PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza di tengah masa gencatan senjata dengan Hamas. Langkah ini menandai meningkatnya ketegangan baru setelah adanya insiden baku tembak di wilayah selatan Gaza.
Perintah tersebut dikeluarkan usai Israel menuduh Hamas menembaki tentaranya di Rafah saat proses penyerahan satu set jenazah sandera Israel. Netanyahu menegaskan bahwa kelompok Hamas seharusnya mengembalikan seluruh jenazah sandera sebagaimana disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.
Menurut seorang pejabat militer Israel yang enggan disebut namanya, bentrokan terjadi di Rafah pada Selasa kemarin. Kontak senjata tersebut kembali menunjukkan rapuhnya gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Sementara itu, Hamas menyatakan pada hari yang sama bahwa pihaknya menemukan jenazah seorang sandera lain yang rencananya akan diserahkan kemudian hari. Seorang jurnalis video dari Associated Press di Khan Younis melaporkan melihat kantong jenazah berwarna putih yang diangkat dari sebuah terowongan oleh beberapa pria, sebagian mengenakan penutup wajah, sebelum dibawa dengan ambulans. Namun, belum diketahui siapa identitas jenazah tersebut.
Proses pemulangan jenazah yang berjalan lambat kini memperumit pembicaraan mengenai kelanjutan gencatan senjata tahap berikutnya. Tahap lanjutan itu disebut-sebut akan membahas isu yang lebih sensitif, termasuk pelucutan senjata Hamas.
Perselisihan mengenai jenazah sandera bukan kali pertama terjadi sejak gencatan senjata yang ditengahi oleh Donald Trump diberlakukan. Israel menuding Hamas sempat menyerahkan jenazah yang ternyata bukan warga Israel, melainkan seorang warga Palestina.
Kasus serupa juga pernah terjadi dalam gencatan senjata Februari lalu. Saat itu Hamas mengklaim telah mengembalikan jenazah Shiri Bibas dan dua anaknya, namun tes DNA menunjukkan salah satu jenazah merupakan perempuan Palestina. Jenazah Bibas baru dikembalikan sehari setelahnya.
Di sisi lain, ketegangan juga meningkat di Tepi Barat. Pasukan Israel menewaskan tiga militan Palestina dalam operasi di wilayah utara pada Selasa pagi. Operasi itu menjadi bagian dari rangkaian aksi militer intensif yang terus berlanjut sejak perang di Gaza meletus.
Pihak Israel menyebut operasi tersebut bertujuan membongkar jaringan militan yang menyerang warga sipil dan tentaranya. Namun, menurut pihak Palestina serta organisasi hak asasi manusia, operasi itu turut menewaskan banyak warga sipil dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 68.500 warga Palestina telah tewas selama dua tahun konflik berlangsung. Laporan itu tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang bersenjata, namun data tersebut secara umum diakui valid oleh badan-badan PBB dan para analis independen. Israel sendiri menolak angka itu dan belum merilis perhitungan versinya. (fin)
