26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Semua Fakultas Menjadikan Kelapa Sawit sebagai Subjek Studi

Selain
gambut, kini Universitas Palangka Raya (UPR) menjadikan kelapa sawit sebagai
salah satu unggulan. Target jangka pendeknya, tahun 2019 sudah terbentuk
Program Studi Perkebunan. Sementara jangka panjangnya, akan menjadi sebagai
pusat studi kelapa sawit di Indonesia.

 

 

M
ISMAIL
,
Palangka Raya

 

PERTENGAHAN Juni, UPR
menggelar Workshop Pembentuk Program Studi (Prodi). Fokusnya pada rencana
pembentukan Prodi Perkebunan. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber
Megawati Santoso PhD yang menjabat Ketua Asean Qualifications Reference
Framework Commitee. Dalam kesempatan itu, semua pimpinan universitas dan
fakultas pun hadir.

Rektor UPR Dr Andrie
Elia Embang yang membuka acara tersebut berharap, pada 2019 ini Prodi
Perkebunan sudah terbentuk. Saat ini di Kalteng terdapat 2 juta hektare luas
perkebunan sawit yang sudah ditanami. Sementara yang dicadangkan seluas 2 juta
hektare.

Akan tetapi, sebagian
besar pengelolaan kelapa sawit saat ini hanya sebatas crude palm oil (CPO) atau
industri hulu. Padahal ada banyak turunan produk yang bisa diolah dari kelapa
sawit ini. Namun hal tersebut belum bisa diterapkan di Kalteng.

“Kalau cuma industri
hulu saja, yakni memproduksi CPO tanpa industri hilir atau pengolahan, ini akan
banyak dampak negatifnya. Namun bila ada industri hilir yang bisa mengolah
produk kelapa sawit menjadi berbagai macam produk dan memberi nilai tambah,
maka dampak positif akan lebih besar,” ujar Andrie yang telah puluhan tahun
bergelut pada bidang penelitian dampak lingkungan.

 

Dikatakanny, program
studi yang direncanakan ini tak berdiri sendiri. Fakultas-fakultas lain juga
harus menjadikan kelapa sawit sebagai subjek pembelajarannya. Misalnya,
Fakultas Hukum harus mempelajari regulasi dan tata aturan hukum tentang
perkebunan dan industri kelapa sawit. Demikian pula fakultas-fakultas lainnya.

Baca Juga :  KPK Kembali Geledah Beberapa Tempat Usai Bupati Kapuas Jadi Tersangka

“Saya sangat senang Pak
Rektor memilih kelapa sawit. Pilihan yang sangat tepat. Very very excellent
choise,” ucap Megawati saat berkomentar atas keputusan rektor UPR yang memilih
kelapa sawit sebagai komoditas unggulan.

Di Indonesia banyak jenis
komoditas. Kalau terlalu banyak yang dipillih, sementara dananya kurang,
Megawati mengilustrasikan seperti menjatuhkan hujan gerimis di mana-mana di
lahan yang luas, maka yang akan tumbuh adalah alang-alang. Akan tetapi jika menjatuhkan
hujan besar di satu pohon tertentu dan memeliharanya, maka buahnya akan ke
mana-mana.

Upaya rektor UPR untuk
membangun pusat penelitian kelapa sawit dan prodi dinilainya sangat tepat.
Megawati berharap seluruh jajaran UPR menjadikan kelapa sawit sebagai pola
ilmiah pokok.

“Misalnya, teman-teman
dari Fakultas Hukum UPR, bagaimana penelitiannya bisa mengamankan kelapa sawit
ini dari serangan para LSM dari luar. Bagaimana hukum-hukum dan aturan tentang
perkebunan kelapa sawit ini dibangun,” sebutnya.

Contoh lain, lanjutnya,
Fakultas Kedokteran UPR bisa melakukan penilitian tentang penyakit-penyakit
yang muncul di lokasi-lokasi perkebunan. Kemudian mencarikan penangan dan
solusi terhadapa penyakit-penyakit yang sering muncul itu.

Untuk penghuni FISIP
UPR, kata Megawati, bisa melakukan penelitian tentang sosiologi masyarakat  sekitar perkebunan. Bagaimana masyarakat di
perkebunan dan sekitarnya bisa membangun hubungan sosial dengan baik.

Kemudian, dosen dan
mahasiswa Prodi Kimia dan Fisika melakukan penelitian yang mendukung ke komoditas
kelapa sawit. Dengan demikian, program pengembangan kelapa sawit bukan hanya
menjadi pengembangan Prodi Perkebunan Kelapa Sawit, tetapi juga menjadi fokus
program studi lainnya.

Baca Juga :  Begini Penuturan Rekan Satu Pesawat Adian Napitulu Ketika Terkena Sera

“Kami berharap UPR ini
memiliki unggulan. Nah, unggulan itu adalah komoditas kelapa sawit. Harus di-support
semua program studi. Misalnya, jika ada kuliah kerja nyata (KKN) tematik, maka harus
mengarah ke kelapa sawit. Semua bisa dikirim ke perkebunan kelapa sawit,” kata
Megawati.

Tak hanya saat KKN, lanjutnya,
mahasiswa baru pun harus mulai diperkenalkan dengan kelapa sawit yang menjadi
pola ilmiah pokok. Mahasiswa jangan diarahkan ke tempat lain, tapi diarahkan ke
perkebunan kelapa sawit. “Maka ke depannya, siapa pun yang ingin belajar
tentang kelapa sawit akan datang ke UPR,”sebutnya.

Prodi Perkebunan Kelapa
Sawit itu pasti akan terbentuk. Itu hal teknis dan mudah. Tantangannya adalah
bagaimana komoditas kelapa sawit ini bisa menjadi unggulan dan membangun
masyarakat di Kalteng untuk lebih baik. Di bidang ini, UPR bisa menjadi
unggulan.

Di tempat yang sama,
Wakil Rektor UPR I Bidang Akademik Prof Dr Salampak Dohong menyampaikan, UPR
akan fokus pada studi tentang gambut dan kelapa sawit.  Semua fakultas akan difokuskan kepada dua hal
ini. Tahun ini, UPR akan melakukan lokakarya kurikulum. Konsep kurikulum akan
diubah. Ada kurikulum inti universtias yang pada semua fakultas wajib ada, yakni
sawit dan gambut.

“Misalnya Fakutas Teknik, nanti akan
mengembangkan studi pada bagaimana membangun jalan dan bangunan di lahan
gambut. Selama ini gedung-gedung di Kalteng ini dibangun di lahan gambut. Setelah
beberapa tahun, biasanya retak. Ini perlu dicarikan solusinya,” kata Salampak
memberikan contoh. (*/ce/ram)

Selain
gambut, kini Universitas Palangka Raya (UPR) menjadikan kelapa sawit sebagai
salah satu unggulan. Target jangka pendeknya, tahun 2019 sudah terbentuk
Program Studi Perkebunan. Sementara jangka panjangnya, akan menjadi sebagai
pusat studi kelapa sawit di Indonesia.

 

 

M
ISMAIL
,
Palangka Raya

 

PERTENGAHAN Juni, UPR
menggelar Workshop Pembentuk Program Studi (Prodi). Fokusnya pada rencana
pembentukan Prodi Perkebunan. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber
Megawati Santoso PhD yang menjabat Ketua Asean Qualifications Reference
Framework Commitee. Dalam kesempatan itu, semua pimpinan universitas dan
fakultas pun hadir.

Rektor UPR Dr Andrie
Elia Embang yang membuka acara tersebut berharap, pada 2019 ini Prodi
Perkebunan sudah terbentuk. Saat ini di Kalteng terdapat 2 juta hektare luas
perkebunan sawit yang sudah ditanami. Sementara yang dicadangkan seluas 2 juta
hektare.

Akan tetapi, sebagian
besar pengelolaan kelapa sawit saat ini hanya sebatas crude palm oil (CPO) atau
industri hulu. Padahal ada banyak turunan produk yang bisa diolah dari kelapa
sawit ini. Namun hal tersebut belum bisa diterapkan di Kalteng.

“Kalau cuma industri
hulu saja, yakni memproduksi CPO tanpa industri hilir atau pengolahan, ini akan
banyak dampak negatifnya. Namun bila ada industri hilir yang bisa mengolah
produk kelapa sawit menjadi berbagai macam produk dan memberi nilai tambah,
maka dampak positif akan lebih besar,” ujar Andrie yang telah puluhan tahun
bergelut pada bidang penelitian dampak lingkungan.

 

Dikatakanny, program
studi yang direncanakan ini tak berdiri sendiri. Fakultas-fakultas lain juga
harus menjadikan kelapa sawit sebagai subjek pembelajarannya. Misalnya,
Fakultas Hukum harus mempelajari regulasi dan tata aturan hukum tentang
perkebunan dan industri kelapa sawit. Demikian pula fakultas-fakultas lainnya.

Baca Juga :  KPK Kembali Geledah Beberapa Tempat Usai Bupati Kapuas Jadi Tersangka

“Saya sangat senang Pak
Rektor memilih kelapa sawit. Pilihan yang sangat tepat. Very very excellent
choise,” ucap Megawati saat berkomentar atas keputusan rektor UPR yang memilih
kelapa sawit sebagai komoditas unggulan.

Di Indonesia banyak jenis
komoditas. Kalau terlalu banyak yang dipillih, sementara dananya kurang,
Megawati mengilustrasikan seperti menjatuhkan hujan gerimis di mana-mana di
lahan yang luas, maka yang akan tumbuh adalah alang-alang. Akan tetapi jika menjatuhkan
hujan besar di satu pohon tertentu dan memeliharanya, maka buahnya akan ke
mana-mana.

Upaya rektor UPR untuk
membangun pusat penelitian kelapa sawit dan prodi dinilainya sangat tepat.
Megawati berharap seluruh jajaran UPR menjadikan kelapa sawit sebagai pola
ilmiah pokok.

“Misalnya, teman-teman
dari Fakultas Hukum UPR, bagaimana penelitiannya bisa mengamankan kelapa sawit
ini dari serangan para LSM dari luar. Bagaimana hukum-hukum dan aturan tentang
perkebunan kelapa sawit ini dibangun,” sebutnya.

Contoh lain, lanjutnya,
Fakultas Kedokteran UPR bisa melakukan penilitian tentang penyakit-penyakit
yang muncul di lokasi-lokasi perkebunan. Kemudian mencarikan penangan dan
solusi terhadapa penyakit-penyakit yang sering muncul itu.

Untuk penghuni FISIP
UPR, kata Megawati, bisa melakukan penelitian tentang sosiologi masyarakat  sekitar perkebunan. Bagaimana masyarakat di
perkebunan dan sekitarnya bisa membangun hubungan sosial dengan baik.

Kemudian, dosen dan
mahasiswa Prodi Kimia dan Fisika melakukan penelitian yang mendukung ke komoditas
kelapa sawit. Dengan demikian, program pengembangan kelapa sawit bukan hanya
menjadi pengembangan Prodi Perkebunan Kelapa Sawit, tetapi juga menjadi fokus
program studi lainnya.

Baca Juga :  Begini Penuturan Rekan Satu Pesawat Adian Napitulu Ketika Terkena Sera

“Kami berharap UPR ini
memiliki unggulan. Nah, unggulan itu adalah komoditas kelapa sawit. Harus di-support
semua program studi. Misalnya, jika ada kuliah kerja nyata (KKN) tematik, maka harus
mengarah ke kelapa sawit. Semua bisa dikirim ke perkebunan kelapa sawit,” kata
Megawati.

Tak hanya saat KKN, lanjutnya,
mahasiswa baru pun harus mulai diperkenalkan dengan kelapa sawit yang menjadi
pola ilmiah pokok. Mahasiswa jangan diarahkan ke tempat lain, tapi diarahkan ke
perkebunan kelapa sawit. “Maka ke depannya, siapa pun yang ingin belajar
tentang kelapa sawit akan datang ke UPR,”sebutnya.

Prodi Perkebunan Kelapa
Sawit itu pasti akan terbentuk. Itu hal teknis dan mudah. Tantangannya adalah
bagaimana komoditas kelapa sawit ini bisa menjadi unggulan dan membangun
masyarakat di Kalteng untuk lebih baik. Di bidang ini, UPR bisa menjadi
unggulan.

Di tempat yang sama,
Wakil Rektor UPR I Bidang Akademik Prof Dr Salampak Dohong menyampaikan, UPR
akan fokus pada studi tentang gambut dan kelapa sawit.  Semua fakultas akan difokuskan kepada dua hal
ini. Tahun ini, UPR akan melakukan lokakarya kurikulum. Konsep kurikulum akan
diubah. Ada kurikulum inti universtias yang pada semua fakultas wajib ada, yakni
sawit dan gambut.

“Misalnya Fakutas Teknik, nanti akan
mengembangkan studi pada bagaimana membangun jalan dan bangunan di lahan
gambut. Selama ini gedung-gedung di Kalteng ini dibangun di lahan gambut. Setelah
beberapa tahun, biasanya retak. Ini perlu dicarikan solusinya,” kata Salampak
memberikan contoh. (*/ce/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru