26.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Harapan bisa Memicu Kekecewaan dan Kebencian

SEBAGIAN
orang memiliki standar dan batasan saat memilih pasangan. Bahkan ada yang boleh
dibilang terlalu selektif dan pilih-pilih pasangan. Namun standar Sayangnya,
kerap kali standar dan impian tak sesuai dengan kenyataan.

Psikolog dan penulis Marriage and the Law of Attraction,
Paulette Sherman, menilai, harapan adalah tentang bagaimana berharap orang lain
akan merespons. Standa dalam memilih seseorang, kata dia, hanya bisa diketahui
oleh individu tersebut sesuai keinginannya.

’’Ada standar lebih banyak dalam memilih pasangan.
Tergantung dengan siapa Anda ingin menjalani hidup,’’ jekasnya seperti dilansir
dari Mind Body Green, Rabu (2/12). ’’Misalnya, Anda memiliki standar kejujuran
dalam suatu hubungan atau standar komunikasi yang saling menghormati. Maka
seseorang pasti mengutamakan kejujuran, kesetiaan, dan selalu menepati janji,’’
jelasnya.

Baca Juga :  Siapkan Konten Mengedukasi Sekaligus Menghasilkan

Menurutnya, menetapkan standar itu sehat. Penting untuk
memiliki standar. ’’Begitu Anda memilih seseorang, Anda seharusnya sudah
menentukan apakah mereka cocok dengan standar. Sebaiknya perhatikan dengan
cermat dan tentukan standar apakah Anda sesuai juga dengan standarnya,’’
katanya.

Menurut Sherman, standar yang tinggi terkadang tidak bisa
selalu memenuhi ekspektasi. Maka seseorang tetap harus berpikir realistis.
’’Ekspektasi bahwa seorang pasangan dapat membaca pikiran Anda dan cocok satu
sama lain, tentu tak semuanya bisa sesuai kenyataan dan harapa,’’ jelasnya.

Seperti yang dicatat Sherman, hampir setiap pasangan
harus belajar mengelola ekspektasi dan impian. ’’Sebab masing-masing orang
tumbuh secara berbeda. Maka terimalah segala perbedaan’’ tegasnya.

Sementara itu, pakar hubungan Valerie Kolick, menilai
rasa kecewa bisa saja muncul ketika seseorang tak menemukan pasangan sesuai
harapannya. ’’Harapan tidak selalu sesuai kecocokan. Justru di balik harapan,
bisa memicu kekecewaan dan kebencian,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Dirut Pertamina Masuk Daftar Perempuan Berpengaruh di Dunia

Kesimpulannya, jika
masih ragu dengan si dia, komunikasi lebih intens dan dalam ​​saat berkencan
akan lebih banyak menentukan apakah dia sesuai standar atau bisa dikompromikan.
Sehingga pasangan dapat mengetahui apakah dapat menemukan kecocokan satu sama
lain dengan cara yang sehat. 

SEBAGIAN
orang memiliki standar dan batasan saat memilih pasangan. Bahkan ada yang boleh
dibilang terlalu selektif dan pilih-pilih pasangan. Namun standar Sayangnya,
kerap kali standar dan impian tak sesuai dengan kenyataan.

Psikolog dan penulis Marriage and the Law of Attraction,
Paulette Sherman, menilai, harapan adalah tentang bagaimana berharap orang lain
akan merespons. Standa dalam memilih seseorang, kata dia, hanya bisa diketahui
oleh individu tersebut sesuai keinginannya.

’’Ada standar lebih banyak dalam memilih pasangan.
Tergantung dengan siapa Anda ingin menjalani hidup,’’ jekasnya seperti dilansir
dari Mind Body Green, Rabu (2/12). ’’Misalnya, Anda memiliki standar kejujuran
dalam suatu hubungan atau standar komunikasi yang saling menghormati. Maka
seseorang pasti mengutamakan kejujuran, kesetiaan, dan selalu menepati janji,’’
jelasnya.

Baca Juga :  Siapkan Konten Mengedukasi Sekaligus Menghasilkan

Menurutnya, menetapkan standar itu sehat. Penting untuk
memiliki standar. ’’Begitu Anda memilih seseorang, Anda seharusnya sudah
menentukan apakah mereka cocok dengan standar. Sebaiknya perhatikan dengan
cermat dan tentukan standar apakah Anda sesuai juga dengan standarnya,’’
katanya.

Menurut Sherman, standar yang tinggi terkadang tidak bisa
selalu memenuhi ekspektasi. Maka seseorang tetap harus berpikir realistis.
’’Ekspektasi bahwa seorang pasangan dapat membaca pikiran Anda dan cocok satu
sama lain, tentu tak semuanya bisa sesuai kenyataan dan harapa,’’ jelasnya.

Seperti yang dicatat Sherman, hampir setiap pasangan
harus belajar mengelola ekspektasi dan impian. ’’Sebab masing-masing orang
tumbuh secara berbeda. Maka terimalah segala perbedaan’’ tegasnya.

Sementara itu, pakar hubungan Valerie Kolick, menilai
rasa kecewa bisa saja muncul ketika seseorang tak menemukan pasangan sesuai
harapannya. ’’Harapan tidak selalu sesuai kecocokan. Justru di balik harapan,
bisa memicu kekecewaan dan kebencian,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Dirut Pertamina Masuk Daftar Perempuan Berpengaruh di Dunia

Kesimpulannya, jika
masih ragu dengan si dia, komunikasi lebih intens dan dalam ​​saat berkencan
akan lebih banyak menentukan apakah dia sesuai standar atau bisa dikompromikan.
Sehingga pasangan dapat mengetahui apakah dapat menemukan kecocokan satu sama
lain dengan cara yang sehat. 

Terpopuler

Artikel Terbaru