25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Anshari, Warga Kalteng Terduga Teroris Terpapar Radikalisme dari Medso

NAMA Anshari, warga Palangka Raya tiba-tiba menjadi bahan
pembicaraan di masyarakat. Pasalnya, pria berusia 36 tahun ini menjadi salah
seorang yang diduga masuk jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD),
organisasi radikal yang berafilisasi dengan ISIS.

Dia diamankan Tim Densus 88 dan
Polda Kalteng di sebuah barak Jalan Pinus Permai III, Kelurahan Panarung.

Menurut penuturan pihak keluarga,
kelakuan Anshari mulai berubah ketika memasuki Desember 2018. Sering begadang
sendirian dan melakukan aktivitas bersama media sosial (medsos) mulai terlihat
dan meresahkan ibu dan ayahnya serta kakak dan adiknya.

“Pokoknya mulai awal-awal
Desember itu, kelihatannya dia sudah mulai berubah. Main internet sampai tengah
malam. Bahkan sampai tertidur di tempat usaha galon air yang dirintisnya
gara-gara main handphone,” tutur M, kakak kandung Anshari yang ditemui Kalteng
Pos (Group kaltengpos.co), Jumat (14/6).

Usaha Anshari, kata dia, juga
mulai sedikit macet atau terlambat buka karena si adik sering begadang. Bahkan
dia juga sudah sambungkan kabel jaringan internet ke rumahnya.

Tidak hanya kecanduan medsos yang
dicurigai bisa membuat Anshari berkomunikasi dengan Tommy dan Abdullah,
kelakuan Anshari terhadap anggota keluarga pun mulai berubah drastis. Beberapa
aktivitas keagamaan dan juga gambar-gambar yang berunsur keagamaan dinilainya
kafir dan juga harus diturunkan dari tembok.

Baca Juga :  Agustiar Siap Salurkan Aspirasi NU

“Kami curiga dia itu kenal Tommy
dan Abdullah dari Facebook atau apa, soalnya hampir setiap saat dia mulai
tertutup dan sering katakan kami ini kafir. Gambar-gambar yang dipajang di
tembok katanya salah dan harus diturunkan,” ujarnya.

Ketika dia sudah mulai sesat,
tidak lama datanglah dua orang temannya yang katanya dari Aceh menginap di
rumahnya. “Kami juga tidak mencurigai apa-apa, karena kami sendiri tahu dia
banyak teman dan mudah bergaul, ” ujarnya.

Tiga hari bersama Abdulah dan
Tommy, Anshari akhirnya pamit pada ayahnya untuk pergi berkebun dan mengikuti
guru.

“Saya bingung mas, setelah
temannya itu datang, dia bilang katanya mau berkebun dan mengikuti guru. Guru
di mana dan siapa? Kami curigai dia ke Gunung Mas itu dan sudah janji sama
temannya-temannya itu,” ujarnya terlihat kesal sekaligus terkejut.

Kemudian arahan dari keluarga,
selalu dilawannya. Bahkan nasihat almarhum ibunya tidak pernah digubris. “Saya
sendiri baru bisa lega pas dia ditangkap beberapa hari kemarin mas,” ungkapnya.

Kepergiannya bersama kedua
temannya yang merupakan tersangka teroris itu merupakan perpisahan terakhir
dengan Ibunya Hj Nurfatimah. Beberapa pekan setelah keberangkatannya bersama
temannya, Ibundanya tercinta meninggal. Dia tidak sempat melihatnya.

Baca Juga :  Inisiasi Bintek Kewirausahaan, Mukhtarudin Sebut UMKM Pertahanan Ekono

“Pas dia pergi mungkin ke Gunung
Mas, Ibu meninggal. Dia tidak sempat melihatnya,” timpal Wahidin terlihat
sedih.

Kepergiannya bertemu guru dan
katanya berkebun masih misterius oleh anggota keluarganya. Setelah bersahabat
dengan para tersangka teroris, Anshari jarang ke rumah orang tuanya dan bahkan
kerumahnya sendiri.

“Tidak pernah datang kerumah lagi
setelah pergi itu. Datang itu pas dua minggu kemarin dan setelah itu mereka
ditangkap,” jelasnya.

“Ketika mereka datang dua minggu
lalu langsung diusir dan disuruh tinggal di tempat lain. Saya sudah jenuh mau
nasihat tetapi saya sendiri masih sayang memang,” katanya.

Di akhir perbicangan dengan
Kalteng Pos, Wahidin hanya mengucap syukur anaknya sudah tertangkap dan semoga
dengan bantuan pemerintah dan pihak keamanan, anak, mertua dan cucu-cucunya
bisa kembali direhabilitasi dan kembali seperti semula.

“Saya bersyukur mas pas sudah
ditangkap, soalnya saya sakit kepala, dan pikiran dengan Anshari ini. Semoga
dia direhab dan kedepannya semua mereka bisa kembali normal,” harapnya sambil
meneteskan air mata. (old/ala/ctk/nto)

NAMA Anshari, warga Palangka Raya tiba-tiba menjadi bahan
pembicaraan di masyarakat. Pasalnya, pria berusia 36 tahun ini menjadi salah
seorang yang diduga masuk jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD),
organisasi radikal yang berafilisasi dengan ISIS.

Dia diamankan Tim Densus 88 dan
Polda Kalteng di sebuah barak Jalan Pinus Permai III, Kelurahan Panarung.

Menurut penuturan pihak keluarga,
kelakuan Anshari mulai berubah ketika memasuki Desember 2018. Sering begadang
sendirian dan melakukan aktivitas bersama media sosial (medsos) mulai terlihat
dan meresahkan ibu dan ayahnya serta kakak dan adiknya.

“Pokoknya mulai awal-awal
Desember itu, kelihatannya dia sudah mulai berubah. Main internet sampai tengah
malam. Bahkan sampai tertidur di tempat usaha galon air yang dirintisnya
gara-gara main handphone,” tutur M, kakak kandung Anshari yang ditemui Kalteng
Pos (Group kaltengpos.co), Jumat (14/6).

Usaha Anshari, kata dia, juga
mulai sedikit macet atau terlambat buka karena si adik sering begadang. Bahkan
dia juga sudah sambungkan kabel jaringan internet ke rumahnya.

Tidak hanya kecanduan medsos yang
dicurigai bisa membuat Anshari berkomunikasi dengan Tommy dan Abdullah,
kelakuan Anshari terhadap anggota keluarga pun mulai berubah drastis. Beberapa
aktivitas keagamaan dan juga gambar-gambar yang berunsur keagamaan dinilainya
kafir dan juga harus diturunkan dari tembok.

Baca Juga :  Agustiar Siap Salurkan Aspirasi NU

“Kami curiga dia itu kenal Tommy
dan Abdullah dari Facebook atau apa, soalnya hampir setiap saat dia mulai
tertutup dan sering katakan kami ini kafir. Gambar-gambar yang dipajang di
tembok katanya salah dan harus diturunkan,” ujarnya.

Ketika dia sudah mulai sesat,
tidak lama datanglah dua orang temannya yang katanya dari Aceh menginap di
rumahnya. “Kami juga tidak mencurigai apa-apa, karena kami sendiri tahu dia
banyak teman dan mudah bergaul, ” ujarnya.

Tiga hari bersama Abdulah dan
Tommy, Anshari akhirnya pamit pada ayahnya untuk pergi berkebun dan mengikuti
guru.

“Saya bingung mas, setelah
temannya itu datang, dia bilang katanya mau berkebun dan mengikuti guru. Guru
di mana dan siapa? Kami curigai dia ke Gunung Mas itu dan sudah janji sama
temannya-temannya itu,” ujarnya terlihat kesal sekaligus terkejut.

Kemudian arahan dari keluarga,
selalu dilawannya. Bahkan nasihat almarhum ibunya tidak pernah digubris. “Saya
sendiri baru bisa lega pas dia ditangkap beberapa hari kemarin mas,” ungkapnya.

Kepergiannya bersama kedua
temannya yang merupakan tersangka teroris itu merupakan perpisahan terakhir
dengan Ibunya Hj Nurfatimah. Beberapa pekan setelah keberangkatannya bersama
temannya, Ibundanya tercinta meninggal. Dia tidak sempat melihatnya.

Baca Juga :  Inisiasi Bintek Kewirausahaan, Mukhtarudin Sebut UMKM Pertahanan Ekono

“Pas dia pergi mungkin ke Gunung
Mas, Ibu meninggal. Dia tidak sempat melihatnya,” timpal Wahidin terlihat
sedih.

Kepergiannya bertemu guru dan
katanya berkebun masih misterius oleh anggota keluarganya. Setelah bersahabat
dengan para tersangka teroris, Anshari jarang ke rumah orang tuanya dan bahkan
kerumahnya sendiri.

“Tidak pernah datang kerumah lagi
setelah pergi itu. Datang itu pas dua minggu kemarin dan setelah itu mereka
ditangkap,” jelasnya.

“Ketika mereka datang dua minggu
lalu langsung diusir dan disuruh tinggal di tempat lain. Saya sudah jenuh mau
nasihat tetapi saya sendiri masih sayang memang,” katanya.

Di akhir perbicangan dengan
Kalteng Pos, Wahidin hanya mengucap syukur anaknya sudah tertangkap dan semoga
dengan bantuan pemerintah dan pihak keamanan, anak, mertua dan cucu-cucunya
bisa kembali direhabilitasi dan kembali seperti semula.

“Saya bersyukur mas pas sudah
ditangkap, soalnya saya sakit kepala, dan pikiran dengan Anshari ini. Semoga
dia direhab dan kedepannya semua mereka bisa kembali normal,” harapnya sambil
meneteskan air mata. (old/ala/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru