32.7 C
Jakarta
Sunday, July 20, 2025

Waspada! Ini Bahaya Konsumsi Beras yang Dioplos Pemutih Bagi Kesehatan

Terungkapnya peredaran beras premium yang sebagian ternyata oplosan membuat masyarakat cemas. Namun, ada yang lebih berbahaya dari sekadar bersa yang dioplos dengan sesama beras dengan kualitas berbeda. Yakni beras yang dioplos dengan bahan kimia.

Beras yang seharusnya menjadi sumber energi utama bagi tubuh, justru bisa membahayakan kesehatan bila sudah dioplos dengan bahan kimia. Salah satunya klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih. Selain itu, kandungan gizinya juga bisa rusak.

’’Biasanya ditemukan bahan pemutih seperti klorin atau pemutih. Zat-zat asing ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, alergi kulit, bahkan merusak fungsi hati dan ginjal. Karena hati dan ginjal bekerja keras menyaring dan membuang zat toksik yang masuk ke tubuh,’’ jelas Pakar Gizi Melliana Eka Cahyani, S.Tr.Gz.

Dalam jangka panjang, konsumsi beras oplosan yang mengandung pewarna non-food grade dan pemutih akan bersifat karsinogenik alias zat yang memicu pertumbuhan kanker.

Meskipun pewarna makanan diizinkan dalam jumlah tertentu, penggunaannya dalam beras sangat tidak disarankan.’’Berdasar BPOM, khusus beras tidak boleh ada tambahan pewarna maupun pewangi,’’ lanjut ahli gizi Healthy Go dan Gizi Nusantara itu.

Baca Juga :  5 Penyebab Kehamilan Kedua Lebih Sulit Terjadi

Mencuci Beras Tidak Hilangkan Kandungan Zat Kimia

Dampak negatif yang muncul dari beras berpemutih bisa berbeda-beda, tergantung kondisi tubuh masing-masing orang.

’’Ada yang langsung muntah, mual, atau muncul reaksi alergi. Itu sudah dikategorikan sebagai gejala akut ringan akibat paparan zat asing’’ ungkap Melliana. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan jeli saat memilih beras.

Apakah mencuci dan memasak beras bisa menghilangkan zat kimia yang menempel? Menurut Melliana, tindakan tersebut hanya mengurangi, bukan menghilangkan seluruhnya.

’’Zat seperti klorin mungkin bisa larut sebagian dengan pencucian berulang. Tapi kalau sudah terserap ke dalam butiran beras, itu sulit dihilangkan,’’ tuturnya.

Tidak Mengkilap dan Beraroma

Untuk membedakan beras aman dan tidak, Melliana memberikan beberapa ciri fisik yang bisa dikenali. ’

’Beras alami cenderung berwarna putih pudar, krem, atau kekuningan tergantung varietas dan proses penggilingan. Jika beras terlalu putih mengkilap, bisa dicurigai dipoles atau diberi pemutih.’’ paparnya.

Beras berpemutih terkadang juga beraroma tajam seperti parfum pandan, yang seharusnya tidak dimiliki oleh beras alami, kecuali varietas khusus seperti Pandan Wangi dengan aroma pandan yang halus.

Baca Juga :  Soal Beras Oplosan, Pemprov Kalteng Lakukan Investigasi dan Pengawasan

Tekstur juga bisa menjadi petunjuk. Jika saat digigit teksturnya terasa tidak wajar, misalnya terlalu keras seperti plastik atau karet, ada kemungkinan beras tersebut mengandung zat tambahan atau tercampur bahan asing’’ katanya.

Bentuk Tidak Utuh Belum Tentu Berbahaya

Di luar kasus oplosan, beras yang bentuknya tidak utuh, patah-patah, atau mengandung kutu justru belum tentu berbahaya.

’’ Itu bisa disebabkan oleh cara penyimpanan, waktu simpan yang lama, atau kondisi panen. Selama tidak terkontaminasi bahan kimia atau jamur, tetap aman dikonsumsi, walaupun kualitas organoleptik dan gizinya bisa menurun.’’ paparnya.

Sebagai informasi, beras menjadi salah satu sumber karbohidrat kompleks yang menjadi energi utama tubuh, otak, dan otot.

Dalam 100 gram beras juga terdapat sekitar 2–3 gram protein, kandungan mikronutrien, vitamin B kompleks, vitamin B9 untuk kesehatan saraf, serta mineral seperti selenium, magnesium, fosfor.

