27.9 C
Jakarta
Monday, December 23, 2024

Ade Putri Verlita Maharani Sang Penggagas Komunitas Rahim dan Janin

Ibu berperan mulia. Demi menjalani peran itu, banyak hal harus dilalui.
Belum lagi stigma masyarakat atas peran ibu. Padahal, bagi Ade Putri Verlita
Maharani, tiap ibu berhak bahagia dan tetap menjadi dirinya.

—

KONTEMPLASI hidup empat perempuan berujung lahirnya Rahim &
Janin pada Desember 2019. Adalah Putri, sapaan Ade Putri, dan tiga sahabatnya
yang menggagas gerakan tersebut. Tujuannya membentuk dunia yang ramah ibu.

”Meski belum jadi ibu, saya
sadar, ibu pegang masa depan bangsa. Sebab, ibulah yang pertama mendidik dan
menanamkan nilai ke anak-anaknya,” urainya.

Banyak pengalaman seputar ibu
yang membuat Putri tergerak. Salah satunya ketika menjadi pengajar di SD
Kembang Tanjung, Musi Rawas, Sumatera Selatan, selama 2017–2018. Dia
menceritakan, para ibu di sana menyerahkan pendidikan penuh kepada pihak
sekolah. Praktis, di luar kelas, tidak ada pelajaran. Bahkan, mereka enggan
membantu mengerjakan tugas sekolah anak-anaknya.

”Ibu-ibu itu beranggapan,
pendidikan mereka tidak tinggi, tidak pantas untuk mengajari anaknya. Padahal,
belajar bukan cuma perkara akademis,” tegasnya.

Alumnus Universitas Airlangga
Surabaya itu menyatakan, banyak orang tua yang merasa tidak berdaya. Saat itu,
dia turun langsung. ”Mereka mungkin tidak berbakat di akademis. Tapi, kemampuan
mereka bertanam kan bisa diajarkan,” imbuh Putri.

Baca Juga :  5 Inspirasi Make-Up Area Mata Agar Tampil Memikat Saat Lebaran

Setelah menyelesaikan tugas
mengajar, dia kembali bersentuhan dengan kaum ibu, meski tidak secara langsung.
Sulung dari dua bersaudara itu bekerja di sebuah organisasi filantropis. Salah
satu fokusnya pendidikan anak usia dini (PAUD). Putri kembali belajar hal baru.

”Kalau ibu di daerah terpencil
minder, ibu di kota besar punya banyak ekspektasi ke anaknya,” ucapnya. Para
ibu melakukan segala hal supaya anak-anaknya mampu meraih mimpi.

Periah juara pertama di Youth
Sineas Award 2015 (kategori Ide Cerita Film Fiksi Terbaik) dan Festival Taman
Film Bandung (kategori Drama Terfavorit) itu mengakui masa terberat ibu ada di
awal setelah melahirkan. Saat bayi lahir, seorang ibu ikut lahir. ”Banyak
perubahan yang terjadi pada ibu, tapi orang lain mungkin nggak lihat,”
ungkapnya.

Perempuan yang lahir di Kepanjen,
Malang, itu menyatakan, para ibu baru juga dihadapkan di dunia yang tidak
ramah. Berbagai keputusan –mulai melahirkan secara normal atau Caesar, bekerja
maupun menjadi ibu rumah tangga, sampai masalah memberikan air susu ibu– selalu
disorot.

”Nggak gampang jadi perempuan.
Padahal, mereka sudah mengambil keputusan dengan banyak pertimbangan ketika
menjadi ibu,” tegasnya. Hal-hal itulah yang ingin dihapus Putri melalui Rahim
& Janin. Dia ingin, ibu ada di dunia yang ramah dan mendukung. ”Enggak ada
ibu yang sempurna. Tapi, setiap ibu pasti melakukan yang terbaik,” tuturnya.

Baca Juga :  Pernah Gagal di Salon, Lancar di Kuliner

Pada kegiatan pertama, Putri dan
tiga anggota inti Rahim & Janin membuat tayangan pendek. Isinya, dialog
perempuan yang telah menjadi ibu. Ada ibu dan anak. Selain itu, pasangan suami
istri yang telah lama menikah maupun yang baru beberapa tahun bersama.

Awalnya, video tersebut
dimaksudkan untuk ruang saling mengungkapkan cinta, lewat surat yang ditulis
sebelumnya. ”Ruang dengar dan cerita yang kami buat ternyata lebih dari itu.
Banyak hal yang dipendam ibu ’keluar’ di sana,” katanya. Ada keluhan yang tidak
pernah diungkap. Bahkan, di salah satu video, ada salah seorang ibu yang merasa
”hilang”. Setelah melahirkan, sang ibu kehilangan kepercayaan diri. Ada rasa
kecewa karena impiannya berkarir terhenti begitu kelahiran anak pertama.

Putri menilai, hal itu tidak
perlu terjadi jika ibu ”dirangkul” orang-orang terdekat. ”Ibu tetap perlu
aktualisasi diri. Kalau ada yang dirasa mengganjal, ibu boleh kok bercerita,”
ucapnya. Dia berharap Rahim & Janin mampu memberi terang para ibu.
Sekaligus membangun kesadaran tentang pentingnya kesejahteraan ibu.
”Pengorbanan ibu jangan sampai taken for granted,” tegasnya. (JPC/KPC)

Ibu berperan mulia. Demi menjalani peran itu, banyak hal harus dilalui.
Belum lagi stigma masyarakat atas peran ibu. Padahal, bagi Ade Putri Verlita
Maharani, tiap ibu berhak bahagia dan tetap menjadi dirinya.

—

KONTEMPLASI hidup empat perempuan berujung lahirnya Rahim &
Janin pada Desember 2019. Adalah Putri, sapaan Ade Putri, dan tiga sahabatnya
yang menggagas gerakan tersebut. Tujuannya membentuk dunia yang ramah ibu.

”Meski belum jadi ibu, saya
sadar, ibu pegang masa depan bangsa. Sebab, ibulah yang pertama mendidik dan
menanamkan nilai ke anak-anaknya,” urainya.

Banyak pengalaman seputar ibu
yang membuat Putri tergerak. Salah satunya ketika menjadi pengajar di SD
Kembang Tanjung, Musi Rawas, Sumatera Selatan, selama 2017–2018. Dia
menceritakan, para ibu di sana menyerahkan pendidikan penuh kepada pihak
sekolah. Praktis, di luar kelas, tidak ada pelajaran. Bahkan, mereka enggan
membantu mengerjakan tugas sekolah anak-anaknya.

”Ibu-ibu itu beranggapan,
pendidikan mereka tidak tinggi, tidak pantas untuk mengajari anaknya. Padahal,
belajar bukan cuma perkara akademis,” tegasnya.

Alumnus Universitas Airlangga
Surabaya itu menyatakan, banyak orang tua yang merasa tidak berdaya. Saat itu,
dia turun langsung. ”Mereka mungkin tidak berbakat di akademis. Tapi, kemampuan
mereka bertanam kan bisa diajarkan,” imbuh Putri.

Baca Juga :  5 Inspirasi Make-Up Area Mata Agar Tampil Memikat Saat Lebaran

Setelah menyelesaikan tugas
mengajar, dia kembali bersentuhan dengan kaum ibu, meski tidak secara langsung.
Sulung dari dua bersaudara itu bekerja di sebuah organisasi filantropis. Salah
satu fokusnya pendidikan anak usia dini (PAUD). Putri kembali belajar hal baru.

”Kalau ibu di daerah terpencil
minder, ibu di kota besar punya banyak ekspektasi ke anaknya,” ucapnya. Para
ibu melakukan segala hal supaya anak-anaknya mampu meraih mimpi.

Periah juara pertama di Youth
Sineas Award 2015 (kategori Ide Cerita Film Fiksi Terbaik) dan Festival Taman
Film Bandung (kategori Drama Terfavorit) itu mengakui masa terberat ibu ada di
awal setelah melahirkan. Saat bayi lahir, seorang ibu ikut lahir. ”Banyak
perubahan yang terjadi pada ibu, tapi orang lain mungkin nggak lihat,”
ungkapnya.

Perempuan yang lahir di Kepanjen,
Malang, itu menyatakan, para ibu baru juga dihadapkan di dunia yang tidak
ramah. Berbagai keputusan –mulai melahirkan secara normal atau Caesar, bekerja
maupun menjadi ibu rumah tangga, sampai masalah memberikan air susu ibu– selalu
disorot.

”Nggak gampang jadi perempuan.
Padahal, mereka sudah mengambil keputusan dengan banyak pertimbangan ketika
menjadi ibu,” tegasnya. Hal-hal itulah yang ingin dihapus Putri melalui Rahim
& Janin. Dia ingin, ibu ada di dunia yang ramah dan mendukung. ”Enggak ada
ibu yang sempurna. Tapi, setiap ibu pasti melakukan yang terbaik,” tuturnya.

Baca Juga :  Pernah Gagal di Salon, Lancar di Kuliner

Pada kegiatan pertama, Putri dan
tiga anggota inti Rahim & Janin membuat tayangan pendek. Isinya, dialog
perempuan yang telah menjadi ibu. Ada ibu dan anak. Selain itu, pasangan suami
istri yang telah lama menikah maupun yang baru beberapa tahun bersama.

Awalnya, video tersebut
dimaksudkan untuk ruang saling mengungkapkan cinta, lewat surat yang ditulis
sebelumnya. ”Ruang dengar dan cerita yang kami buat ternyata lebih dari itu.
Banyak hal yang dipendam ibu ’keluar’ di sana,” katanya. Ada keluhan yang tidak
pernah diungkap. Bahkan, di salah satu video, ada salah seorang ibu yang merasa
”hilang”. Setelah melahirkan, sang ibu kehilangan kepercayaan diri. Ada rasa
kecewa karena impiannya berkarir terhenti begitu kelahiran anak pertama.

Putri menilai, hal itu tidak
perlu terjadi jika ibu ”dirangkul” orang-orang terdekat. ”Ibu tetap perlu
aktualisasi diri. Kalau ada yang dirasa mengganjal, ibu boleh kok bercerita,”
ucapnya. Dia berharap Rahim & Janin mampu memberi terang para ibu.
Sekaligus membangun kesadaran tentang pentingnya kesejahteraan ibu.
”Pengorbanan ibu jangan sampai taken for granted,” tegasnya. (JPC/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru