27.6 C
Jakarta
Monday, August 11, 2025

Tangis Anak di Balik Dinding Seng, SDN-1 Tumbang Lampahung Butuh Uluran Tangan Pemerintah

KUALA KURUN, PROKALTENG.CO – Di tengah geliat pembangunan di Kabupaten Gunung Mas, masih ada sebuah sekolah dasar yang berjuang sendiri. SDN-1 Desa Tumbang Lampahung Baru, tepatnya ruang kelas V, memendam kisah pilu.

Dindingnya hanya dari seng, lantainya cor beton seadanya. Ruangan yang seharusnya jadi tempat nyaman untuk belajar, malah berubah jadi “sauna” alami saat matahari meninggi.

Kepala sekolah Friskila dengan jujur mengakui kondisi ini. Setelah rapat panjang bersama guru, komite, dan orang tua murid, mereka sepakat membangun ruang belajar darurat. Dana terkumpul dari swadaya masyarakat dan guru. Bangunan itu hanya solusi sementara, menunggu uluran tangan pemerintah.

“Dana kami kumpulkan sendiri. Jadi bangunan darurat ini untuk kelas V, sambil menunggu bantuan dari pemerintah,” katanya singkat.

Baca Juga :  Pj Bupati Gunung Mas Soroti Prestasi dan Pembangunan dalam Malam Pisah Sambut

Kebutuhan ruang belajar baru sangat mendesak. Tiga sampai empat ruangan menjadi impian yang belum terwujud. Meski begitu, gotong royong di SDN-1 terus berlanjut. Dalam waktu satu minggu, ruang darurat itu berdiri.

“Lantai kami cor seadanya, jauh dari standar sekolah biasanya. Semua dari dana komite, sekolah, dan guru-guru. Kami hanya berharap pemerintah bisa peduli,” ujar Friskila dengan nada harap.

Sekolah membatasi ruang guru dan kelas supaya proses belajar tetap jalan. Muridnya ratusan, baik yang tercatat di Dapodik maupun titipan.

Orang tua murid, Mamah Acan, mengeluh. Anak-anaknya harus berjuang belajar dalam suhu panas menyengat.

“Bangunan seng ini tidak layak. Apalagi anak sekolah full day, pulangnya hampir jam tiga sore. Kami mohon Pemda segera perhatikan,” kata dia.

Baca Juga :  Laporan Aset Daerah Harus Akurat, Pemkab Gumas Perkuat Pengelolaan BMD

Kepala Disdikpora Gunung Mas, Aprianto, mengaku anggaran dinas minim. Pembangunan ruang belajar selama ini memang swadaya sekolah dan masyarakat. Dia berjanji akan berusaha menganggarkan pembangunan di perubahan anggaran atau APBD murni 2026.

“Kami tahu keterbatasan dana. Tapi kami usahakan di perubahan atau tahun depan,” ujar Aprianto. (nya)

KUALA KURUN, PROKALTENG.CO – Di tengah geliat pembangunan di Kabupaten Gunung Mas, masih ada sebuah sekolah dasar yang berjuang sendiri. SDN-1 Desa Tumbang Lampahung Baru, tepatnya ruang kelas V, memendam kisah pilu.

Dindingnya hanya dari seng, lantainya cor beton seadanya. Ruangan yang seharusnya jadi tempat nyaman untuk belajar, malah berubah jadi “sauna” alami saat matahari meninggi.

Kepala sekolah Friskila dengan jujur mengakui kondisi ini. Setelah rapat panjang bersama guru, komite, dan orang tua murid, mereka sepakat membangun ruang belajar darurat. Dana terkumpul dari swadaya masyarakat dan guru. Bangunan itu hanya solusi sementara, menunggu uluran tangan pemerintah.

“Dana kami kumpulkan sendiri. Jadi bangunan darurat ini untuk kelas V, sambil menunggu bantuan dari pemerintah,” katanya singkat.

Baca Juga :  Pj Bupati Gunung Mas Soroti Prestasi dan Pembangunan dalam Malam Pisah Sambut

Kebutuhan ruang belajar baru sangat mendesak. Tiga sampai empat ruangan menjadi impian yang belum terwujud. Meski begitu, gotong royong di SDN-1 terus berlanjut. Dalam waktu satu minggu, ruang darurat itu berdiri.

“Lantai kami cor seadanya, jauh dari standar sekolah biasanya. Semua dari dana komite, sekolah, dan guru-guru. Kami hanya berharap pemerintah bisa peduli,” ujar Friskila dengan nada harap.

Sekolah membatasi ruang guru dan kelas supaya proses belajar tetap jalan. Muridnya ratusan, baik yang tercatat di Dapodik maupun titipan.

Orang tua murid, Mamah Acan, mengeluh. Anak-anaknya harus berjuang belajar dalam suhu panas menyengat.

“Bangunan seng ini tidak layak. Apalagi anak sekolah full day, pulangnya hampir jam tiga sore. Kami mohon Pemda segera perhatikan,” kata dia.

Baca Juga :  Laporan Aset Daerah Harus Akurat, Pemkab Gumas Perkuat Pengelolaan BMD

Kepala Disdikpora Gunung Mas, Aprianto, mengaku anggaran dinas minim. Pembangunan ruang belajar selama ini memang swadaya sekolah dan masyarakat. Dia berjanji akan berusaha menganggarkan pembangunan di perubahan anggaran atau APBD murni 2026.

“Kami tahu keterbatasan dana. Tapi kami usahakan di perubahan atau tahun depan,” ujar Aprianto. (nya)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/