’’Beras juga mengandung serat untuk lancarkan pencernaan dan menjaga kadar kolesterol tetap normal.’’ imbuhnya.(jpc)

Terungkapnya peredaran beras premium yang sebagian ternyata oplosan membuat masyarakat cemas. Namun, ada yang lebih berbahaya dari sekadar bersa yang dioplos dengan sesama beras dengan kualitas berbeda. Yakni beras yang dioplos dengan bahan kimia.

Beras yang seharusnya menjadi sumber energi utama bagi tubuh, justru bisa membahayakan kesehatan bila sudah dioplos dengan bahan kimia. Salah satunya klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih. Selain itu, kandungan gizinya juga bisa rusak.

’’Biasanya ditemukan bahan pemutih seperti klorin atau pemutih. Zat-zat asing ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, alergi kulit, bahkan merusak fungsi hati dan ginjal. Karena hati dan ginjal bekerja keras menyaring dan membuang zat toksik yang masuk ke tubuh,’’ jelas Pakar Gizi Melliana Eka Cahyani, S.Tr.Gz.

Dalam jangka panjang, konsumsi beras oplosan yang mengandung pewarna non-food grade dan pemutih akan bersifat karsinogenik alias zat yang memicu pertumbuhan kanker.

Meskipun pewarna makanan diizinkan dalam jumlah tertentu, penggunaannya dalam beras sangat tidak disarankan.’’Berdasar BPOM, khusus beras tidak boleh ada tambahan pewarna maupun pewangi,’’ lanjut ahli gizi Healthy Go dan Gizi Nusantara itu.

Baca Juga :  5 Penyebab Kehamilan Kedua Lebih Sulit Terjadi

Mencuci Beras Tidak Hilangkan Kandungan Zat Kimia

Dampak negatif yang muncul dari beras berpemutih bisa berbeda-beda, tergantung kondisi tubuh masing-masing orang.

’’Ada yang langsung muntah, mual, atau muncul reaksi alergi. Itu sudah dikategorikan sebagai gejala akut ringan akibat paparan zat asing’’ ungkap Melliana. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan jeli saat memilih beras.

Apakah mencuci dan memasak beras bisa menghilangkan zat kimia yang menempel? Menurut Melliana, tindakan tersebut hanya mengurangi, bukan menghilangkan seluruhnya.

’’Zat seperti klorin mungkin bisa larut sebagian dengan pencucian berulang. Tapi kalau sudah terserap ke dalam butiran beras, itu sulit dihilangkan,’’ tuturnya.

Tidak Mengkilap dan Beraroma

Untuk membedakan beras aman dan tidak, Melliana memberikan beberapa ciri fisik yang bisa dikenali. ’

’Beras alami cenderung berwarna putih pudar, krem, atau kekuningan tergantung varietas dan proses penggilingan. Jika beras terlalu putih mengkilap, bisa dicurigai dipoles atau diberi pemutih.’’ paparnya.

Beras berpemutih terkadang juga beraroma tajam seperti parfum pandan, yang seharusnya tidak dimiliki oleh beras alami, kecuali varietas khusus seperti Pandan Wangi dengan aroma pandan yang halus.

Baca Juga :  Soal Beras Oplosan, Pemprov Kalteng Lakukan Investigasi dan Pengawasan

Tekstur juga bisa menjadi petunjuk. Jika saat digigit teksturnya terasa tidak wajar, misalnya terlalu keras seperti plastik atau karet, ada kemungkinan beras tersebut mengandung zat tambahan atau tercampur bahan asing’’ katanya.

Bentuk Tidak Utuh Belum Tentu Berbahaya

Di luar kasus oplosan, beras yang bentuknya tidak utuh, patah-patah, atau mengandung kutu justru belum tentu berbahaya.

’’ Itu bisa disebabkan oleh cara penyimpanan, waktu simpan yang lama, atau kondisi panen. Selama tidak terkontaminasi bahan kimia atau jamur, tetap aman dikonsumsi, walaupun kualitas organoleptik dan gizinya bisa menurun.’’ paparnya.

Sebagai informasi, beras menjadi salah satu sumber karbohidrat kompleks yang menjadi energi utama tubuh, otak, dan otot.

Dalam 100 gram beras juga terdapat sekitar 2–3 gram protein, kandungan mikronutrien, vitamin B kompleks, vitamin B9 untuk kesehatan saraf, serta mineral seperti selenium, magnesium, fosfor.

’’Beras juga mengandung serat untuk lancarkan pencernaan dan menjaga kadar kolesterol tetap normal.’’ imbuhnya.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/