25.1 C
Jakarta
Monday, April 14, 2025

Dampak Tambang Bikin Waswas

PULANG
PISAU
-Masih
beroperasinya tambang emas di hulu Sungai Kahayan, secara tidak langsung
berimbas pada kualitas air di Kabupaten Pulang Pisau. Warga yang berada di tepi
sungai itu pun waswas. Sebab, diketahui bahwa aktivitas tambang sering menggunakan
zat kimia berbahya, merkuri.

Hal itu pun menjadi
perhatian Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo. “Merkuri kan sifatnya tidak bisa
terurai di air. Ini juga menjadi permasalahan yang harus dihadapi. Mengingat
air DAS Kahayan banyak dipakai sebagian warga yang bermukim di pinggir sungai
(Kahayan),” kata Edy Pratowo, Jumat (20/12).

Untuk menanggulangi hal
tersebut, Edy menginstruksikan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Pulang Pisau agar mendorong masyarakat meninggalkan kegiatan penambangan di wilayah
hulu sungai, terutama yang menggunakan merkuri.

Baca Juga :  Sirajul Terpilih Jabat Ketua DPW PKS Kalteng

“Oleh karena itu, DLH
Kabupaten Pulang Pisau dapat bantuan berupa laboratorium pengolahan limbah merkuri
yang dibangun di daerah  Kecamatan Banama
Tingang. Sedang tahap pembangunan. Kehadiran laboratorium ini diharapkan dapat
menyadarkan masyarakat betapa pentingnya Sungai Kahayan,” ujar Edy.

Apalagi Sungai Kahayan
tidak semata menjadi tempat hilir mudik kapal alias jalur transportasi. Menurut
orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau ini, air sungai itu juga
dipakai PDAM, meskipun sudah melalui pengolahan dan tahap pemurnian.

Bupati juga meminta
masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang
sampah dan limbah secara sembarangan ke sungai. Hal ini bermaksud agar kelestarian
sungai tetap terjaga, karena warga masih menjadikan sungai sebagai penyambung kehidupan
dan perekonomian.

Baca Juga :  Enam Kabupaten Pangkas Dana Pilkada, Bawaslu Mengadu ke Mendagri

“Saya berharap seluruh lapisan masyarakat bisa
berperan aktif. Jangan buang sampah di sungai. Masih banyak orang yang
menggantungkan perekonomian di situ. Contohnya, nelayan tradisional. Alangkah
baiknya kita memulai pola hidup sehat supaya sungai kita tetap terjaga,”
tegasnya. (ena/ce/ens)

PULANG
PISAU
-Masih
beroperasinya tambang emas di hulu Sungai Kahayan, secara tidak langsung
berimbas pada kualitas air di Kabupaten Pulang Pisau. Warga yang berada di tepi
sungai itu pun waswas. Sebab, diketahui bahwa aktivitas tambang sering menggunakan
zat kimia berbahya, merkuri.

Hal itu pun menjadi
perhatian Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo. “Merkuri kan sifatnya tidak bisa
terurai di air. Ini juga menjadi permasalahan yang harus dihadapi. Mengingat
air DAS Kahayan banyak dipakai sebagian warga yang bermukim di pinggir sungai
(Kahayan),” kata Edy Pratowo, Jumat (20/12).

Untuk menanggulangi hal
tersebut, Edy menginstruksikan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Pulang Pisau agar mendorong masyarakat meninggalkan kegiatan penambangan di wilayah
hulu sungai, terutama yang menggunakan merkuri.

Baca Juga :  Sirajul Terpilih Jabat Ketua DPW PKS Kalteng

“Oleh karena itu, DLH
Kabupaten Pulang Pisau dapat bantuan berupa laboratorium pengolahan limbah merkuri
yang dibangun di daerah  Kecamatan Banama
Tingang. Sedang tahap pembangunan. Kehadiran laboratorium ini diharapkan dapat
menyadarkan masyarakat betapa pentingnya Sungai Kahayan,” ujar Edy.

Apalagi Sungai Kahayan
tidak semata menjadi tempat hilir mudik kapal alias jalur transportasi. Menurut
orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau ini, air sungai itu juga
dipakai PDAM, meskipun sudah melalui pengolahan dan tahap pemurnian.

Bupati juga meminta
masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang
sampah dan limbah secara sembarangan ke sungai. Hal ini bermaksud agar kelestarian
sungai tetap terjaga, karena warga masih menjadikan sungai sebagai penyambung kehidupan
dan perekonomian.

Baca Juga :  Enam Kabupaten Pangkas Dana Pilkada, Bawaslu Mengadu ke Mendagri

“Saya berharap seluruh lapisan masyarakat bisa
berperan aktif. Jangan buang sampah di sungai. Masih banyak orang yang
menggantungkan perekonomian di situ. Contohnya, nelayan tradisional. Alangkah
baiknya kita memulai pola hidup sehat supaya sungai kita tetap terjaga,”
tegasnya. (ena/ce/ens)

Terpopuler

Artikel Terbaru