NEW YORK-Saat bola pengembalian Daniil Medvedev
melebar dari garis baseline, Rafael Nadal langsung membuang raket dan
merebahkan tubuhnya di atas lapangan. Dia berteriak keras sambil memejamkan
mata. Nafasnya masih begitu tersengal-sengal.
Beban berat di pundaknya saat itu seketika
menghilang. Tekanan sengit selama empat jam 50 menit di atas Arthur Ashe
Stadium baru saja dia empaskan.
Itulah momen Nadal memastikan kemenangan atas
Medvedev di partai final tunggal putra Amerika Serikat (AS) Terbuka kemarin
dini hari. Pertandingan berlangsung sengit dalam lima set 7-5, 6-3, 5-7, 4-6,
6-4.
Hasil ini membuat petenis kidal tersebut
merebut gelar AS Terbuka keempatnya sepanjang karir. Total, seluruh gelarnya
dari berbagai grand slam saat ini menjadi 19 trofi. Alias tinggal terpaut satu
piala dari Roger Federer. Petenis Swiss itu sampai saat ini adalah pemegang
rekor gelar grand slam terbanyak sepanjang masa di sektor tunggal putra.
Meski sudah 19 trofi yang dia raih, dan 27 kali
tampil di final mayor, Nadal tetap menunjukkan emosi begitu dalam ketika
memastikan gelar juara kemarin. Dia merasa momen ini salah satu yang terhebat
sepanjang 18 tahun karirnya di pentas profesional.
Perlawanan Medvedev yang begitu sengit membuat
petenis kidal itu merasa mendapat kepuasan pribadi yang tinggi. Apalagi jarak
usia keduanya terpaut satu dekade. “Suatu kehormatan masih bisa berada di
pertarungan ini. Perjuanganku mendapatkan momen hebat ini begitu keras.
Biasanya aku bisa mengontrol emosi. Tapi kali ini aku tidak mampu
melakukannya,†ucap petenis 33 tahun tersebut dilansir New York Times.
Air mata Nadal tak terbendung ketika pihak
penyelenggara memutar video flash back momen-momen kemenangan yang dia dapat di
berbagai ajang grand slam. Itu dilakukan sebelum seremoni penyerahan piala.
Sambil duduk di bangku pemain, dia mencoba
menutupi air mata dengan menaruh kedua tangan di wajahnya. Saat itu kamera
sedang menyorotnya dan langsung terhubung ke layar raksasa. “Video itu, dan
antusiasme penonton yang luar biasa membuat momen ini terasa super
spesial,â€ucap Nadal.
Bagi Medvedev kekalahan ini mengakhiri
perjalanan sensasionalnya sepanjang musim panas ini. Dalam dua bulan terakhir,
dia terus mampu menembus partai puncak di empat kompetisi yang dia ikuti.
Medvedev pun kini menembus ranking empat dunia. Tertinggi sepanjang karir
petenis Rusia tersebut.
Sebelum tampil di final ajang mayor perdananya
kemarin, petenis 23 tahun itu juga tampil di final Washington Open, Rogers Cup,
dan Cincinnati Masters. Dari tiga final itu satu di antaranya berbuah gelar
yakni di Cincinnati. Rekornya di empat ajang itu adalah 20-3.
“Ini
momen yang akan aku kenang sampai berusia 70 tahun,†ucap Medvedev dilansir
situs resmi ATP. “Aku sudah mengeluarkan semua kemampuan untuk melawan petenis
terbaik di sejarah olahraga ini. Untuk itu tampaknya aku juga pantas
mengapresiasi diriku sendiri,†tambahnya dalam seremoni penyerahan piala.
Kemenangan Nadal ini juga menunjukkan bahwa
para petenis big three yakni Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer masih
begitu dominan dalam peburuan gelar ajang mayor. Kemenangan Nadal membuat tiga
petenis top itu menguasai gelar di 12 ajang mayor terakhir. Atau tepatnya sejak
Stanislas Wawrinka menang di AS Terbuka 2016. (irr/jpg)