26.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Tiga WB Sudah Terbang, Fokus Pemadaman di Kabupaten Pulpis dan Kapuas

PALANGKA
RAYA-
Petugas dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu TNI AU sibuk dengan
tugasnya masing-masing. Di bawah pesawat CN-295 AU, mereka berdiri melingkar.
Salah satu dari mereka mengutak-atik ponsel pintar. Berkoordinasi. Menunggu
kepastian dimulainya penerbangan.

Petugas lain menenteng
plastik putih berisi garam. Memasukkan ke dalam tabung berbentuk kerucut
berbahan logam.

Tak lama kemudian,
pesawat berwarna hijau gelap itu terbang. Menyemai garam di langit Kalteng.
Kemarin (18/9), menjadi hari kedua proses penyemaian. Sudah tiga ton zat higroskopis
atau seperti garam dapur (NaCl) dan CaCl2 yang disemai pada bibit awan yang
berpotensi turun hujan. Lokasi bibit awan yang disemai yakni di atas wilayah
Kabupaten Barsel, Kapuas, dan Pulang Pisau.

Garam-garam berbentuk
butiran halus dengan diameter 10-50 mikron itu, diharapkan akan membentuk
titik-titik uap air dan membantu turunnya hujan.

Teknologi modifikasi cuaca
(TMC) diprediksi bisa berhasil. Berdasarkan perkiraan cuaca yang diterima,
tidak ada gangguan yang bisa menggagalkan upaya modifikasi cuaca ini. Satu hal yang
dikhawatirkan adalah adanya tiupan angin kencang yang berpotensi menggagalkan
upaya itu.

“Keberhasilan
tergantung kondisi alam. Salah satunya adalah angin. Apabila angin bertiup
kencang, maka otomatis akan membuyarkan garam di awan. Hujan pun tidak dapat
terwujud,” kata Koodinator Lapangan BPPT Perwakilan Kalteng Fikri Nur Muhammad kepada
Kalteng Pos, di posko udara Bandar Udara (Bandara) Tjilik Riwut, kemarin sore.

Berdasarkan instruksi
Presiden RI, BPPT diminta untuk stand by di Bandara Tjilik Riwut melakukan TMC
dengan batas waktu yang belum ditentukan. “Yang pasti sampai karhutla dan asap
di Kalteng sudah hilang, maka presiden akan mencabut instruksi itu. Setelah itu
kami bisa kembali,” ucapnya.

Baca Juga :  Ribuan Rumah di Lima Kecamatan Masih Terendam Air

Fikri menuturkan, pada Selasa
(17/9), pesawat CN-295 AU ini pertama kali datang dengan membawa tiga ton
garam. 1,5 ton sudah disemai pada hari itu juga. Sementara 1,5 ton sisanya
ditabur kemarin (18/9). Pihaknya pun sudah mengusulkan tambahan 20 ton garam untuk
dikirim ke Kalteng.

“10 ton sudah dalam
perjalanan dari Pekanbaru sejak Sabtu lalu. Hari ini (kemarin, red) sudah ada
di Banjarmasin. Sedangkan 10 ton sisanya menyusul,” sebutnya.

Teknisnya, lanjut
Fikri, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) untuk membantu menentukan titik lokasi awan yang akan disemai.
Petugas BPPT yang di darat maupun di dalam pesawat, saling komunikasi memandu
titik penyemaian di atas awan.

Menurutnya, proses ini
dilakukan selama dua jam di atas awan dengan ketinggian 10.000 bit (3.300
meter). Apabila awan semakin tinggi, maka proses turun hujan juga semakin
cepat.

“Kapasitas air yang
diturunkan oleh penyemaian ini tidak bisa ditentukan atau diprediksi, karena
hasilnya tidak pernah sama. Faktor alam sangat menentukan,” ujarnya.

Hanya saja, katanya, hasil
dapat diketahui per 24 jam melalui citra satelit. Hasil dari penyemaian awal
pada (17/9), terjadi hujan di sekitar Bandara Tjilik Riwut dengan kapasitas
tidak terukur (TTU). “Awal menyemai itu di wilayah Kalteng-Kalsel. Angin
mengarah ke Kota Palangka Raya, sehingga terjadi hujan dengan kapasitas kecil,”
kata Fikri.

