25.1 C
Jakarta
Monday, October 27, 2025

Kemenag Soroti Fenomena Banyak Ngaku Dai, tapi Keilmuannya Kurang

PROKALTENG.CO – Kementerian Agama (Kemenag) menyoroti fenomena banyak orang yang mengaku dai, tapi pemahaman agamanya minim. Untuk itu, Kemenag terus mendorong kaderisasi ulama dan dai, memastikan mereka benar-benar memahami ilmu agama sebelum menyampaikan pesan ke masyarakat.

Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, menegaskan, “Sekarang banyak yang mengaku dai tetapi pemahaman agamanya kurang.” Ia menambahkan, kaderisasi melalui ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII jadi salah satu upaya Kemenag menghadirkan dai atau ulama yang kompeten di tengah masyarakat.

Menurut Ismail, keberadaan dai yang kompeten penting agar masyarakat semakin dekat dengan ajaran agamanya. “Menag Nasaruddin Umar berpesan, ketika umat dekat dengan agama, negara akan damai. Sebaliknya, jika umat jauh dari ajaran agama, potensi kekacauan bisa terjadi,” ujarnya.

Baca Juga :  Info Baru, Pemerintah Perbolehkan Warga di Bawah 45 Tahun Bebas Berakt

STQH Nasional XXVIII, lanjut Ismail, menjadi wahana kaderisasi dai. Para kafilah dari berbagai daerah bersaing dalam keilmuan Alquran dan Hadits.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan, kegiatan STQH Nasional XXVIII dipusatkan di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan tidak hanya berisi perlombaan keilmuan. “Ada juga diskusi soal pembinaan karakter, ketahanan keluarga, toleransi, merawat kerukunan, dan menjaga lingkungan,” katanya.

Abu menambahkan, ajang ini juga menjadi pusat talenta Kemenag. Para juara perlombaan masuk daftar talenta untuk mewakili Indonesia pada kompetisi internasional serupa.

Pada STQH Nasional dua tahun lalu di Jambi, kontingen Jawa Timur jadi juara umum, disusul DKI Jakarta di urutan kedua. Kemenag memastikan proses penilaian berjalan objektif dan transparan. (jpg)

Baca Juga :  Resolusi Wujudkan Kerukunan Beragama, Kemenag Lamandau Berikan Sosialisasi

PROKALTENG.CO – Kementerian Agama (Kemenag) menyoroti fenomena banyak orang yang mengaku dai, tapi pemahaman agamanya minim. Untuk itu, Kemenag terus mendorong kaderisasi ulama dan dai, memastikan mereka benar-benar memahami ilmu agama sebelum menyampaikan pesan ke masyarakat.

Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, menegaskan, “Sekarang banyak yang mengaku dai tetapi pemahaman agamanya kurang.” Ia menambahkan, kaderisasi melalui ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII jadi salah satu upaya Kemenag menghadirkan dai atau ulama yang kompeten di tengah masyarakat.

Menurut Ismail, keberadaan dai yang kompeten penting agar masyarakat semakin dekat dengan ajaran agamanya. “Menag Nasaruddin Umar berpesan, ketika umat dekat dengan agama, negara akan damai. Sebaliknya, jika umat jauh dari ajaran agama, potensi kekacauan bisa terjadi,” ujarnya.

Baca Juga :  Info Baru, Pemerintah Perbolehkan Warga di Bawah 45 Tahun Bebas Berakt

STQH Nasional XXVIII, lanjut Ismail, menjadi wahana kaderisasi dai. Para kafilah dari berbagai daerah bersaing dalam keilmuan Alquran dan Hadits.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan, kegiatan STQH Nasional XXVIII dipusatkan di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan tidak hanya berisi perlombaan keilmuan. “Ada juga diskusi soal pembinaan karakter, ketahanan keluarga, toleransi, merawat kerukunan, dan menjaga lingkungan,” katanya.

Abu menambahkan, ajang ini juga menjadi pusat talenta Kemenag. Para juara perlombaan masuk daftar talenta untuk mewakili Indonesia pada kompetisi internasional serupa.

Pada STQH Nasional dua tahun lalu di Jambi, kontingen Jawa Timur jadi juara umum, disusul DKI Jakarta di urutan kedua. Kemenag memastikan proses penilaian berjalan objektif dan transparan. (jpg)

Baca Juga :  Resolusi Wujudkan Kerukunan Beragama, Kemenag Lamandau Berikan Sosialisasi

Terpopuler

Artikel Terbaru