PROKALTENG.CO– Timnas Indonesia menghadapi berbagai kendala jelang babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Skuad Garuda yang berada di Grup B akan menghadapi Arab Saudi (8/10) dan Irak (11/10).
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyoroti sejumlah hal yang dianggap merugikan timnas. “Pertama, awalnya tuan rumah netral, tapi akhirnya diputuskan main di Arab Saudi,” kata Erick di Jakarta, kemarin (17/9).
Erick juga mengeluhkan jadwal laga yang semula dijadwalkan pukul 18.00 waktu setempat. PSSI kemudian mengirim protes resmi. “Alhamdulillah disetujui. Jadwalnya digeser menjadi pukul 20.15 malam,” jelas Erick.
Hal lain yang dipersoalkan adalah penunjukan wasit asal Kuwait. Erick menilai seharusnya wasit berasal dari wilayah netral. “Bisa dari Asia Timur seperti Jepang, Tiongkok, Australia, atau bahkan Eropa. Bukan dari regional yang sama dengan peserta,” tegasnya.
Sekjen PSSI Yunus Nusi sudah mengirim surat ke FIFA, dan Erick memastikan pihaknya juga melobi AFC. “Kami coba minta wasit yang lebih netral. Kita lihat hasilnya,” ujarnya.
Erick menganggap berbagai tekanan itu menunjukkan kebangkitan sepak bola Indonesia mulai diperhitungkan. “Rupanya banyak pihak mengantisipasi berlebihan. Padahal sepak bola itu untuk kompetisi sehat. Tapi realitanya begini,” katanya.
Sebelumnya, uji coba melawan Kuwait juga batal dan diganti Taiwan. Bahkan saat bermain di luar negeri, timnas sempat terkendala pengawalan hingga terlambat ke stadion. Suporter pun dibatasi, berbeda saat laga melawan Arab Saudi di ronde ketiga.
“Ini yang kami antisipasi. Salah satunya penunjukan wasit. Kami sudah menyiapkan tim advance untuk mengurus administrasi sampai hotel. Bahkan hotel pun kami pilih sendiri, bukan dari panitia, supaya tim lebih fokus,” jelas Erick.
Pemain Eropa Bergabung 6 Oktober
Untuk persiapan tim, Erick menyebut para pemain yang berkarier di Eropa baru mendarat pada 6 Oktober. “Seperti saat melawan Australia di ronde ketiga. Tanggal 7 latihan, tanggal 8 langsung main,” paparnya.
Selain itu, PSSI juga mencermati aturan penghapusan kartu kuning. “Kita hitung, jangan-jangan aturan itu lebih menguntungkan orang lain daripada kita. Tekanannya cukup berat, tapi itu realita yang harus kami hadapi,” tutup Erick. (jpc)
