28.6 C
Jakarta
Sunday, December 22, 2024

Somasi RBT

“SANDRA DEWI belum bisa jenguk suami,” tulis media.

Berarti penahanan ini serius sekali. Agar sang suami, Harvey Moeis, tidak bisa kontak dengan siapa pun. Termasuk dengan teman-teman usahanya.

Bintang film setenar dan secantik Sandra Dewi pun tidak dapat dispensasi. Berarti betapa penting penahanan Moeis.

Rupanya pengakuan Moeis soal korupsi timah Rp 271 triliun sangat diperlukan oleh kejaksaan agung. Terutama untuk bisa menjerat pelaku lain yang lebih tinggi. Juga untuk mengungkap sisi non-lingkungan kasus megakorupsi ini.

Tentu kejaksaan agung  harus bisa mengungkap sisi  korupsi yang non kerusakan lingkungan. Yang sampai sekarang belum pernah  diungkapkan.

Padahal tanpa mengungkap korupsi non-lingkungan perkara menjadi kurang terasa ”korupsi”.

Kalau korupsinya ‘hanya’ sebatas kerusakan lingkungan maka akan banyak pertanyaan: mengapa perusak lingkungan yang lain tidak ditangkap. Dengan tuduhan korupsi yang sama. Lalu betapa banyak yang harus ditangkap dengan tuduhan korupsi.

Dengan penahanan ketat itu rasanya tidak perlu ada yang ragu kasus terbesar dalam sejarah republik ini akan menguap begitu saja. Bahwa yang nonkerusakan lingkungan belum diungkapkan mungkin masih perlu memperkuat bukti. Pengakuan Moeis saja belum cukup. Apalagi untuk menjerat yang berada di atas langit ke tujuh. Pun bila ditambah pengakuan selebriti kelas Helena Lim.

Mungkin tidak mudah mendapat pengakuan Moeis. Apalagi mendapatkan bukti darinya.

Perkiraan saya Helenalah yang paling mudah diminta ‘menyanyi’ di tahanan. Terutama soal sangkan-paraning uang: dari mana dan ke mana uang itu. Jangan-jangan belum ditanya pun Helena sudah bercerita. Lihatlah psikologinya: belum jadi penyanyi pun dia sudah merilis sendiri album. Judulnya ”Pasrah”. Jangan-jangan kini justru mulai banyak yang mendengarkan lagu itu.

Baca Juga :  Idola Baru

Helena pasti ditanya asal usul uang kontan senilai Rp 33 miliar di brankas di rumahnyi. Tinggal apakah dia bisa menjelaskan sumber uang itu dari mana.

Punya uang kontan sebanyak Rp 33 miliar tidaklah salah. Menyimpan uang sebanyak itu di rumah sendiri juga tidak salah. Masalahnya: itu uang apa dan dari mana –lalu akan ke mana.

Bahwa pakaian dan perhiasan yang melekat di badannyi sering senilai Rp 10 miliar juga tidak salah. Bahkan bisa membuatnyi kelihatan lebih cantik. Saya sering bertemu wanita yang tasnyi saja seharga Rp 1,5 miliar. Sepatunyi Rp 50  juta. Dan yang di telinganyi  saya taksir antara Rp 1 sampai Rp 5 miliar. Belum lagi yang bergelayut di leher.

Berlian adalah benda kecil yang sangat mulia –meski di dunia perminyakan berlian hanya dipakai untuk mata bor.

Tabiat Helena yang amat obral pamer kekayaan adalah sasaran empuk untuk memperoleh pengakuan. Siapa pun yang pernah berhubungan dengan Helena kini tentu ingin  bertemu dia: minta agar nama mereka diselamatkan dari berkas perkara.

Mungkin jaksa lebih sulit mendapat pengakuan dari Moeis dari pada dari Helena. Karena itu penahanannya sangat khusus.

Apalagi Moeis-lah ”tangga” terpenting untuk mencapai sasaran lebih tinggi lagi.

Moeis bisa saja  mengunci mulut lebih rapat dari pintu kamar tahanannya. Apalagi soal kaitannya dengan RBT alias RBS.

Baca Juga :  Jenderal Guo

RBT (atau RBS)  memang sudah diperiksa kejaksaan agung. Dua hari lalu. Saat saya masih di Chaozhou, pinggiran utara Guangdong.

Menurut media RBS diperiksa di kejaksaan agung sampai 13 jam. Tapi tidak ada berita bahwa RBS langsung ditahan.

Di medsos beredar luas bahwa RBS adalah pemilik sebenarnya PT RBT. Perusahaan inilah yang bekerja sama dengan BUMN PT Timah di Bangka.

Tapi RBS selalu menolak rumor itu. Tidak ada bukti. Di akta perusahaan PT RBT dia tidak tercatat sebagai pemegang saham. Juga bukan komisaris. Apalagi direksi. Namanya, secara hukum, bersih dari kaitan dengan perusahaan.

Maka Moeis adalah orang yang akan menentukan apakah PT RBT memang benar-benar miliknya sendiri. Bukan milik seorang proxy.

Kalau Moeis berani ”mati sendirian” seperti itu kejaksaan akan sulit. Harus bekerja lebih keras. Agar Moeis jangan mau mati sendirian.

Ada tokoh yang akan terus memata-matai  kasus ini. Agar jangan berhenti di tengah jalan.

Ia adalah Boyamin Saiman. Boyamin akan terus mengawasi dari dekat. Anda sudah tahu Boyamin. Asal  Solo. Pejuang dari Solo. Ia seorang pengacara yang berhasil membina anak sulungnya memenangkan  gugatan di MK: soal umur calon Wapres. Yang membuat Gibran bisa maju sebagai Cawapres.

Boyamin sudah menyomasi kejaksaan agung: agar perkara korupsi timah tidak  berhenti di tengah jalan.

Saya sudah komunikasi panjang dengan Boyamin. Jarak jauh. Belum bisa saya tulis hari ini. Toh Disway diharapkan masih akan terbit lagi besok pagi. (DAHLAN ISKAN)

“SANDRA DEWI belum bisa jenguk suami,” tulis media.

Berarti penahanan ini serius sekali. Agar sang suami, Harvey Moeis, tidak bisa kontak dengan siapa pun. Termasuk dengan teman-teman usahanya.

Bintang film setenar dan secantik Sandra Dewi pun tidak dapat dispensasi. Berarti betapa penting penahanan Moeis.

Rupanya pengakuan Moeis soal korupsi timah Rp 271 triliun sangat diperlukan oleh kejaksaan agung. Terutama untuk bisa menjerat pelaku lain yang lebih tinggi. Juga untuk mengungkap sisi non-lingkungan kasus megakorupsi ini.

Tentu kejaksaan agung  harus bisa mengungkap sisi  korupsi yang non kerusakan lingkungan. Yang sampai sekarang belum pernah  diungkapkan.

Padahal tanpa mengungkap korupsi non-lingkungan perkara menjadi kurang terasa ”korupsi”.

Kalau korupsinya ‘hanya’ sebatas kerusakan lingkungan maka akan banyak pertanyaan: mengapa perusak lingkungan yang lain tidak ditangkap. Dengan tuduhan korupsi yang sama. Lalu betapa banyak yang harus ditangkap dengan tuduhan korupsi.

Dengan penahanan ketat itu rasanya tidak perlu ada yang ragu kasus terbesar dalam sejarah republik ini akan menguap begitu saja. Bahwa yang nonkerusakan lingkungan belum diungkapkan mungkin masih perlu memperkuat bukti. Pengakuan Moeis saja belum cukup. Apalagi untuk menjerat yang berada di atas langit ke tujuh. Pun bila ditambah pengakuan selebriti kelas Helena Lim.

Mungkin tidak mudah mendapat pengakuan Moeis. Apalagi mendapatkan bukti darinya.

Perkiraan saya Helenalah yang paling mudah diminta ‘menyanyi’ di tahanan. Terutama soal sangkan-paraning uang: dari mana dan ke mana uang itu. Jangan-jangan belum ditanya pun Helena sudah bercerita. Lihatlah psikologinya: belum jadi penyanyi pun dia sudah merilis sendiri album. Judulnya ”Pasrah”. Jangan-jangan kini justru mulai banyak yang mendengarkan lagu itu.

Baca Juga :  Idola Baru

Helena pasti ditanya asal usul uang kontan senilai Rp 33 miliar di brankas di rumahnyi. Tinggal apakah dia bisa menjelaskan sumber uang itu dari mana.

Punya uang kontan sebanyak Rp 33 miliar tidaklah salah. Menyimpan uang sebanyak itu di rumah sendiri juga tidak salah. Masalahnya: itu uang apa dan dari mana –lalu akan ke mana.

Bahwa pakaian dan perhiasan yang melekat di badannyi sering senilai Rp 10 miliar juga tidak salah. Bahkan bisa membuatnyi kelihatan lebih cantik. Saya sering bertemu wanita yang tasnyi saja seharga Rp 1,5 miliar. Sepatunyi Rp 50  juta. Dan yang di telinganyi  saya taksir antara Rp 1 sampai Rp 5 miliar. Belum lagi yang bergelayut di leher.

Berlian adalah benda kecil yang sangat mulia –meski di dunia perminyakan berlian hanya dipakai untuk mata bor.

Tabiat Helena yang amat obral pamer kekayaan adalah sasaran empuk untuk memperoleh pengakuan. Siapa pun yang pernah berhubungan dengan Helena kini tentu ingin  bertemu dia: minta agar nama mereka diselamatkan dari berkas perkara.

Mungkin jaksa lebih sulit mendapat pengakuan dari Moeis dari pada dari Helena. Karena itu penahanannya sangat khusus.

Apalagi Moeis-lah ”tangga” terpenting untuk mencapai sasaran lebih tinggi lagi.

Moeis bisa saja  mengunci mulut lebih rapat dari pintu kamar tahanannya. Apalagi soal kaitannya dengan RBT alias RBS.

Baca Juga :  Jenderal Guo

RBT (atau RBS)  memang sudah diperiksa kejaksaan agung. Dua hari lalu. Saat saya masih di Chaozhou, pinggiran utara Guangdong.

Menurut media RBS diperiksa di kejaksaan agung sampai 13 jam. Tapi tidak ada berita bahwa RBS langsung ditahan.

Di medsos beredar luas bahwa RBS adalah pemilik sebenarnya PT RBT. Perusahaan inilah yang bekerja sama dengan BUMN PT Timah di Bangka.

Tapi RBS selalu menolak rumor itu. Tidak ada bukti. Di akta perusahaan PT RBT dia tidak tercatat sebagai pemegang saham. Juga bukan komisaris. Apalagi direksi. Namanya, secara hukum, bersih dari kaitan dengan perusahaan.

Maka Moeis adalah orang yang akan menentukan apakah PT RBT memang benar-benar miliknya sendiri. Bukan milik seorang proxy.

Kalau Moeis berani ”mati sendirian” seperti itu kejaksaan akan sulit. Harus bekerja lebih keras. Agar Moeis jangan mau mati sendirian.

Ada tokoh yang akan terus memata-matai  kasus ini. Agar jangan berhenti di tengah jalan.

Ia adalah Boyamin Saiman. Boyamin akan terus mengawasi dari dekat. Anda sudah tahu Boyamin. Asal  Solo. Pejuang dari Solo. Ia seorang pengacara yang berhasil membina anak sulungnya memenangkan  gugatan di MK: soal umur calon Wapres. Yang membuat Gibran bisa maju sebagai Cawapres.

Boyamin sudah menyomasi kejaksaan agung: agar perkara korupsi timah tidak  berhenti di tengah jalan.

Saya sudah komunikasi panjang dengan Boyamin. Jarak jauh. Belum bisa saya tulis hari ini. Toh Disway diharapkan masih akan terbit lagi besok pagi. (DAHLAN ISKAN)

Terpopuler

Artikel Terbaru