31.7 C
Jakarta
Saturday, April 19, 2025

De Ligt ke Juve

TURIN- Matthijs De Ligt sudah menjalani tes
medis di Turin. Bek 19 tahun itu ditebus Juventus seharga 75 juta euro atau
setara Rp 1,17 triliun dari Ajax Amsterdam setelah melalui negoasiasi yang
alot.De Ligt akan dikontrak selama lima tahun dan menerima gaji sebesar 12 juta
euro (sekitar Rp188 miliar) per musim.

Setelah tiba dengan jet pribadi untuk melakukan
tes medis, sang bek mengatakan; “Saya senang berada di sini,” dalam
unggahan video di akun instagram Juventus.

Apa yang membuat kapten Ajax tersebut layak
dihargai setinggi itu? Dan apakah dia akan sesuai dengan kebutuhan Juventus di
tangan Maurizio Sarri? Mantan pelatih Juventus dan AC Milan Fabio Capello punya
jawabannya.

“Apabila Juve merekrut De Ligt, maka
selesai sudah (persaingan di Serie A). Sekali lagi. Dan kami akan langsung
menuju ke musim berikutnya. Dia adalah bek terbaik yang ada saat ini. Dia
membuat kalian bisa bertahan dengan dua pemain dan membebaskan fullback
menyerang,” kata Capello kepada Corriere dello Sport.

Ya, Juventus memang memiliki duet bek tangguh
dalam diri Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci. Kombinasi yang membuat
pertahanan Nyonya Tua begitu solid. Masalahnya, keduanya sudah di atas kepala
tiga, Chiellini, 34, dan Bonucci, 32.

Selain itu, Andrea Barzagli yang selama ini
jadi pelapis keduanya memutuskan pensiun. Jadi, opsi bek tengah tinggal Merih
Demirel, 21, yang baru dibeli dari Sassuolo. Dengan begitu kehadiran De Ligt
bukan hanya jadi pelapis, melainkan bek utama.

Baca Juga :  TC Timnas U-19 dan Senior Tanda Tanya, PSSI Berharap Stadion Madya

Nantinya, dia bisa dikombinasikan dengan
Chiellini atau Bonucci tergantung kebutuhan di lapangan. Dan, sesuai dengan
gaya bermain Sarri di mana build up dimulai dari belakang, membuat De Ligt
sebagai sosok yang sangat ideal.

Di luar kualitas bertahannya, De Ligt unggul
dalam kemampuan build up permainan. Passingnya akurat. Bahkan, musim lalu
bersama Ajax, dalam 33 pertandingan di Eredivisie Belanda, dia mencatat passing
sukses sebanyak 89,9 persen.

Catatan yang lebih tinggi ketimbang Bonucci
dengan 86,6 persen dan Chiellini 84,9 persen. Bukan hanya itu, kemampuan dribel
De Ligt cukup istimewa, sehingga dia bisa menjadi penyambung ke lini tengah dan
menyodorkan umpan kepada Miralem Pjanic dkk.

Musim lalu, Bonucci kerap melakukan kesalahan
yang berujung kebobolan. Pengambilan posisinya saat lawan menyerang dan melepas
umpan silang kurang tepat. Seringkali dia terlihat berada di depan penyerang
lawan yang menanti umpan. Begitu bola lewat, Bonucci keteteran.

Selama ini Bonucci tergolong pemain yang piawai
dalam membaca permainan dan pengambilan posisi. Namun, seiring usia,
konsentrasi dan kecepatannya menurun. Kebetulan, De Ligt juga sosok bek yang
handal dalam membaca permainan, mengambil posisi, dan maju melakukan intersep.

Musim lalu di Ajax, dia biasanya mengisi pos
bek tengah bagian kanan dengan Daley Blind di bek tengah kiri. Gaya bertahannya
sangat rapat menutup pergerakan lawan. Dia hanya akan melepas pengawalan begitu
sadar Blind sudah melakukan cover.

Baca Juga :  Meski Timnas Indonesia Cuma No 175 Dunia, Optimistis Bisa Sikat Taiwan

Ketika lawan melakukan umpan silang, De Ligt
kerap berdiri di belakang penyerang lawan, tapi sangat sigap berreaksi ketika
berduel udara. Dengan tinggi 189 cm, De Ligt tergolong pemain dengan kemampuan
duel udara yang bagus. Rata-rata dalam satu game, dia memenangi 3,9 duel udara.

Kehandalan dalam duel udara tidak hanya untuk
menjaga pertahanan, melainkan juga dalam membantu menyerang. Saat mendapat
sepakan bebas dekat gawang lawan atau sepak pojok, De Ligt akan maju ke depan
dan bertarung. Hasilnya, tiga gol di Eredivisie musim lalu. Sejak mengawali
karir profesional pada 2016, baik di Ajax maupun timnas Belanda, De Ligt telah
mencatat 11 gol.

De Ligt tipe bek tengah yang jarang sekali
melakukan tekel. Musim lalu di Eredivisie, dia hanya mencatat satu tekel per
pertandingan. Dia mencatat empat sapuan per pertandingan dan 1,1 intersep per
pertandingan.

Tak beda dengan
Chiellini, De Ligt piawai dalam mengkoordinasi area pertahanan. Tak heran, pada
usianya yang masih belia, dia sudah dipercaya untuk menjadi kapten tim. Jadi,
pembelian De Ligt ini bukan hanya untuk masa depan, yang lebih krusial adalah
masa kini Bianconeri.(jpc)

TURIN- Matthijs De Ligt sudah menjalani tes
medis di Turin. Bek 19 tahun itu ditebus Juventus seharga 75 juta euro atau
setara Rp 1,17 triliun dari Ajax Amsterdam setelah melalui negoasiasi yang
alot.De Ligt akan dikontrak selama lima tahun dan menerima gaji sebesar 12 juta
euro (sekitar Rp188 miliar) per musim.

Setelah tiba dengan jet pribadi untuk melakukan
tes medis, sang bek mengatakan; “Saya senang berada di sini,” dalam
unggahan video di akun instagram Juventus.

Apa yang membuat kapten Ajax tersebut layak
dihargai setinggi itu? Dan apakah dia akan sesuai dengan kebutuhan Juventus di
tangan Maurizio Sarri? Mantan pelatih Juventus dan AC Milan Fabio Capello punya
jawabannya.

“Apabila Juve merekrut De Ligt, maka
selesai sudah (persaingan di Serie A). Sekali lagi. Dan kami akan langsung
menuju ke musim berikutnya. Dia adalah bek terbaik yang ada saat ini. Dia
membuat kalian bisa bertahan dengan dua pemain dan membebaskan fullback
menyerang,” kata Capello kepada Corriere dello Sport.

Ya, Juventus memang memiliki duet bek tangguh
dalam diri Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci. Kombinasi yang membuat
pertahanan Nyonya Tua begitu solid. Masalahnya, keduanya sudah di atas kepala
tiga, Chiellini, 34, dan Bonucci, 32.

Selain itu, Andrea Barzagli yang selama ini
jadi pelapis keduanya memutuskan pensiun. Jadi, opsi bek tengah tinggal Merih
Demirel, 21, yang baru dibeli dari Sassuolo. Dengan begitu kehadiran De Ligt
bukan hanya jadi pelapis, melainkan bek utama.

Baca Juga :  TC Timnas U-19 dan Senior Tanda Tanya, PSSI Berharap Stadion Madya

Nantinya, dia bisa dikombinasikan dengan
Chiellini atau Bonucci tergantung kebutuhan di lapangan. Dan, sesuai dengan
gaya bermain Sarri di mana build up dimulai dari belakang, membuat De Ligt
sebagai sosok yang sangat ideal.

Di luar kualitas bertahannya, De Ligt unggul
dalam kemampuan build up permainan. Passingnya akurat. Bahkan, musim lalu
bersama Ajax, dalam 33 pertandingan di Eredivisie Belanda, dia mencatat passing
sukses sebanyak 89,9 persen.

Catatan yang lebih tinggi ketimbang Bonucci
dengan 86,6 persen dan Chiellini 84,9 persen. Bukan hanya itu, kemampuan dribel
De Ligt cukup istimewa, sehingga dia bisa menjadi penyambung ke lini tengah dan
menyodorkan umpan kepada Miralem Pjanic dkk.

Musim lalu, Bonucci kerap melakukan kesalahan
yang berujung kebobolan. Pengambilan posisinya saat lawan menyerang dan melepas
umpan silang kurang tepat. Seringkali dia terlihat berada di depan penyerang
lawan yang menanti umpan. Begitu bola lewat, Bonucci keteteran.

Selama ini Bonucci tergolong pemain yang piawai
dalam membaca permainan dan pengambilan posisi. Namun, seiring usia,
konsentrasi dan kecepatannya menurun. Kebetulan, De Ligt juga sosok bek yang
handal dalam membaca permainan, mengambil posisi, dan maju melakukan intersep.

Musim lalu di Ajax, dia biasanya mengisi pos
bek tengah bagian kanan dengan Daley Blind di bek tengah kiri. Gaya bertahannya
sangat rapat menutup pergerakan lawan. Dia hanya akan melepas pengawalan begitu
sadar Blind sudah melakukan cover.

Baca Juga :  Meski Timnas Indonesia Cuma No 175 Dunia, Optimistis Bisa Sikat Taiwan

Ketika lawan melakukan umpan silang, De Ligt
kerap berdiri di belakang penyerang lawan, tapi sangat sigap berreaksi ketika
berduel udara. Dengan tinggi 189 cm, De Ligt tergolong pemain dengan kemampuan
duel udara yang bagus. Rata-rata dalam satu game, dia memenangi 3,9 duel udara.

Kehandalan dalam duel udara tidak hanya untuk
menjaga pertahanan, melainkan juga dalam membantu menyerang. Saat mendapat
sepakan bebas dekat gawang lawan atau sepak pojok, De Ligt akan maju ke depan
dan bertarung. Hasilnya, tiga gol di Eredivisie musim lalu. Sejak mengawali
karir profesional pada 2016, baik di Ajax maupun timnas Belanda, De Ligt telah
mencatat 11 gol.

De Ligt tipe bek tengah yang jarang sekali
melakukan tekel. Musim lalu di Eredivisie, dia hanya mencatat satu tekel per
pertandingan. Dia mencatat empat sapuan per pertandingan dan 1,1 intersep per
pertandingan.

Tak beda dengan
Chiellini, De Ligt piawai dalam mengkoordinasi area pertahanan. Tak heran, pada
usianya yang masih belia, dia sudah dipercaya untuk menjadi kapten tim. Jadi,
pembelian De Ligt ini bukan hanya untuk masa depan, yang lebih krusial adalah
masa kini Bianconeri.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru