Site icon Prokalteng

Catat Dosis yang Tepat Saat Minum Rebusan Kunyit atau Temulawak

catat-dosis-yang-tepat-saat-minum-rebusan-kunyit-atau-temulawak

Kunyit
dan temulawak merupakan herbal atau rempah yang memiliki kandungan curcumin.
Yaitu zak senyawa aktif yang baik untuk kesehatan hati atau liver. Selain ada
yang sudah dibentuk ekstrak, masyarakat sudah secara umum membuatnya sendiri
dalam konsumsi rebusan.

Misalnya
membuat potongan temulawak dan kunyit di dalam sebuah air yang direbus.
Kemudian meminumnya dengan tambahan gula Jawa atau madu. Apakah cara itu benar
berkhasiat?

Ketua
Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia
(PDPOTJI) DR (Cand) dr Inggrid Tania, M.Si, mengatakan, aktivitas curcumin
bersifat antioksidan, anti peradangan, imunomodulator atau meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan cara meregulasi respon imun. Kemudian khasiat terkenal
lainnya juga bersifat hepatoprotektor atau melindungi fungsi hati, melalui
mekanisme kerjanya sebagai antioksidan yang dapat menangkal proses oksidasi oleh
radikal bebas.

 â€œKalau bicara rebusan, saya sendiri sering
meminumnya. Saya konsumsi setiap hari. Sebenarnya bagus ya, ini ada riwayat
bukti empiris nenek moyang kita. Tujuannya ya memelihara kesehatan, vitalitas,
pelihara kesehatan liver. Begitu juga yang sudah jadi ekstrak ada pra klinis
dan uji klinisnya,” katanya dalam Webinar bersama Curcuma Force, Rabu (21/10).

Dosis
Rebusan

Lalu
saat membuat rebusan temulawak dan kunyit sendiri di rumah, bagaimana dosisnya?
Masyarakat tentu kurang paham seberapa banyak temulawak dan kunyit bisa
direbus.

“Dosisnya,
tergantung indikasi yang ingin kita capai meminum rebusan itu. Misalnya upaya
sifatnya promotif, pelihara kesehatan kebugaran vitalitas. Konsumsi bahan segar
ini terbatas ya. Tak mungkin minum 7,5 kilogram, enggak akan sanggup,” katanya
tertawa.

“Paling
yang bisa kita konsumsi misalnya rimpangnya 30 gram, atau lebih sedikit 50
gram. Itupun rasanya sudah pahit kalau kebanyakan,” jelasnya.

Lalu
untuk menambah cita rasa, biasanya seseorang menambahkan gula aren atau gula
Jawa dan madu. Hal itu boleh saja, kata dia, selama tak ada riwayat diabetes.

“Selama
kita tak ada gangguan metabolisme gula, atau enggak ada diabetes boleh tambahkan
gula aren atau gula Jawa, dan memang nenek moyang kita memberi dengan campuran
itu dan itu aman,” tegasnya.

“Madu
juga bisa dipakai menawarkan sedikit rasa pahit. Tapi kalau ada diabetes
sebaiknya tak mengonsumsi gula apapun ya. Walaupun indeks glikemik lebih rendah
ada efeknya. Madu masih debatable. Ada yang bilang iya boleh tapi ada yang
bilang tidak. Atau lebih aman tambahkan pemanis alami dari stevia,” tutupnya.

Exit mobile version