31.3 C
Jakarta
Wednesday, July 9, 2025

Sedot Wisatawan, Ini Sejarah dan Makna Tradisi Pacu Jalur yang Viral ke Mancanegara

PROKALTENG.CO-Beberapa hari belakangan ini sosial media diramaikan dengan video anak-anak yang sedang menari di atas perahu yang kemudian viral dan melahirkan tren baru “aura farming”.

Diketahui anak tersebut disebut dengan ‘tukang tari’ atau ‘anak coki’ yang sedang mengikuti lomba pacu jalur.

Pacu jalur memiliki sejarah dan makna yang mendalam di tradisi bangsa Indonesia. Lalu apa sebenarnya pacu jalur itu?

Sejarah dan Makna Pacu Jalur

Mengutip pada laman resmi Kotajalur.kuansing.go.id, Pacu Jalur adalah sebuah pesta rakyat kebanggaan warga Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Pacu jalur berawal pada abad ke-17, yang dahulu adalah alat transportasi utama masyarakat desa di Rantau Kuantan. Pada zaman itu transportasi darat belum berkembang seperti sekarang.

Jalur atau perahu menjadi bagian yang sangat penting di kehidupan masyarakat dulu. Tidak hanya sebagai alat transportasi jalur juga dipakai sebagai alat untuk mengangkut hasil bumi seperti tebu dan pisang.

Baca Juga :  Wow! MenPAN-RB Sebut Tahun Depan Gaji ASN Paling Rendah Rp 9 Juta

Lalu mulai bermunculan lah jalur-jalur dengan ukiran indah. Contohnya ukiran harimau, kepala ular, maupun buaya di bagian lambung jalur ataupun selembayungnya.

Perubahan yang terjadi tersebut menandakan adanya perkembangan dari fungsi jalur dari yang tadinya hanya sebagai alat angkut, namun jalur juga menjadi identitas sosial.

Karena hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang menaiki jalur yang dihias tersebut.

Hingga pada 1 abad kemudian, warga mulai melihat sisi lain yang membuat adanya jalur semakin menarik dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang sampai saat ini dikenal dengan nama pacu jalur.

Dahulu pacu jalur diadakan di kampung-kampung yang berada di sepanjang Sungai Kuantan dalam rangka memperingati hari besar Islam.

Baca Juga :  Materai Rp6.000 dan Rp3.000 Masih Berlaku Sampai Akhir Tahun

Kemudian pacu jalur tidak lagi diadakan untuk memeringati hari besar Islam tetapi diadakan untuk memeringati hari kemerdekaan Indonesia.

Akan ada lebih dari 100 jalur yang mengikuti perlombaan. Menurut warga setempat jalur diartikan sebagai ‘perahu besar’ yang dibuat dari satu kayu besar bulat utuh tanpa sambungan dengan daya tampung 45-60 orang pendayung (anak pacu).

Perlombaan yang kabarnya sudah ada sejak tahun ke-1903 ini sekarang sudah menjadi acara tahunan tetap Pemerintah Provinsi Riau agar menarik datangnya wisatawan lokal hingga mancanegara.

Masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat menggunakan momentum viralnya pacu jalur ini agar bisa memperkenalkan budaya dan tradisi lokal yang lain agar dapat lebih dikenal oleh dunia. (mg3/lis/jpg)

 

PROKALTENG.CO-Beberapa hari belakangan ini sosial media diramaikan dengan video anak-anak yang sedang menari di atas perahu yang kemudian viral dan melahirkan tren baru “aura farming”.

Diketahui anak tersebut disebut dengan ‘tukang tari’ atau ‘anak coki’ yang sedang mengikuti lomba pacu jalur.

Pacu jalur memiliki sejarah dan makna yang mendalam di tradisi bangsa Indonesia. Lalu apa sebenarnya pacu jalur itu?

Sejarah dan Makna Pacu Jalur

Mengutip pada laman resmi Kotajalur.kuansing.go.id, Pacu Jalur adalah sebuah pesta rakyat kebanggaan warga Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Pacu jalur berawal pada abad ke-17, yang dahulu adalah alat transportasi utama masyarakat desa di Rantau Kuantan. Pada zaman itu transportasi darat belum berkembang seperti sekarang.

Jalur atau perahu menjadi bagian yang sangat penting di kehidupan masyarakat dulu. Tidak hanya sebagai alat transportasi jalur juga dipakai sebagai alat untuk mengangkut hasil bumi seperti tebu dan pisang.

Baca Juga :  Wow! MenPAN-RB Sebut Tahun Depan Gaji ASN Paling Rendah Rp 9 Juta

Lalu mulai bermunculan lah jalur-jalur dengan ukiran indah. Contohnya ukiran harimau, kepala ular, maupun buaya di bagian lambung jalur ataupun selembayungnya.

Perubahan yang terjadi tersebut menandakan adanya perkembangan dari fungsi jalur dari yang tadinya hanya sebagai alat angkut, namun jalur juga menjadi identitas sosial.

Karena hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang menaiki jalur yang dihias tersebut.

Hingga pada 1 abad kemudian, warga mulai melihat sisi lain yang membuat adanya jalur semakin menarik dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang sampai saat ini dikenal dengan nama pacu jalur.

Dahulu pacu jalur diadakan di kampung-kampung yang berada di sepanjang Sungai Kuantan dalam rangka memperingati hari besar Islam.

Baca Juga :  Materai Rp6.000 dan Rp3.000 Masih Berlaku Sampai Akhir Tahun

Kemudian pacu jalur tidak lagi diadakan untuk memeringati hari besar Islam tetapi diadakan untuk memeringati hari kemerdekaan Indonesia.

Akan ada lebih dari 100 jalur yang mengikuti perlombaan. Menurut warga setempat jalur diartikan sebagai ‘perahu besar’ yang dibuat dari satu kayu besar bulat utuh tanpa sambungan dengan daya tampung 45-60 orang pendayung (anak pacu).

Perlombaan yang kabarnya sudah ada sejak tahun ke-1903 ini sekarang sudah menjadi acara tahunan tetap Pemerintah Provinsi Riau agar menarik datangnya wisatawan lokal hingga mancanegara.

Masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat menggunakan momentum viralnya pacu jalur ini agar bisa memperkenalkan budaya dan tradisi lokal yang lain agar dapat lebih dikenal oleh dunia. (mg3/lis/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/