Selama
ini, untuk menemukan vaksin Covid-19 yang akurat dan efektif, puluhan ribu
peserta sukarelawan muda menawarkan diri untuk pengujian. Ternyata, para
sukarelawan mempertaruhkan kesehatan dengan mengizinkan para ilmuwan
menginfeksikan SARS-CoV-2 pada tubuh mereka. Harapannya dapat mempercepat
pencarian obat atau vaksin yang efektif.
Penelitian
dengan ‘tes tantangan manusia’ itu sempat membuat beberapa ilmuwan meragukan.
Mereka juga mempertanayakan spakah tes tersebut dapat dilakukan dengan cara
yang etis?
Dilansir
dari Science Times, Selasa (24/11), di Inggris Raya, para ilmuwan mengatakan
bahwa mereka bergerak maju. Menurut ahli imunologi Imperial College yang
berbasis di London dan penelitian utama untuk uji coba yang diusulkan di
Inggris, Christopher Chiu, mengatakan masih ada argumen kuat untuk mendorong
uji tantangan manusia.
Dalam
uji coba pada manusia biasa, para ilmuwan memberi sukarelawan vaksin atau
plasebo, lalu menunggu selama beberapa bulan atau lebih untuk melihat keadaan.
Sehingga para peneliti dapat mengumpulkan hasil yang akurat secara statistik.
Laporan
berita baru-baru ini mengatakan uji tantangan manusia dapat bergerak lebih
cepat dengan memvaksinasi sukarelawan terlebih dahulu. Kemudian secara sengaja
memaparkan dengan ke SARS-CoV-2 dalam pengaturan yang terkontrol.
Setelah
terpapar virus secara sengaja, para ilmuwan kemudian akan mengikuti kondisi
relawan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Uji coba tantangan
seperti ini sering berbenturan masalah etika.
Karena
belum ada pengobatan yang dapat diandalkan untuk kasus Covid-19 yang parah.
Sebab cara ini dapat membahayakan nyawa mereka jika jatuh sakit. Namun peneliti
menilai, tes-tes ini dapat diterapkan untuk membandingkan kemanjuran berbagai
vaksin.
Selain
itu, uji coba tantangan ini juga dapat memberikan jawaban untuk hal-hal yang
tidak diketahui, seperti penanda imunologi yang menentukan seseorang terlindung
dari Covid-19, dan apakah vaksin memang memblokir keseluruhan infeksi atau
hanya sekadar mencegah orang jatuh sakit. Hal ini, menurut para ahli, penting
karena, jika seseorang yang divaksinasi masih dapat menyebarkan virus.
Chiu
mengatakan dengan sengaja menginfeksi orang dengan SARS-CoV2, hasilnya
menunjukkan semakin banyak bukti bahwa individu dewasa muda memiliki risiko
rendah. Untuk membuktikan kemanjuran, dia berkonsultasi dengan para peneliti
King’s College London yang membantu mengelola aplikasi yang melacak gejala
Covid-19 pada lebih dari empat juta orang.
Dari
650 orang dewasa muda, 9 dari 10 tidak menunjukkan gejala setelah tiga minggu.
Namun di AS, setelah keberhasilan vaksin Pfizer dan Moderna, para peneliti
mengusulkan percobaan tantangan manusia mungkin tidak diperlukan lagi.
Terlebih,
tes semacam itu jauh lebih berbahaya untuk Covid-19 menurut Pakar penyakit
menular Wilbur Chen, dari Universitas Maryland, Baltimore. Akan tetapi, Chen
melanjutkan, antibiotik bisa efektif memberikan pengobatan kepada relawannya
jika jatuh sakit.
“Namun
untul Covid-19, saya rasa tidak ada terapi penyelamatan yang baik saat ini
untuk virus Korona baru ini,†tegasnya.