintu rumah dibuka oleh pasukan SWAT
–tanpa ketukan pintu.

Menurut pihak berwajib Lemp melakukan perlawanan. Maka ditembak.
Termasuk mengenai pacar yang lagi dikeloninya. 

Amerika memang seperti menyimpan api dalam sekam. Terutama tiga
tahun terakhir. ”Presiden Trump telah memecah belah Amerika,” ujar Jim Mattis.

Sudah setahun Mattis tidak berkomentar apa pun. Sejak ia
diberhentikan oleh Trump dari jabatan menteri pertahanan.

Kali ini Mattis tidak tahan untuk terus tutup mulut. Maka
kecamannya pada Trump itu menjadi berita utama di mana-mana.

Rangkaian demo anti-rasis memang sangat besar. Setidaknya
terlihat dari yang ditangkap: 10.000 orang. Di Los Angeles saja 3.000 orang. Di
New York 2.000 orang.

Mereka umumnya melanggar jam malam. Ada juga yang karena
menjarah dan memaki polisi.

Dua hari terakhir demo itu memang reda. Terutama setelah tiga
polisi yang ikut menangani George Floyd juga dinyatakan sebagai tersangka
–pembunuhan.

Suasana di jalan-jalan sudah lebih dingin. Tapi di hati mereka –
-setiap melihat Trump– masih tetap panas membara. (Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru