26.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Kutub Utara Menghangat, Puluhan Paus Mati

PULUHAN paus abu-abu ditemukan mati di sepanjang West Coast, AS
dalam beberapa pekan belakangan. Sebagian ilmuwan percaya, penyebabnya berada
jauh di utara di perairan Kutub Utara yang menghangat.

National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) mengatakan, 58 paus abu-abu ditemukan terdampar dan mati
sepanjang tahun ini di beberapa tempat mulai dari Kalifornia sampai Alaska.

Temuan paling akhir yang
diumumkan pada Rabu (16/5) oleh NOAA ialah, satu paus abu-abu yang mati di
Turnagain Arm, saluran air kecil yang berhubungan dengan gletser di lepas
pantai Anchorage.

“Di lokasi ini paus abu-abu
jarang menjelajah. Mereka bergerak ke utara dari lahan musim dingin mereka di
Mexico dan tampaknya kehabisan udara,” kata Juru Bicara Fisheries Service di
NOAA, Michael Milstein, Jumat (17/5).

Paus mati yang diperiksa sejauh
ini kekurangan gizi. Hipotesis saat ini ialah hewan tersebut gagal makan cukup
tahun lalu di lahan musim panas mereka di Laut Bering dan Chukchi di lepas
pantai Alaska.

Baca Juga :  Buang Sampah Wajib Bayar

“Di sanalah mereka melakukan
sebagian besar kegiatan makan tahunan mereka dan tempat mereka mengumpulkan
lemak yang mencukupi sampai musim panas tahun depan,” terangnya

“Orang mengira sesuatu yang jelas
terjadi di sana yang membuat ikan paus tidak memperoleh cukup banyak makanan.
Mengingat mereka menimbun bobot,” sambungnya.

Namun, perairan Kutub Utara yang
menghangat bukan satu-satunya teori mengenai kematian paus tersebut. Populasi
paus abu-abu Eastern North Pacific telah tumbuh sangat banyak, jadi sebanyak 27
ribu hewan.

“Mereka mungkin bersaing
memperoleh makanan. Saat bertambah banyak populasi ikan paus, makin banyak pula
ikan paus akan mati dari waktu ke waktu,” kata Milstein.

Banyak bukti menunjuk, kepada
masalah makanan di lahan musim panas ikan paus di Acrtic Circle. Laut Bering
dan Chukchi telah sangat hangat sejak 2016, dengan temperatur permukaan air
laut mencapai rekor atau mendekati rekor tinggi dan sangat kurangnya es,
kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga :  Dengan Suara Bulat, DPR Filipina Tetapkan UU 1 Februari sebagai Hari H

Es musim dingin pada 2018 di Laut
Bering adalah paling rendah dalam catatan yang membentang lebih dari 150 tahun.
Lapisan es pada musim dingin lalu hampir sama rendahnya.

Kekurangan lapisan es laut dan
sangat hangatnya temperatur berkaitan dengan beberapa gangguan di Laut Bering
dan Chukchi, termasuk kematian burung dan anjing laut. “Itu mempengaruhi
jaringan makanan dari ganggang sampai udang kecil,” kata Rick Thoman, ilmuwan
iklim di Alaska Center for Climate Assessment and Policy. (der/cna/fin/kpc)

PULUHAN paus abu-abu ditemukan mati di sepanjang West Coast, AS
dalam beberapa pekan belakangan. Sebagian ilmuwan percaya, penyebabnya berada
jauh di utara di perairan Kutub Utara yang menghangat.

National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) mengatakan, 58 paus abu-abu ditemukan terdampar dan mati
sepanjang tahun ini di beberapa tempat mulai dari Kalifornia sampai Alaska.

Temuan paling akhir yang
diumumkan pada Rabu (16/5) oleh NOAA ialah, satu paus abu-abu yang mati di
Turnagain Arm, saluran air kecil yang berhubungan dengan gletser di lepas
pantai Anchorage.

“Di lokasi ini paus abu-abu
jarang menjelajah. Mereka bergerak ke utara dari lahan musim dingin mereka di
Mexico dan tampaknya kehabisan udara,” kata Juru Bicara Fisheries Service di
NOAA, Michael Milstein, Jumat (17/5).

Paus mati yang diperiksa sejauh
ini kekurangan gizi. Hipotesis saat ini ialah hewan tersebut gagal makan cukup
tahun lalu di lahan musim panas mereka di Laut Bering dan Chukchi di lepas
pantai Alaska.

Baca Juga :  Buang Sampah Wajib Bayar

“Di sanalah mereka melakukan
sebagian besar kegiatan makan tahunan mereka dan tempat mereka mengumpulkan
lemak yang mencukupi sampai musim panas tahun depan,” terangnya

“Orang mengira sesuatu yang jelas
terjadi di sana yang membuat ikan paus tidak memperoleh cukup banyak makanan.
Mengingat mereka menimbun bobot,” sambungnya.

Namun, perairan Kutub Utara yang
menghangat bukan satu-satunya teori mengenai kematian paus tersebut. Populasi
paus abu-abu Eastern North Pacific telah tumbuh sangat banyak, jadi sebanyak 27
ribu hewan.

“Mereka mungkin bersaing
memperoleh makanan. Saat bertambah banyak populasi ikan paus, makin banyak pula
ikan paus akan mati dari waktu ke waktu,” kata Milstein.

Banyak bukti menunjuk, kepada
masalah makanan di lahan musim panas ikan paus di Acrtic Circle. Laut Bering
dan Chukchi telah sangat hangat sejak 2016, dengan temperatur permukaan air
laut mencapai rekor atau mendekati rekor tinggi dan sangat kurangnya es,
kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga :  Dengan Suara Bulat, DPR Filipina Tetapkan UU 1 Februari sebagai Hari H

Es musim dingin pada 2018 di Laut
Bering adalah paling rendah dalam catatan yang membentang lebih dari 150 tahun.
Lapisan es pada musim dingin lalu hampir sama rendahnya.

Kekurangan lapisan es laut dan
sangat hangatnya temperatur berkaitan dengan beberapa gangguan di Laut Bering
dan Chukchi, termasuk kematian burung dan anjing laut. “Itu mempengaruhi
jaringan makanan dari ganggang sampai udang kecil,” kata Rick Thoman, ilmuwan
iklim di Alaska Center for Climate Assessment and Policy. (der/cna/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru