26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Dana Riset Vaksin Asal Korsel Belum Jelas

Perjalanan
riset vaksin Covid-19 di tanah air masih tersendat. Sampai saat ini belum ada
komitmen pendanaan untuk riset vaksin kerja sama Korea Selatan (Korsel) dengan
Kalbe, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), serta Universitas Indonesia
(UI).

Vaksin
asal Korsel itu dikembangkan perusahaan bernama Genexine. ”Vaksinnya berbasis
DNA,” kata peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Wien Kusharyoto kemarin
(28/7).

Rencananya,
vaksin tersebut menjalani uji fase kedua dan ketiga di Indonesia.

Uji
fase pertama dilakukan di Korsel. Wien menjelaskan, uji klinis atau uji fase
kedua maupun ketiga memerlukan biaya. Nah, sampai saat ini belum ada kejelasan
komitmen pembiayaan yang akan digunakan. ”Apakah pembiayaan oleh Kalbe penuh atau
oleh sumber lain,” ucapnya.

Informasi
yang dia terima saat menjalani uji klinis tahap kedua, jumlah sampel yang
digunakan seratus orang. Vaksin dari Genexine itu juga akan menjalani uji fase
tahap kedua di Korsel dan Turki. Di negaranya sana vaksin tersebut belum tuntas
menjalani uji fase pertama.

Menurut
Wien, yang sudah dilakukan baru uji fase kesatu untuk kelompok usia 18–59
tahun. Selain itu, masih ada uji fase kesatu yang belum selesai, yakni untuk
kelompok usia lansia, bayi, serta anak-anak. Wien mengatakan, di tengah pandemi
seperti saat ini, banyak riset vaksin yang dikerjakan secara bertumpuk-tumpuk.

Maksudnya,
uji tahap kesatu belum selesai 100 persen, kemudian dikebut uji tahap
berikutnya. Begitu juga halnya dari pihak farmasinya, sambil jalan sudah
menyiapkan lini produksi. Sehingga saat vaksin itu mendapatkan izin edar,
perusahaan sudah siap tancap gas memproduksi vaksin dalam jumlah besar.

Baca Juga :  Awas, Makanan Berlemak Pengaruhi Kesehatan Mata di Usia Tua

Wien
mengatakan, vaksin asal Korsel itu berbasis DNA. Berbeda dengan vaksin Sinovac
dari Tiongkok yang berbasis inactivated virus atau virus yang dilemahkan. Riset
vaksin Covid-19 lebih maju. Vaksin tersebut bakal menjalani uji klinis fase
ketiga di Indonesia bersama Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Rencananya, uji klinis fase ketiga itu melibatkan 1.620 relawan.
Selain di Indonesia, uji klinis fase ketiga vaksin Sinovac juga dilakukan di
Brasil dengan 9.000 relawan dan di Bangladesh (4.200 relawan).

Lantas
kapan vaksin Covid-19 siap digunakan? Wien tidak bisa memastikan. Dia hanya
mengatakan, rekor pembuatan vaksin tercepat dipegang vaksin cacar, yakni
membutuhkan waktu empat tahun.

Terkait
masalah pendanaan tersebut, pihak Kalbe tidak memberikan banyak komentar.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menyatakan, anggaran uji klinis fase
kedua sudah disusun. ”Dan tidak ada masalah dalam pendanaan,” katanya. Dia
menegaskan, saat ini Kalbe justru sedang mengoordinasikan protokol uji klinis.
Harapannya, uji klinis fase kedua itu siap dilaksanakan Agustus depan. Pada
tahap awal ini disiapkan anggaran sekitar Rp 5 miliar sampai Rp 10 miliar.

Baca Juga :  Waspada, ini 3 Ciri Penyakit Jantung pada Pria

Perbanyak
Virus Korona, LIPI Pastikan Keamanannya

Riset
vaksin tidak hanya melibatkan pengembang luar negeri. Internal LIPI sendiri
juga mengembangkan vaksin Covid-19. Untuk pengembangan vaksin itu, LIPI
memperbanyak virus korona (SARS CoV-2). Upaya ”beternak” virus yang sudah
menginfeksi 100 ribu lebih orang Indonesia itu dilakukan di Laboratorium BSL-3
di kompleks LIPI, Cibinong, Bogor.

Kepala
Fasilitas Laboratorium BSL-3 LIPI Ratih Asmana Ningrum mengatakan, proses
memperbanyak virus SARS CoV-2 itu disebut kultivasi. Proses tersebut
dilaksanakan di dalam fasilitas khusus sehingga tidak sampai bocor ke luar
laboratorium. Aspek keamanan para penelitinya juga dijaga sampai titik risiko
sekecil-kecilnya.

Ratih
menjelaskan, vaksin Covid-19 yang dikembangkan LIPI menggunakan bagian protein.
Untuk diketahui, bagian protein dalam ”tubuh” Covid-19 memiliki banyak jenis.
Jadi, lebih spesifik bagian protein yang digunakan adalah protein S.

Ketika
yang digunakan hanya bagian tubuh, virus yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia
dalam bentuk vaksin tadi sudah lemah. Dengan kondisi lemah itu, virus tersebut
tidak bisa menginfeksi sampai membuat orang yang diimunisasi menjadi sakit.

Tetapi,
dengan kandungan protein itu, sudah cukup untuk memancing tubuh mengeluarkan
antibodi. Sehingga bisa menciptakan kekebalan. Ratih menegaskan, jumlah SARS
CoV-2 yang mereka kembangkan tidak banyak. Media pertumbuhan yang dipakai hanya
5 hingga 10 mili.

Perjalanan
riset vaksin Covid-19 di tanah air masih tersendat. Sampai saat ini belum ada
komitmen pendanaan untuk riset vaksin kerja sama Korea Selatan (Korsel) dengan
Kalbe, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), serta Universitas Indonesia
(UI).

Vaksin
asal Korsel itu dikembangkan perusahaan bernama Genexine. ”Vaksinnya berbasis
DNA,” kata peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Wien Kusharyoto kemarin
(28/7).

Rencananya,
vaksin tersebut menjalani uji fase kedua dan ketiga di Indonesia.

Uji
fase pertama dilakukan di Korsel. Wien menjelaskan, uji klinis atau uji fase
kedua maupun ketiga memerlukan biaya. Nah, sampai saat ini belum ada kejelasan
komitmen pembiayaan yang akan digunakan. ”Apakah pembiayaan oleh Kalbe penuh atau
oleh sumber lain,” ucapnya.

Informasi
yang dia terima saat menjalani uji klinis tahap kedua, jumlah sampel yang
digunakan seratus orang. Vaksin dari Genexine itu juga akan menjalani uji fase
tahap kedua di Korsel dan Turki. Di negaranya sana vaksin tersebut belum tuntas
menjalani uji fase pertama.

Menurut
Wien, yang sudah dilakukan baru uji fase kesatu untuk kelompok usia 18–59
tahun. Selain itu, masih ada uji fase kesatu yang belum selesai, yakni untuk
kelompok usia lansia, bayi, serta anak-anak. Wien mengatakan, di tengah pandemi
seperti saat ini, banyak riset vaksin yang dikerjakan secara bertumpuk-tumpuk.

Maksudnya,
uji tahap kesatu belum selesai 100 persen, kemudian dikebut uji tahap
berikutnya. Begitu juga halnya dari pihak farmasinya, sambil jalan sudah
menyiapkan lini produksi. Sehingga saat vaksin itu mendapatkan izin edar,
perusahaan sudah siap tancap gas memproduksi vaksin dalam jumlah besar.

Baca Juga :  Awas, Makanan Berlemak Pengaruhi Kesehatan Mata di Usia Tua

Wien
mengatakan, vaksin asal Korsel itu berbasis DNA. Berbeda dengan vaksin Sinovac
dari Tiongkok yang berbasis inactivated virus atau virus yang dilemahkan. Riset
vaksin Covid-19 lebih maju. Vaksin tersebut bakal menjalani uji klinis fase
ketiga di Indonesia bersama Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Rencananya, uji klinis fase ketiga itu melibatkan 1.620 relawan.
Selain di Indonesia, uji klinis fase ketiga vaksin Sinovac juga dilakukan di
Brasil dengan 9.000 relawan dan di Bangladesh (4.200 relawan).

Lantas
kapan vaksin Covid-19 siap digunakan? Wien tidak bisa memastikan. Dia hanya
mengatakan, rekor pembuatan vaksin tercepat dipegang vaksin cacar, yakni
membutuhkan waktu empat tahun.

Terkait
masalah pendanaan tersebut, pihak Kalbe tidak memberikan banyak komentar.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menyatakan, anggaran uji klinis fase
kedua sudah disusun. ”Dan tidak ada masalah dalam pendanaan,” katanya. Dia
menegaskan, saat ini Kalbe justru sedang mengoordinasikan protokol uji klinis.
Harapannya, uji klinis fase kedua itu siap dilaksanakan Agustus depan. Pada
tahap awal ini disiapkan anggaran sekitar Rp 5 miliar sampai Rp 10 miliar.

Baca Juga :  Waspada, ini 3 Ciri Penyakit Jantung pada Pria

Perbanyak
Virus Korona, LIPI Pastikan Keamanannya

Riset
vaksin tidak hanya melibatkan pengembang luar negeri. Internal LIPI sendiri
juga mengembangkan vaksin Covid-19. Untuk pengembangan vaksin itu, LIPI
memperbanyak virus korona (SARS CoV-2). Upaya ”beternak” virus yang sudah
menginfeksi 100 ribu lebih orang Indonesia itu dilakukan di Laboratorium BSL-3
di kompleks LIPI, Cibinong, Bogor.

Kepala
Fasilitas Laboratorium BSL-3 LIPI Ratih Asmana Ningrum mengatakan, proses
memperbanyak virus SARS CoV-2 itu disebut kultivasi. Proses tersebut
dilaksanakan di dalam fasilitas khusus sehingga tidak sampai bocor ke luar
laboratorium. Aspek keamanan para penelitinya juga dijaga sampai titik risiko
sekecil-kecilnya.

Ratih
menjelaskan, vaksin Covid-19 yang dikembangkan LIPI menggunakan bagian protein.
Untuk diketahui, bagian protein dalam ”tubuh” Covid-19 memiliki banyak jenis.
Jadi, lebih spesifik bagian protein yang digunakan adalah protein S.

Ketika
yang digunakan hanya bagian tubuh, virus yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia
dalam bentuk vaksin tadi sudah lemah. Dengan kondisi lemah itu, virus tersebut
tidak bisa menginfeksi sampai membuat orang yang diimunisasi menjadi sakit.

Tetapi,
dengan kandungan protein itu, sudah cukup untuk memancing tubuh mengeluarkan
antibodi. Sehingga bisa menciptakan kekebalan. Ratih menegaskan, jumlah SARS
CoV-2 yang mereka kembangkan tidak banyak. Media pertumbuhan yang dipakai hanya
5 hingga 10 mili.

Terpopuler

Artikel Terbaru