27.9 C
Jakarta
Tuesday, May 6, 2025

Setelah Dua Warga Depok Positif Terinfeksi Virus Korona

Status
green zone atau zero case itu akhirnya lenyap. Indonesia menjadi negara ke-65
yang melaporkan kasus Covid-19. Kemarin Presiden Joko Widodo mengumumkan dua
orang yang menjadi pasien pertama Covid-19 di Indonesia. Dua pasien kini
menjalani isolasi di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta.

—

DUA pasien
Covid-19 itu melakukan kontak langsung dengan WN Jepang yang datang ke
Indonesia pada pertengahan Februari lalu.

WN Jepang
tersebut dinyatakan positif Covid-19 saat berada di Malaysia setelah berkunjung
ke Indonesia. Dari situ, pemerintah langsung melakukan surveillance tracking
berdasar penjelasan yang bersangkutan. Orang-orang yang pernah berhubungan
dengan dia selama di Indonesia ditelusuri. Hasilnya, ada dua orang yang sempat
melakukan interaksi jarak dekat dengan WN Jepang itu. Yakni, seorang ibu
berusia 64 tahun dan anak perempuannya yang berusia 31 tahun. Keduanya warga
Depok, Jawa Barat. Saat dicek, mereka sedang sakit.

’’Tadi
pagi saya mendapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu dan putrinya ini positif
korona,’’ terang Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers di Istana Merdeka
kemarin (2/3).

Kepala
Badan Litbangkes Siswanto menjelaskan, berdasar hasil pemeriksaan spesimen, dua
orang itu diketahui positif terinfeksi virus korona sejak Minggu (1/3) pukul
18.00 WIB. Pria yang akrab disapa Sis tersebut mengatakan, pemeriksaan langsung
menggunakan primer SARS-CoV Tipe 2 dengan PCR. Pihaknya melakukan validasi tiga
kali untuk memastikan bahwa dua orang itu memang positif korona.

Setelah
memastikan adanya pasien positif korona, upaya lanjutan dilakukan pemerintah.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) Anung Sugihantono menyampaikan, pihaknya menelusuri orang-orang yang
sebelumnya pernah berhubungan langsung dengan pasien korona. Untuk sementara,
pihaknya sudah mengantongi 48 nama. Mereka masuk kategori kontak erat, kontak
dekat, dan kontak satu area.

Kemenkes
juga telah melakukan clustering untuk mengetahui attack risk dari kontak yang
terjadi. ”Tidak boleh diumumkan siapa dan di mana. Saya tahu (nama 48 orang
tersebut, Red). Tapi, saya nggak mau mengumumkan,” tegasnya.

Baca Juga :  Satu Hari Bisa Bagikan 300 Nasi Bungkus di Beberapa Titik

Semuanya
kini berada dalam pengawasan. Tapi, tidak semuanya akan di-swab. Dia
menjelaskan, mereka yang masuk kategori kontak erat diwajibkan menjalani
pemeriksaan laboratorium. Kontak erat itu, misalnya, telah melakukan sentuhan
badan dengan penderita korona. Pemeriksaan tersebut diperlukan guna memastikan
apakah yang bersangkutan terinfeksi SARS-CoV-2 atau tidak.

Beda lagi
dengan kontak dekat. Apabila melakukan kontak dekat dengan orang yang
dinyatakan positif, yang bersangkutan berada dalam pemantauan. Jika jumlahnya
lebih dari satu, pemantauan bisa dilakukan dengan pengambilan sampel secara
acak, untuk kemudian diperiksa.

Sementara
itu, untuk orang yang masuk kategori berada dalam satu ruangan atau area dengan
orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, kondisinya juga dipantau. Tapi, tidak semua
di-swab. Yang bersangkutan diminta segera memeriksakan atau melapor jika muncul
gejala. ”Kami sudah kantongi namanya dan kami pantau,” tegasnya.

