Tidak
ada yang bisa menghalangi keinginan seseorang jika sudah menjadi hobi.
Terkadang kesuksesan pun dapat diraih dengan menggeluti dan menekuni hobi.
Seperti yang dilakukan Ari Krisnanda bersama keluarganya.
ANISA B WAHDAH, Palangka
Raya
KECINTAANYA terhadap musik
memotivasi Ari Krisnanda agar semakin hari semakin mendalaminya. Kini ia tak
hanya memainkan musik ke daerah-darah hingga level nasional. Namun, ia mampu
menciptakan alat musik sendiri melalui karya tangannya yang lihai dalam memetik
setiap senar kecapi itu.
“Semuanya autodidak. Saya
bermain musik juga autodidak. Pekerjaan ayah saya membuat alat musik. Saya bisa
membuat alat musik sendiri, meskipun ayah saya tidak pernah mengajari,†beber
pria berkulit cokelat ini.
Kini tak hanya ia dan
tangan lihainya yang pergi ke beberapa daerah untuk bermain alat musik. Tetapi,
produk-produk alat musik karyanya juga sudah tersebar di beberapa daerah hingga
ke luar Pulau Kalimantan.
“Saya pernah bermain
musik di Jakarta, Bandung, dan Jogja (Yogyakarta). Saat ini alat musik saya
juga sudah mulai dikenal dan dipesan oleh masyarakat Pulau Jawa, seperti kecapi
dan suling. Kalau yang mesan gendang kebanyakan dari daerah Kalteng saja,â€
jelasnya.
Tidak hanya Ari dan
ayahnya saja yang setiap hari bergelut dengan alat musik. Keluarga ini secara
keseluruhan juga bergelut di bidang seni. Kakak dan kedua adiknya pun
menggeluti bidang tari. Ibunya menggeluti pembuatan baju khas Kalteng.
“Sebetulnya yang
memiliki darah seni itu dari ayahnya yang diturunkan ke anak-anaknya. Awalnya saya
hanya mencoba saja, tapi akhirnya menjiwai. Saat ini menekuni pembuatan dan menerima
jasa memasang mote baju adat,†ungkap Naniek Yenita, ibu Ari.
Produk buatan tangannya
ini pun juga sudah mulai dikenal secara luas hingga Pulau Jawa. Bahkan, belum
lama ini pihaknya mengirimkan baju adat Kalteng ke Provinsi Riau.
“Bahan-bahannya dari
kulit kayu yang saya pesan dari Pulau Jawa. Saya mengolahnya sesuai keinginan
pemesan. Terkadang hanya menerima jasa pasang motenya saja,†ucap perempuan berusia
51 tahun ini.
Perempuan paruh baya
ini tidak ingin seni produk-produk khas Kalteng berhenti padanya. Karena itu ia
tularkan kegiatannya sehari-hari kepada saudara-sauadara perempuan yang
terbilang masih muda. Selain mengajarkan untuk mandiri dengan menghasilkan uang
sendiri, juga mengajarkan mereka akan budaya agar tak punah.
“Ponakan-ponakan yang masih muda saya ajak dan
saya ajari agar bisa meneruskan usaha ini. Jangan sampai punah tergerus zaman,â€
pungkasnya. (*/ce)