JAKARTA – Sejarah mencatat Pemerintah Indonesia pernah menang
melawan kezaliman yang dilakukan Uni Eropa terkait menjegal produk sawit
Indonesia. Karena itu, pemerintah meyakini akan menyelesaikan masalah
diskirminasi sawit ini dengan kemenangan.
Kilas balik, kala itu Uni Eropa
menerapkan bea anti-dumping terhadap biodiesel Indonesia. Kemudian Indonesia
menggugat ke WTO. Dalam kasus ini, Indonesia menang karena tuduhan yang
dilontarkan Uni Eropa tidak benar.
Melihat kasus tersebut, Menteri
Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution optimis Indonesia akan menang melawan
ketidakadilan yang dilakukan Uni Eropa.
Menteri Darmin membeberkan, Uni
Eropa tidak akan pernah berhenti untuk melarang produk sawit asal Indonesia
beredar di Uni Eropa. Karena itu, mereka terus mencari cara apapun dilakukan
guna menghambat masuknya sawit Indonesia ke Uni Eropa.
Menurut Darmin, sikap Uni Eropa
yang demikian itu karena kalah bersaing dengan Indonesia soal produk sawit.
Sebab di sana tanahnya tidak memungkinkan bisa menanam sawit.
“Karena pada dasarnya dia itu
kalah bersaing. Dia nggak akan pernah puas,†ungkap Darmin di Jakarta, kemarin
(31/7).
Lanjut Darmin, kendati pemerintah
Indonesia memiliki bukti yang kuat untuk mematahkan argumentasi Uni Eropa,
namun selalu di mata mereka Indonesia salah.
“Dari dulu kita punya bukti. Ya
cuma mereka kan nggak mau berhenti saja. Sebentar yang nuntut asosiasi,
kemudian ke konsumen, jadi macam-macamlah,†ujar Darmin.
Dia menegaskan, sampai kapanpun
Indonesia akan selalu menang melawan serangan Uni Eropa. Industri sawit
Indonesia tidak boleh diganjal dengan cara apapun. “You bisa tutup mulutnya
orang Eropa,†ucap Darmin.
Direktur Riset Center of Reform
on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah menilai Indonesia berpotensi
menang melawan Uni Eropa dalam kasus diskriminasi sawit.
“Kalau dari sisi argumentasi kita
punya potensi besar untuk menang. Argumentasi eropa menghambat sawit Indonesia
sebenarnya sangat lemah termasuk argumentasi lingkungan,†kata Pieter kepada
Fajar Indonesia Network (FIN), (31/7).
Namun jika Indonesia kalah,
menurut dia, dampak yang terjadi di Indonesia tidak akan terlalu besar. Sebab
saat ini harga sawit sudah sangat rendah. Begitupun ekspor sawit juga sudah
rendah.
“Dampak kekalahan itu lebih
kepada sulitnya kita untuk bangkit kembali. Satu-satunya jalan kita harus
mencari solusi pemanfaatan sawit dengan mengembangkan industri pengolahan sawit
termasuk unti energi. Kita harus mencari pasar baru pengganti Eropa,†tukas
Pieter.
Sebelumnya, Menteri Darmin akan
memperluas pasar sawit Indonesia di Asia dan Afrika melalui Free Trade
Agreement (FTA). Adapun negara yang disasar yakni India, Pakistan, Turki dan
Afrika. (din/fin/kpc)