Menkes
Terawan Agus Putranto kemarin langsung membesuk dua pasien itu di RSPI Sulianti
Saroso. Dia melihat pasien dari luar ruang isolasi di area yang aman.
’’Kondisinya (pasien) baik banget. Sebenarnya kalau mau dipulangkan ya
dipulangkan,’’ ujarnya. Namun, Kemenkes perlu mengecek ulang kondisi mereka.
Karena itu, keduanya tetap diisolasi. ’’Biasanya setelah lima hari, kami swab
ulang sesuai ketentuan WHO. Biasanya negatif kalau sudah dalam perawatan,’’
lanjut mantan direktur RSPAD Gatot Soebroto itu. Perawatan dilakukan
sebagaimana pasien influenza. Pasien diberi vitamin dan makanan sehat. Fokusnya
adalah menaikkan imunitas pasien. Bila imunitas naik, pasien akan sembuh dengan
sendirinya. Istilah medisnya, self-limited disease.

Terawan
menuturkan, kedua pasien bisa sampai berinteraksi dekat dengan WN Jepang karena
mereka memang teman dekat. Keduanya sempat berlatih dansa di kawasan Jakarta
Selatan sebelum WNA itu terbang ke Malaysia. Yang tertular lebih dahulu adalah
pasien berusia 31 tahun. Setelah itu, baru ibunya yang berusia 64 tahun.

Menurut
Terawan, di kediaman pasien ada empat orang yang tinggal. Dua orang lainnya
sama sekali tidak menunjukkan gejala mengidap virus korona. ’’Tetapi, kami
minta untuk ke sini (RSPI),’’ ujar Terawan. Mereka sudah menjalani pemeriksaan
menyeluruh. Hasilnya, mereka dinyatakan tidak sakit sehingga tidak ikut
diisolasi.

Baca Juga :  Terima Kasih Pembaca, Kalteng Pos Media Cetak Terbaik

Wali Kota
Depok Mohammad Idris kemarin membeberkan kronologi sakitnya kedua pasien
positif korona. Pertengahan Februari lalu dua orang itu mengeluh flu dan sesak
napas.

Mereka
lantas memeriksakan diri ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Menurut keterangan
pasien, pada 14 Februari dia menerima tamu WN Jepang dari Malaysia.
Pekerjaannya adalah pendamping dansa di entertainment. Setelah itu, dia
mendapat informasi bahwa WN Jepang tersebut positif korona di Malaysia. ’’Lalu,
dia (pasien, Red) kembali lagi ke RS Mitra Keluarga. Dia khawatir terkena
korona,” kata Idris di Balai Kota Depok kemarin.

Setelah
menjalani pengecekan dan observasi, benar saja, diketahui bahwa pasien tersebut
positif virus korona. Dua pasien itu langsung dirujuk ke RS Sulianti Saroso.

Pihaknya
juga telah mengeluarkan surat edaran untuk waspada terhadap persebaran penyakit
itu. Surat edaran tersebut juga sudah disebarluaskan. ”Intinya jangan panik.
Lakukan tindakan antisipasi seperti cuci tangan. Selain itu, langkah antisipasi
disiapkan. Salah satu yang mungkin dilakukan ialah meliburkan aktivitas belajar
mengajar di sekolah. ”Kita akan diskusikan, minta pelaku-pelaku pendidikan,
anak-anak sekolah kita liburkan dalam kondisi seperti ini,” ucap dia.

Terawan
juga menyambangi Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok. Dia ingin melihat langsung
rumah sakit yang disebut meliburkan 73 karyawannya yang bersentuhan langsung
dengan dua pasien korona itu. Menurut Terawan, langkah yang diambil manajemen
rumah sakit tersebut merupakan tindakan berlebihan dan paranoid. ”Iya, itu
paranoid, berlebihan. Tapi, kita kasih tahu kayak gini kan jadi sadar mereka,”
ucap dia di RS Mitra Keluarga.

Terawan
mengatakan, pemantauan jarak jauh justru tidak efektif. Sebaliknya, jika para
karyawan RS Mitra Keluarga tetap bekerja seperti biasa, pihak rumah sakit
justru lebih mudah melakukan pemantauan. ”Jadi, harusnya sih tidak perlu itu
(diistirahatkan di rumah),” kata dia.(jpc)

 

Status
green zone atau zero case itu akhirnya lenyap. Indonesia menjadi negara ke-65
yang melaporkan kasus Covid-19. Kemarin Presiden Joko Widodo mengumumkan dua
orang yang menjadi pasien pertama Covid-19 di Indonesia. Dua pasien kini
menjalani isolasi di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta.

—

DUA pasien
Covid-19 itu melakukan kontak langsung dengan WN Jepang yang datang ke
Indonesia pada pertengahan Februari lalu.

WN Jepang
tersebut dinyatakan positif Covid-19 saat berada di Malaysia setelah berkunjung
ke Indonesia. Dari situ, pemerintah langsung melakukan surveillance tracking
berdasar penjelasan yang bersangkutan. Orang-orang yang pernah berhubungan
dengan dia selama di Indonesia ditelusuri. Hasilnya, ada dua orang yang sempat
melakukan interaksi jarak dekat dengan WN Jepang itu. Yakni, seorang ibu
berusia 64 tahun dan anak perempuannya yang berusia 31 tahun. Keduanya warga
Depok, Jawa Barat. Saat dicek, mereka sedang sakit.

’’Tadi
pagi saya mendapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu dan putrinya ini positif
korona,’’ terang Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers di Istana Merdeka
kemarin (2/3).

Kepala
Badan Litbangkes Siswanto menjelaskan, berdasar hasil pemeriksaan spesimen, dua
orang itu diketahui positif terinfeksi virus korona sejak Minggu (1/3) pukul
18.00 WIB. Pria yang akrab disapa Sis tersebut mengatakan, pemeriksaan langsung
menggunakan primer SARS-CoV Tipe 2 dengan PCR. Pihaknya melakukan validasi tiga
kali untuk memastikan bahwa dua orang itu memang positif korona.

Setelah
memastikan adanya pasien positif korona, upaya lanjutan dilakukan pemerintah.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) Anung Sugihantono menyampaikan, pihaknya menelusuri orang-orang yang
sebelumnya pernah berhubungan langsung dengan pasien korona. Untuk sementara,
pihaknya sudah mengantongi 48 nama. Mereka masuk kategori kontak erat, kontak
dekat, dan kontak satu area.

Kemenkes
juga telah melakukan clustering untuk mengetahui attack risk dari kontak yang
terjadi. ”Tidak boleh diumumkan siapa dan di mana. Saya tahu (nama 48 orang
tersebut, Red). Tapi, saya nggak mau mengumumkan,” tegasnya.

Baca Juga :  Satu Hari Bisa Bagikan 300 Nasi Bungkus di Beberapa Titik

Semuanya
kini berada dalam pengawasan. Tapi, tidak semuanya akan di-swab. Dia
menjelaskan, mereka yang masuk kategori kontak erat diwajibkan menjalani
pemeriksaan laboratorium. Kontak erat itu, misalnya, telah melakukan sentuhan
badan dengan penderita korona. Pemeriksaan tersebut diperlukan guna memastikan
apakah yang bersangkutan terinfeksi SARS-CoV-2 atau tidak.

Beda lagi
dengan kontak dekat. Apabila melakukan kontak dekat dengan orang yang
dinyatakan positif, yang bersangkutan berada dalam pemantauan. Jika jumlahnya
lebih dari satu, pemantauan bisa dilakukan dengan pengambilan sampel secara
acak, untuk kemudian diperiksa.

Sementara
itu, untuk orang yang masuk kategori berada dalam satu ruangan atau area dengan
orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, kondisinya juga dipantau. Tapi, tidak semua
di-swab. Yang bersangkutan diminta segera memeriksakan atau melapor jika muncul
gejala. ”Kami sudah kantongi namanya dan kami pantau,” tegasnya.

Menkes
Terawan Agus Putranto kemarin langsung membesuk dua pasien itu di RSPI Sulianti
Saroso. Dia melihat pasien dari luar ruang isolasi di area yang aman.
’’Kondisinya (pasien) baik banget. Sebenarnya kalau mau dipulangkan ya
dipulangkan,’’ ujarnya. Namun, Kemenkes perlu mengecek ulang kondisi mereka.
Karena itu, keduanya tetap diisolasi. ’’Biasanya setelah lima hari, kami swab
ulang sesuai ketentuan WHO. Biasanya negatif kalau sudah dalam perawatan,’’
lanjut mantan direktur RSPAD Gatot Soebroto itu. Perawatan dilakukan
sebagaimana pasien influenza. Pasien diberi vitamin dan makanan sehat. Fokusnya
adalah menaikkan imunitas pasien. Bila imunitas naik, pasien akan sembuh dengan
sendirinya. Istilah medisnya, self-limited disease.

Terawan
menuturkan, kedua pasien bisa sampai berinteraksi dekat dengan WN Jepang karena
mereka memang teman dekat. Keduanya sempat berlatih dansa di kawasan Jakarta
Selatan sebelum WNA itu terbang ke Malaysia. Yang tertular lebih dahulu adalah
pasien berusia 31 tahun. Setelah itu, baru ibunya yang berusia 64 tahun.

Menurut
Terawan, di kediaman pasien ada empat orang yang tinggal. Dua orang lainnya
sama sekali tidak menunjukkan gejala mengidap virus korona. ’’Tetapi, kami
minta untuk ke sini (RSPI),’’ ujar Terawan. Mereka sudah menjalani pemeriksaan
menyeluruh. Hasilnya, mereka dinyatakan tidak sakit sehingga tidak ikut
diisolasi.

Baca Juga :  Terima Kasih Pembaca, Kalteng Pos Media Cetak Terbaik

Wali Kota
Depok Mohammad Idris kemarin membeberkan kronologi sakitnya kedua pasien
positif korona. Pertengahan Februari lalu dua orang itu mengeluh flu dan sesak
napas.

Mereka
lantas memeriksakan diri ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Menurut keterangan
pasien, pada 14 Februari dia menerima tamu WN Jepang dari Malaysia.
Pekerjaannya adalah pendamping dansa di entertainment. Setelah itu, dia
mendapat informasi bahwa WN Jepang tersebut positif korona di Malaysia. ’’Lalu,
dia (pasien, Red) kembali lagi ke RS Mitra Keluarga. Dia khawatir terkena
korona,” kata Idris di Balai Kota Depok kemarin.

Setelah
menjalani pengecekan dan observasi, benar saja, diketahui bahwa pasien tersebut
positif virus korona. Dua pasien itu langsung dirujuk ke RS Sulianti Saroso.

Pihaknya
juga telah mengeluarkan surat edaran untuk waspada terhadap persebaran penyakit
itu. Surat edaran tersebut juga sudah disebarluaskan. ”Intinya jangan panik.
Lakukan tindakan antisipasi seperti cuci tangan. Selain itu, langkah antisipasi
disiapkan. Salah satu yang mungkin dilakukan ialah meliburkan aktivitas belajar
mengajar di sekolah. ”Kita akan diskusikan, minta pelaku-pelaku pendidikan,
anak-anak sekolah kita liburkan dalam kondisi seperti ini,” ucap dia.

Terawan
juga menyambangi Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok. Dia ingin melihat langsung
rumah sakit yang disebut meliburkan 73 karyawannya yang bersentuhan langsung
dengan dua pasien korona itu. Menurut Terawan, langkah yang diambil manajemen
rumah sakit tersebut merupakan tindakan berlebihan dan paranoid. ”Iya, itu
paranoid, berlebihan. Tapi, kita kasih tahu kayak gini kan jadi sadar mereka,”
ucap dia di RS Mitra Keluarga.

Terawan
mengatakan, pemantauan jarak jauh justru tidak efektif. Sebaliknya, jika para
karyawan RS Mitra Keluarga tetap bekerja seperti biasa, pihak rumah sakit
justru lebih mudah melakukan pemantauan. ”Jadi, harusnya sih tidak perlu itu
(diistirahatkan di rumah),” kata dia.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru