PROKALTENG.CO– Pengunjuk rasa Israel memblokir truk bantuan yang menuju Gaza pada Senin (13/5) lalu. Mereka melemparkan paket makanan ke jalan dan merobek kantong gandum di tepi Barat yang diduduki atau kuasai.
Dikutip dari bbc.com, truk-truk yang ditempatkan di pos pemeriksaan Tarqumiya di sebelah barat Hebron datang dari Yordania dan menuju ke Jalur Gaza, di mana masyarakat sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Bahkan, Gedung Putih mengutuk serangan itu dan menggambarkan “penjarahan” konvoi bantuan sebagai “kebiadaban total”.
Kelompok yang dilaporkan berada di balik protes tersebut mengatakan bahwa mereka berdemonstrasi menentang berlanjutnya penahanan sandera Israel di Gaza.
Berdasarkan rekaman yang belum diverifikasi dan dibagikan di media sosial, tampak para pengunjuk rasa menjatuhkan kotak-kotak truk ke tanah dan menginjak-injaknya begitu kotak-kotak itu terjatuh.
Menurut laporan di media Israel, kelompok aktivis Tzav 9 bertanggung jawab mengorganisir protes tersebut.
Laporan media Israel menggambarkannya sebagai kelompok sayap kanan yang berusaha menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia berada di pos pemeriksaan pada Senin (13/5) karena mendengar truk bantuan sedang dalam perjalanan ke tangan Hamas, yang mencoba membunuh tentara lain dan warga Israel lainnya.
Hana Giat, 33, mengatakan, tidak ada makanan yang boleh masuk ke Gaza sampai sandera Israel dikembalikan (dalam keadaan sehat dan hidup).
Pada sebuah pernyataan yang dikutip oleh Jerusalem Post, Tzav 9 menolak beberapa tindakan para pengunjuk rasa dengan mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan tidak sejalan dengan nilai-nilai gerakannya.
Namun, ia justru menyebut, memblokir truk adalah langkah efektif dan praktis di mana pihaknya menyerukan tidak ada bantuan yang diberikan sampai sandera terakhir kembali.
Empat pengunjuk rasa, termasuk seorang anak di bawah umur, ditangkap dalam demonstrasi ini. Informasi ini pun diperoleh dari pengacara mereka.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, perilaku para pengunjuk rasa sama sekali tidak dapat diterima dan Gedung Putih menyampaikan keprihatinannya kepada tingkat tertinggi pemerintah Israel.
Pasalnya, situasi kemanusiaan di Gaza merupakan masalah yang sangat memprihatinkan di antara banyak komunitas Internasional.
Di sisi lain, Program Pangan Dunia PBB juga telah memperingatkan warga Palestina di Gaza Utara yang sedang mengalami kelaparan besar-besaran.
Di wilayah selatan (tempat sebagian besar warga Palestina mencari perlindungan), situasi kemanusiaan memburuk setelah Israel melancarkan operasi di Rafah Timur yang menutup pintu masuk bantuan melalui Mesir.
Badan-badan bantuan juga mengatakan telah mendapatkan pasokan melalui jalur penyeberangan selatan lainnya, Kerem Shalom, sangat sulit karena situasi keamanan di sana.
Israel telah lama menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke dalam dan di dalam Gaza serta menuduh Hamas mencuri bantuan yang diperuntukkan bagi warga sipil.
Insiden tersebut terjadi pada hari yang sama ketika seorang anggota staf PBB terbunuh dan seorang lainnya terluka ketika mereka melakukan perjalanan ke rumah sakit di Gaza.
PBB pun membenarkan bahwa anggota stafnya tewas di Gaza. Hal ini membuktikan bahwa Perang Gaza sangatlah membebani.
Menurut Kementerian Pertahanan Israel, nama dari 826 orang dari pasukan keamanan ditambahkan ke dalam daftar korban tewas tahun ini, bersama dengan 834 korban serangan teroris.
Hampir semuanya berasal dari serangan Hamas pada 7 Oktober dan perang berikutnya di Gaza.
Israel melancarkan kampanye militer di Gaza untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok tersebut di Israel Selatan tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 252 lainnya disandera.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut, lebih dari 35.090 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu.
Meski serangan Israel terfokus di Jalur Gaza, ketegangan antara pemukim Israel dan warga Palestina di Tepi Barat meningkat sejak dimulainya perang.
Sekitar 700.000 warga Israel tinggal di 160 permukiman bersama 2,7 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki. Data ini diperoleh dari pengawas permukiman Peace Now.
Komunitas Internasional menganggap pemukiman tersebut ilegal, meski Israel membantahnya. (jpc)