27.8 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Bupati Instruksikan Semua SOPD Bergerak Menangani Karhutla

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Musibah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kian menjadi-jadi. Asap yang ditimbulkan dari Karhutla membuat kualitas udara semakin memburuk. Cuaca panas yang mengakibatkan kekeringan di lahan gambut. Menjadi faktor utama kebakaran tersebut mudah menyebar. Hal itupun berdampak pada kesehatan masyarakat.

Bahkan Kota Sampit sempat menduduki peringkat pertama kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang menyentuh angka sekitar 261, pada Minggu lalu (3/9).

Melihat jumlah Kahutla yang semakin hari semakin marak, Bupati Kotim Halikinnor meminta kepada seuruh pihak termasuk satuan oganisasi perangkat daerah (SOPD) untuk bisa bersama-sama menangani Karhutla di Bumi Habaring Hurung. Sehingga tidak hanya satu instansi saja yang bergerak, akan tetapi seluruh pihak mampu bergotong royong menangani musibah tahunan itu.

“Saya sudah instruksikan semua SOPD bergerak untuk menangani Karhutla. Kita sama-sama bergotong royong menangani masalah ini,”ujarnya, Minggu (3/9)

Baca Juga :  Pasar Penyeimbang Jadi Pengaruh Besar Mengendalikan Inflasi

Halikinnor menyebutkan, Karhutla rentan terjadi akibat banyaknya semak belukar yang kering di wilayah perkotaan. Ditambah dengan angin yang berhembus kencang, membuat api semakin cepat meluas dan sulit dijinakkan. Alhasil, semakin banyak lahan yang terbakar, maka kabut asap akan semakin parah melanda Kotim.

“Kita tau diperkotaan, semak belukar ini banyak terbakar. Sehingga membuat asap tebal melanda wilayah kita,”ungkapnya.

Dirinya menyebutkan, Akibat Karhutla yang terjadi akan sangat berdampak kepada seluruh aspek di Kotim. Mulai dari aspek kesehatan, pendidikan hingga aspek lain. Hal itu juga akan sangat mengganggu masyarakat dalam beraktifitas sehari-hari. Mengingat asap yang timbul dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

“Asap ini pasti akan berdampak sekali kepada semua aspek baik itu kesehatan, pendidikan dan aspek lain.Apalagi kualitas udara kita sudah tidak sehat lagi sekarang,”bebernya.

Baca Juga :  Atasi Inflasi, Bupati Kotim Berencana Dirikan Lumbung Pangan

 

Dia juga menegaskan kondisi tersebut akan terus dipantau perkembangannya untuk keselamatan masyarakat. Sektor pendidikanpun juga akan dikaji beberapa penerapannya untuk menerapkan sistem tertentu selama kabut asap melanda Kotim.

“Kita akan terus pantau musibah ini. Apalagi sekarang berdasarkan ISPU, Kotim sudah diangkat tidak sehat,”pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam mengatakan. Diperkirakan ada sebanyak ratusan hektare lahan yang terbakar. Yang sudah ditangani oleh BPBD Kotim hingga saat ini. Angka itu bisa terus bertambah sesuai dengan fakta dilapangan yang memungkinkan luasan itu berkembang.

“Lahan yang kami tangani kira-kira ada 538 hektare. Ada beberapa luasan yang belum kamu hitung luasnya dan perluasan. Kalau perluasan pasti ada penambahan, tapi tentunya harus dioverlay (penyatuan data, red) dengan peta sebelumnya,”imbuhnya.(sli/kpg/ind).

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Musibah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kian menjadi-jadi. Asap yang ditimbulkan dari Karhutla membuat kualitas udara semakin memburuk. Cuaca panas yang mengakibatkan kekeringan di lahan gambut. Menjadi faktor utama kebakaran tersebut mudah menyebar. Hal itupun berdampak pada kesehatan masyarakat.

Bahkan Kota Sampit sempat menduduki peringkat pertama kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang menyentuh angka sekitar 261, pada Minggu lalu (3/9).

Melihat jumlah Kahutla yang semakin hari semakin marak, Bupati Kotim Halikinnor meminta kepada seuruh pihak termasuk satuan oganisasi perangkat daerah (SOPD) untuk bisa bersama-sama menangani Karhutla di Bumi Habaring Hurung. Sehingga tidak hanya satu instansi saja yang bergerak, akan tetapi seluruh pihak mampu bergotong royong menangani musibah tahunan itu.

“Saya sudah instruksikan semua SOPD bergerak untuk menangani Karhutla. Kita sama-sama bergotong royong menangani masalah ini,”ujarnya, Minggu (3/9)

Baca Juga :  Pasar Penyeimbang Jadi Pengaruh Besar Mengendalikan Inflasi

Halikinnor menyebutkan, Karhutla rentan terjadi akibat banyaknya semak belukar yang kering di wilayah perkotaan. Ditambah dengan angin yang berhembus kencang, membuat api semakin cepat meluas dan sulit dijinakkan. Alhasil, semakin banyak lahan yang terbakar, maka kabut asap akan semakin parah melanda Kotim.

“Kita tau diperkotaan, semak belukar ini banyak terbakar. Sehingga membuat asap tebal melanda wilayah kita,”ungkapnya.

Dirinya menyebutkan, Akibat Karhutla yang terjadi akan sangat berdampak kepada seluruh aspek di Kotim. Mulai dari aspek kesehatan, pendidikan hingga aspek lain. Hal itu juga akan sangat mengganggu masyarakat dalam beraktifitas sehari-hari. Mengingat asap yang timbul dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

“Asap ini pasti akan berdampak sekali kepada semua aspek baik itu kesehatan, pendidikan dan aspek lain.Apalagi kualitas udara kita sudah tidak sehat lagi sekarang,”bebernya.

Baca Juga :  Atasi Inflasi, Bupati Kotim Berencana Dirikan Lumbung Pangan

 

Dia juga menegaskan kondisi tersebut akan terus dipantau perkembangannya untuk keselamatan masyarakat. Sektor pendidikanpun juga akan dikaji beberapa penerapannya untuk menerapkan sistem tertentu selama kabut asap melanda Kotim.

“Kita akan terus pantau musibah ini. Apalagi sekarang berdasarkan ISPU, Kotim sudah diangkat tidak sehat,”pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam mengatakan. Diperkirakan ada sebanyak ratusan hektare lahan yang terbakar. Yang sudah ditangani oleh BPBD Kotim hingga saat ini. Angka itu bisa terus bertambah sesuai dengan fakta dilapangan yang memungkinkan luasan itu berkembang.

“Lahan yang kami tangani kira-kira ada 538 hektare. Ada beberapa luasan yang belum kamu hitung luasnya dan perluasan. Kalau perluasan pasti ada penambahan, tapi tentunya harus dioverlay (penyatuan data, red) dengan peta sebelumnya,”imbuhnya.(sli/kpg/ind).

Terpopuler

Artikel Terbaru