Site icon Prokalteng

Mau Gowes Sehat Meski di Tengah Pandemi Corona? Ini Caranya

mau-gowes-sehat-meski-di-tengah-pandemi-corona-ini-caranya

PROKALTENG.CO – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengkampanyekan
bahwa sepeda adalah sarana transportasi berkelanjutan. Simpel, terjangkau, bisa
diandalkan, bersih dan ramah lingkungan serta membuat tubuh sehat dan bugar.

Masyarakat seakan tergugah dengan
pernyataan lembaga dunia tersebut. Tuan muda sekarang keranjingan bersepeda.
Setiap hari pesepeda memenuhi beberapa ruas jalan. Sepeda alat transpotasi juga
berfungsi sebagai sarana olah raga.

Meningkat jumlah penggemar
bersepeda secara ekonomi menguntungkan toko sepeda. Harganya langsung naik.
bahkan toko sepeda ada yang sampai kehabisan stok. Yang sedang bomming saat ini
sepeda lipat. Praktis bisa dilipat dan bisa dibawa ke mana-mana.

Di tengah wabah Covid-19 ini,
beberapa praktisi kesehatan berpandangan sepeda merupakan pilihan yang tepat
untuk alat transportasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari dibanding
menggunakan transportasi umum.

Bagi mereka yang hobi bersepeda,
dalam masa pandemi Covid-19 ini tinggal mengikuti protokol kesehatan, utamanya
dalam memakai perlengkapan bersepeda.

Selain memakai masker, jaga jarak
dan membawa hand sanitizer, masih ada protokol khusus lainnya seperti memakai
kacamata, baju atau kaos lengan panjang, celana panjang, sepatu serta
menggunakan sarung tangan.

Tatanan mengayuh sepeda di masa
pandemi Covid-19 harus berubah dari biasanya. Tidak asal nggowes yang penting
rame. Tetapi ada aturannya, agar bermanfaat bagi kesehatan, dan tidak malah
berakibat fatal karena bersepeda dengan cara yang salah.

Pesan ini disampaikan dr Aristi
Prajwalita Madjid, pesepeda yang sudah malang melintang di Indonesia, juga di
Asia dan Eropa.

“Selama Covid-19 ini masih terus
ada di sekitar kita, maka kitalah yang harus melakukan perubahan-perubahan
dalam setiap tatanan kehidupan. Soal menjaga kebersihan, bukan aturan kemarin
sore. Hal dasar hidup malahan,” ujar Aristi kepada ngopibareng.id, Selasa (30/6).

Di masa pandemi Covid-19, kata
Aristi, harus gowes SMART. Cara ini mudah, dan ribetnya sedikit saja. Hanya
butuh kemauan beradaptasi untuk kebaikan bersama.

SMART merupakan ringkasan aturan
teknis yang harus dilakukan bagi pesepeda.

S = Solo / small group riding

Beberapa artikel kesehatan di
berbagai negara, mempunyai panduan yang selalu mereka perbarui sesuai keadaan
grafik Covid-19 di negaranya.

Seperti, di Canada atau UK
(Inggris) contohnya. Bulan April aturan jumlah penggowes hanya boleh 1 orang
atau berdua dengan yang serumah. Bahkan saat awal grafik mulai turun, hanya
boleh bersepeda di luar rumah 3 kali seminggu.

Saat ini, aturan berubah, ada
yang sudah membolehkan gowes dengan grup kecil tidak lebih dari 5 orang dan
boleh keluar rumah setiap hari. Hal ini memang diatur sedemikian rupa bukan
tanpa alasan.

“Makin sedikit orang, jaga jarak
minimal 2 meter akan semakin mudah. Kita sama-sama tahu, penularan droplet bisa
diputus dengan menjaga jarak setidaknya 2 meter dari orang lain,” katanya.

Makanya, kata dia, kalau melihat
foto rombongan lagi gowes ramai-ramai terus foto-foto bareng, berdekat-dekatan,
ada yang tidak memakai masker, sangat memprihatinkan.

“Kalau virus sudah terhirup lalu
berdiam di dalam tubuh, tanpa gejala, biarpun kita mandi, droplet kita berisiko
menulari anggota keluarga di rumah,” katanya.

Makanya, kata Aristi, hingga saat
sekarang masih ada beberapa negara tegas dengan saran gowes tetap lebih baik
sendiri atau berdua dengan orang serumah di tengah pandemi ini.

M: Masker

Menurut Aristi, benda ini
(Masker) dipakai harus dengan penuh kepekaa. Maksudnya, kita harus peka dengan
situasi kondisi saat gowes. Kalau tetiba lagi gowes santai terus kita tidak
sadar jadi ngebut, lalu mulai terengah-engah pakai masker, maka harus minggir
mencari tempat aman, kemudian baru membuka masker tersebut untuk mengambil
napas.

“Lihat kanan kiri, kalau aman
tidak ramai orang, melipir buka maskernya. Hirup udara segar dalam-dalam. Saat
gowes kanan kirinya sawah atau jejeran pohon pinus yang sepi sejuk hijau,
monggo kalo mau buka masker. Virus itu tidak hidup melayang di udara. Intinya
masker itu untuk mencegah terhirupnya droplet dari OTG sekitar kita,” ujar
Aristi.

Namun, saat gowes di tengah kota,
yang kanan kiri banyak orang gak bisa jaga jarak 2 meter, masker wajib
terpasang,” tegasnya.

A : Arm protection

Kata Aristi, pemakaian sarung
tangan dan lengan panjang disarankan agar droplet-droplet yang mungkin nempel,
tidak langsung. Menempel ke kulit tangan kita. Walau demikian, wajib tetap
memperhatikan kebersihan tangan.

“Bawa handsanitizer kalau
sekiranya bakal susah cuci dengan air mengalir. Jangan langsung makan. Virusnya
tidak menular lewat makanan. Tapi saat tangan tidak bersih, area tangan yang
mungkin kena droplet akan sangat dekat dengan permukaan mulut dan lubang
hidung,” kata Aristi.

R : Rute

Aristi menjelaskan, saat pandemi
ini sebisa mungkin memilih rute yang tidak terlalu ramai orang dan pemotor lalu
lalang. Jangan blusukan mencari jalan tikus di area padat penduduk dulu. Jangan
memotong jalan lewat keramaian seperti pasar misalnya.

T : Timing

Menurut Aristi, mengatur waktu
keluar untuk gowes lebih cermat saat pandemi ini penting. Disarankan memilih
waktu yang orang belum terlalu banyak keluar dari rumah.

“Setelah subuh hingga jam
tujuh-an kayaknya masih enak itu ya kalau di perkotaan. Kalau yang mudah
melipir ke sawah atau gunung, mungkin lebih fleksibel waktunya,” ujar Aristi.

Dia juga mengingatkan untuk tidak
lupa membersihkan ban sepeda jika mau dibawa masuk rumah, juga mensterilkan
handgrip, saddle dan bagian-bagian sepeda yang sering tersentuh tangan, pesan
dr Aristi.

Exit mobile version