PALANGKA
RAYA-Kebijakan
adaptasi kebiasaan baru (AKB) oleh pemerintah harus dipahami oleh masyarakat
secara menyeluruh. Adanya pelonggaran bukan berarti harus abai. Kemenkes sudah
menekankan dua hal yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah dalam
mengatur masyarakatnya. Pertama, memastikan masyarakat benar-benar paham dan
mampu melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.
Tenaga kesehatan (nakes) menjadi pihak yang
paling berisiko jika protokol kesehatan tak berjalan maksimal. Membeludaknya
pasien terpapar Covid-19 bisa saja terjadi. Ini bisa menjadi boomerang bagi nakes
yang sampai saat ini terus berjuang di garda terdepan.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) Kota Palangka Raya Budi Paryanto mengatakan bahwa pihaknya tetap
mendukung setiap kebijakan pemerintah. PPNI akan turun terlibat dalam edukasi
masyarakat sebagai wujud dukungan. Meski jika melihat fakta lapangan, terkesan
masih banyak warga yang mengabaikan protokol kesehatan.
“Makin hari makin adem (dingin). Masyarakat
seperti sudah berdamai dengan Covid-19 ini. Kekhawatiran nakes kewalahan tentu
terlintas dari kami,†ungkapnya kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co),
kemarin (5/8).
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng dr Suyuti
Syamsul mengatakan penularan Covid-19 di Kalteng saat ini sudah terjadi di tingkat
komunitas. Klaster tidak lagi menjadi acuan. Pada tingkat klaster, masih dapat ditelusuri
asal muasal seseorang terkena Covid-19. Berbeda dengan komunitas. Akan sulit untuk
mengetahui siapa menulari siapa.
Saat ini tercatat ada 454 pasien positif
Covid-19 yang sedang menjalani perawatan. Risiko penularan masih tinggi. Jumlah
pasien juga diprediksi akan terus meningkat. Untuk mengantisipasi bertambahnya
jumlah pasien, diperlukan kerja sama masyarakat dengan mematuhi protokol
kesehatan. Ada hal sepele yang bisa menimbulkan masalah.
“Contohnya soal penggunaan masker, jaga
jarak, kurangi kontak pertemuan dengan orang lain, menerapkan social distancing
dan physical distancing,” ucapnya.
Dua hari lalu, awak media berkesempatan menemui
nakes yang bertugas di lokasi isolasi pasien positif Covid-19 di Asrama Haji
Al-Mabrur. Semangat mereka tak kendor dalam merawat pasien. Di Asrama Haji
Al-Mabrur ada 20 relawan perawat, 10 petugas penunjang, 10 petugas penunjang
nonmedis, dan 20 petugas yang berasal dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Palangka Raya.
“Yang menjadi penyemangat kami ada di sini
adalah rasa kemanusiaan. Karena kami melihat ini tantangan yang harus
dihadapi bersama,” kata salah satu relawan, Desi Nur Hidayati, saat
berbincang dengan Kalteng Pos.
Suka duka dijalani. Desi semakin merasa nyaman
berkat dukungan kedua orang tuanya. Tekad dari anak sulung dari dua bersaudara
tersebut adalah menyelesaikan misi kemanusiaan hingga pandemi Covid-19
berakhir.
Sementara itu, relawan bernama Yosep Tri Antoni
mengatakan, selama menjalankan tugas, ia menganggap nakes lainnya sebagai
anggota keluarga. “Kami bekerja dengan saling mengisi satu sama lain,
karena merupakan tugas dan kewajiban yang harus dijalankan dengan baik dan
penuh tanggung jawab,” ungkap lulusan Poltekkes Palangka Raya tersebut.