Bumi berkisah. Bumi kita mencatat setiap peristiwa yang terjadi sejak diciptakannya jutaan tahun lalu. Catatan itu tertulis dalam lembar halaman waktu, berwujud lapisan-lapisan sedimen di dalam kerak bumi. Tiap kisahnya dicatat dengan menggunakan huruf dan tulisan berbentuk debu, pasir, dan batu.
Teman-teman Anda pun dapat waktu "mejeng" 45 menit. Di Shenzhen. Kemarin.
Saya pun diminta tampil di panggung. Di arena pameran makanan dan minuman terbesar di Tiongkok ini. Di situ kami bisa promosi Indonesia
Pak Prabowo benar ketika merencanakan membelah Kementerian Keuangan menjadi dua. Yang mengurus pendapatan negara dipisah dari yang membelanjakannya. Bahkan lebih revolusioner: Ditjen Anggaran dilebur ke dalam Bappenas.
Dari Fuqing saya ke Nanchang dan Singapura. Acara saya di salah satu klub kriket. Rapat di situ.
Sebelumnya saya sempat menengok teman lama: Murdaya Poo. Sudah keluar rumah sakit. Sudah di salah satu rumahnya di Singapura. Wajahnya cerah. Bicaranya semangat. Pikirannya jernih.
BERENAM kami ke masjid itu. masjid di pusat kota Fuzhou, ibu kota provinsi Fujian.
Masjid besar. Kosong. Gelap. Padahal sudah waktunya salat magrib –salat ''tiga unit gerakan'' di waktu matahari terbenam.
Sayang. Kota Qingda jauh sekali dari tempat saya sekarang: Nanchang.
Keinginan perusuh Disway agar saya nonton timnas sepak bola bertanding di sana sulit dipenuhi. Saya harus terbang dulu ke Shanghai satu jam. Lalu terbang lagi ke Qingdao: dua jam.