25 C
Jakarta
Wednesday, November 6, 2024

Wacana Peralihan Subsidi, Diprediksi Berimbas Kenaikan Pertalite dan Solar

PROKALTENG.CO-Rencana peralihan subsidi energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dikhawatiran akan berdampak kepada naiknya harga BBM Pertalite dan Solar.

Ekonom energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto menyebut, jika rencana ini akan benar-benar diterapkan, maka harga BBM Pertalite nantinya tidak akan jauh berbeda dengan harga Pertamax di harga Rp12 ribuan.

“Tanpa subsidi, harga Pertalite tidak jauh berbeda dari Pertamax,” ujar Pri Agung.

Sementara itu menurut Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta Achmad Nur Hidayat menerangkan, kenaikan harga BBM seperti Pertalite dan Solar tidak hanya berdampak pada mereka yang mampu, tetapi juga pada masyarakat miskin yang tidak terjangkau oleh BLT atau mengalami kesulitan mengaksesnya.

Baca Juga :  Holding UMi Luncurkan Aplikasi SenyuM Mobile Menyambut Bulan Inklusi Keuangan

“Meskipun kelompok miskin mungkin mendapatkan bantuan tunai untuk mengompensasi kenaikan harga, tetap saja mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk barang dan jasa lain yang dipengaruhi oleh harga BBM, karena kenaikan BBM biasanya memicu kenaikan harga barang-barang lainnya akibat meningkatnya biaya distribusi,” ujar Achmad ketika dihubungi, Selasa 5 November 2024.

Achmad juga menambahkan, ada beberapa risiko yang harus dihadapi oleh pemerintah apabila harga BBM benar-benar naik.

Salah satunya adalah inflasi yang meluas terhadap biaya produksi dan transportasi, yang akhirnya meningkatkan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya.

“Inflasi yang terjadi bisa mempengaruhi daya beli masyarakat secara keseluruhan, termasuk kelompok miskin yang diberikan BLT. Pada akhirnya, BLT yang diberikan tidak akan mencukupi kebutuhan mereka karena daya beli semakin menurun,” jelas Achmad.

Baca Juga :  Kendalikan Kenaikan Harga, Pemko Langsung Sidak ke Pasar Besar

Menurut Achmad, perubahan skema subsidi dari harga murah langsung ke BLT mungkin memiliki niat baik, namun pelaksanaannya membutuhkan kehati-hatian agar tidak merugikan kelompok masyarakat yang bergantung pada subsidi tersebut.

elain itu, dirinya juga menambahkan bahwa apabila pemerintah ingin mengubah skema subsidi BBM menjadi BLT, perlu ada komitmen kuat untuk menjaga stabilitas harga agar kenaikan harga BBM tidak memicu inflasi yang luas dan menambah beban ekonomi bagi masyarakat miskin. (bia/fin/jpg)

PROKALTENG.CO-Rencana peralihan subsidi energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dikhawatiran akan berdampak kepada naiknya harga BBM Pertalite dan Solar.

Ekonom energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto menyebut, jika rencana ini akan benar-benar diterapkan, maka harga BBM Pertalite nantinya tidak akan jauh berbeda dengan harga Pertamax di harga Rp12 ribuan.

“Tanpa subsidi, harga Pertalite tidak jauh berbeda dari Pertamax,” ujar Pri Agung.

Sementara itu menurut Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta Achmad Nur Hidayat menerangkan, kenaikan harga BBM seperti Pertalite dan Solar tidak hanya berdampak pada mereka yang mampu, tetapi juga pada masyarakat miskin yang tidak terjangkau oleh BLT atau mengalami kesulitan mengaksesnya.

Baca Juga :  Holding UMi Luncurkan Aplikasi SenyuM Mobile Menyambut Bulan Inklusi Keuangan

“Meskipun kelompok miskin mungkin mendapatkan bantuan tunai untuk mengompensasi kenaikan harga, tetap saja mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk barang dan jasa lain yang dipengaruhi oleh harga BBM, karena kenaikan BBM biasanya memicu kenaikan harga barang-barang lainnya akibat meningkatnya biaya distribusi,” ujar Achmad ketika dihubungi, Selasa 5 November 2024.

Achmad juga menambahkan, ada beberapa risiko yang harus dihadapi oleh pemerintah apabila harga BBM benar-benar naik.

Salah satunya adalah inflasi yang meluas terhadap biaya produksi dan transportasi, yang akhirnya meningkatkan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya.

“Inflasi yang terjadi bisa mempengaruhi daya beli masyarakat secara keseluruhan, termasuk kelompok miskin yang diberikan BLT. Pada akhirnya, BLT yang diberikan tidak akan mencukupi kebutuhan mereka karena daya beli semakin menurun,” jelas Achmad.

Baca Juga :  Kendalikan Kenaikan Harga, Pemko Langsung Sidak ke Pasar Besar

Menurut Achmad, perubahan skema subsidi dari harga murah langsung ke BLT mungkin memiliki niat baik, namun pelaksanaannya membutuhkan kehati-hatian agar tidak merugikan kelompok masyarakat yang bergantung pada subsidi tersebut.

elain itu, dirinya juga menambahkan bahwa apabila pemerintah ingin mengubah skema subsidi BBM menjadi BLT, perlu ada komitmen kuat untuk menjaga stabilitas harga agar kenaikan harga BBM tidak memicu inflasi yang luas dan menambah beban ekonomi bagi masyarakat miskin. (bia/fin/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/