Baca Juga :  Kabar Gembira ! Calon Pelamar Berusia 40 Tahun Masih Bisa Ikut Rekrutm

Memang, tambahnya,
penyemaian saat ini tidak memprioritaskan wilayah. Sebab, sebagian besar wilayah
Kalteng sudah mengalami kebakaran dan dikepung asap.

Selama pelaksanaan TMC
ini, BPPT selalu berkoordinasi dengan BMKG daerah maupun pusat, karena laporan
BMKG menjadi acuan penerbangan CN-259 ini. Pasalnya, kondisi alam menjadi salah
satu penentu dapat atau tidaknya dilakukan penyemaian.

“Kami tidak bisa
menjadwalkan, karena tergantung pada kondisi awan. Apabila tidak ada awan
berpotensi hujan, maka percuma saja,” bebernya.

Berdasarkan perkiraan
BMKG dan BPPT, kemungkinan Kalteng akan mengalami cuaca normal sekitar Sabtu
(21/9).

Sementara itu,
koordinator lapangan untuk water bombing (WB), Kapten Kal Irvan mengatakan,
pelaksanaan penyemaian ini sepenuhnya ditangani BPPT. Akan tetapi, karena
menggunakan jasa pesawat milik TNI AU, maka tak menutup kemungkinan pihaknya selalu
berkoordinasi.

“Tugas kami sesuai
dengan kewenangan yakni TNI AU, tapi tetap berkoordinasi dan bekerja sama,”
tegasnya.

Sebagai koordinator WB,
ia mengatakan bahwa dua hari ini armada udara sebagai salah satu tim pemadam
karhutla sudah kembali beroperasi. Armada lumpuh total sejak tanggal 15 hingga 16
September. Tak bisa terbang karena kabut asap yang pekat.

“Hari ini (kemarin,
red) tiga WB sudah terbang. Fokus pemadaman di daerah Kabupaten Pulpis dan
Kapuas, karena asap yang terjadi di Kota Palangka Raya ini berasal dari dua
daerah ini,” katanya. (abw/nue/ce/ram)

PALANGKA
RAYA-
Petugas dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu TNI AU sibuk dengan
tugasnya masing-masing. Di bawah pesawat CN-295 AU, mereka berdiri melingkar.
Salah satu dari mereka mengutak-atik ponsel pintar. Berkoordinasi. Menunggu
kepastian dimulainya penerbangan.

Petugas lain menenteng
plastik putih berisi garam. Memasukkan ke dalam tabung berbentuk kerucut
berbahan logam.

Tak lama kemudian,
pesawat berwarna hijau gelap itu terbang. Menyemai garam di langit Kalteng.
Kemarin (18/9), menjadi hari kedua proses penyemaian. Sudah tiga ton zat higroskopis
atau seperti garam dapur (NaCl) dan CaCl2 yang disemai pada bibit awan yang
berpotensi turun hujan. Lokasi bibit awan yang disemai yakni di atas wilayah
Kabupaten Barsel, Kapuas, dan Pulang Pisau.

Garam-garam berbentuk
butiran halus dengan diameter 10-50 mikron itu, diharapkan akan membentuk
titik-titik uap air dan membantu turunnya hujan.

Teknologi modifikasi cuaca
(TMC) diprediksi bisa berhasil. Berdasarkan perkiraan cuaca yang diterima,
tidak ada gangguan yang bisa menggagalkan upaya modifikasi cuaca ini. Satu hal yang
dikhawatirkan adalah adanya tiupan angin kencang yang berpotensi menggagalkan
upaya itu.

“Keberhasilan
tergantung kondisi alam. Salah satunya adalah angin. Apabila angin bertiup
kencang, maka otomatis akan membuyarkan garam di awan. Hujan pun tidak dapat
terwujud,” kata Koodinator Lapangan BPPT Perwakilan Kalteng Fikri Nur Muhammad kepada
Kalteng Pos, di posko udara Bandar Udara (Bandara) Tjilik Riwut, kemarin sore.

Berdasarkan instruksi
Presiden RI, BPPT diminta untuk stand by di Bandara Tjilik Riwut melakukan TMC
dengan batas waktu yang belum ditentukan. “Yang pasti sampai karhutla dan asap
di Kalteng sudah hilang, maka presiden akan mencabut instruksi itu. Setelah itu
kami bisa kembali,” ucapnya.

Baca Juga :  Ribuan Rumah di Lima Kecamatan Masih Terendam Air

Fikri menuturkan, pada Selasa
(17/9), pesawat CN-295 AU ini pertama kali datang dengan membawa tiga ton
garam. 1,5 ton sudah disemai pada hari itu juga. Sementara 1,5 ton sisanya
ditabur kemarin (18/9). Pihaknya pun sudah mengusulkan tambahan 20 ton garam untuk
dikirim ke Kalteng.

“10 ton sudah dalam
perjalanan dari Pekanbaru sejak Sabtu lalu. Hari ini (kemarin, red) sudah ada
di Banjarmasin. Sedangkan 10 ton sisanya menyusul,” sebutnya.

Teknisnya, lanjut
Fikri, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) untuk membantu menentukan titik lokasi awan yang akan disemai.
Petugas BPPT yang di darat maupun di dalam pesawat, saling komunikasi memandu
titik penyemaian di atas awan.

Menurutnya, proses ini
dilakukan selama dua jam di atas awan dengan ketinggian 10.000 bit (3.300
meter). Apabila awan semakin tinggi, maka proses turun hujan juga semakin
cepat.

“Kapasitas air yang
diturunkan oleh penyemaian ini tidak bisa ditentukan atau diprediksi, karena
hasilnya tidak pernah sama. Faktor alam sangat menentukan,” ujarnya.

Hanya saja, katanya, hasil
dapat diketahui per 24 jam melalui citra satelit. Hasil dari penyemaian awal
pada (17/9), terjadi hujan di sekitar Bandara Tjilik Riwut dengan kapasitas
tidak terukur (TTU). “Awal menyemai itu di wilayah Kalteng-Kalsel. Angin
mengarah ke Kota Palangka Raya, sehingga terjadi hujan dengan kapasitas kecil,”
kata Fikri.

Baca Juga :  Kabar Gembira ! Calon Pelamar Berusia 40 Tahun Masih Bisa Ikut Rekrutm

Memang, tambahnya,
penyemaian saat ini tidak memprioritaskan wilayah. Sebab, sebagian besar wilayah
Kalteng sudah mengalami kebakaran dan dikepung asap.

Selama pelaksanaan TMC
ini, BPPT selalu berkoordinasi dengan BMKG daerah maupun pusat, karena laporan
BMKG menjadi acuan penerbangan CN-259 ini. Pasalnya, kondisi alam menjadi salah
satu penentu dapat atau tidaknya dilakukan penyemaian.

“Kami tidak bisa
menjadwalkan, karena tergantung pada kondisi awan. Apabila tidak ada awan
berpotensi hujan, maka percuma saja,” bebernya.

Berdasarkan perkiraan
BMKG dan BPPT, kemungkinan Kalteng akan mengalami cuaca normal sekitar Sabtu
(21/9).

Sementara itu,
koordinator lapangan untuk water bombing (WB), Kapten Kal Irvan mengatakan,
pelaksanaan penyemaian ini sepenuhnya ditangani BPPT. Akan tetapi, karena
menggunakan jasa pesawat milik TNI AU, maka tak menutup kemungkinan pihaknya selalu
berkoordinasi.

“Tugas kami sesuai
dengan kewenangan yakni TNI AU, tapi tetap berkoordinasi dan bekerja sama,”
tegasnya.

Sebagai koordinator WB,
ia mengatakan bahwa dua hari ini armada udara sebagai salah satu tim pemadam
karhutla sudah kembali beroperasi. Armada lumpuh total sejak tanggal 15 hingga 16
September. Tak bisa terbang karena kabut asap yang pekat.

“Hari ini (kemarin,
red) tiga WB sudah terbang. Fokus pemadaman di daerah Kabupaten Pulpis dan
Kapuas, karena asap yang terjadi di Kota Palangka Raya ini berasal dari dua
daerah ini,” katanya. (abw/nue/ce/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru