27.3 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Atasi Asap Ruangan, Kemenkes Serukan Penggunaan Kain Dakron

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) menyerukan untuk menggunakan kain
dakron basah untuk mengurangi dampak asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)
di ruangan.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu
pihaknya bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) membangun save
community pada masyarakat. Salah satunya menciptakan teknologi tepat guna
sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.

“Setelah diuji coba di beberapa
sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata
udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron,” kata Yurianto
dalam pesan tertulisnya, Rabu (18/9).

Yurianto menambahkan pengalaman
karhutla pada 2015 telah menyebabkan kematian pada anak. Menurutnya hal itu
disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air
bersih.

Baca Juga :  Ini Sebabnya Patah Tulang dan Keseleo Tak Boleh Diurut

“Saat itu sebenarnya episode yang
diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul
gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di
luar sehingga kematian ada. Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal
bukan,” terangnya.

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek
menambahkan kalau sudah musim kemarau yang utama adalah air bersih. Ia
mengatakan Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih
air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.

“Kalau sudah musim kemarau yang
utama itu air. Poltekkes sudah bisa menjernihkan air gambut, kecil alatnya,”
kata Menkes.

Selain itu, Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam empat tahun lalu juga membuat teknologi
penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika
untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.

Baca Juga :  Paru-paru Perokok Bisa Dibersihkan, Begini Caranya

Yurianto mengatakan teknologi
tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan
sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah
karena kabut asap yang begitu pekat.

Kita datangi, kita beri oksigen
konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Pusat
Krisis Kesehatan akan mengecek lagi ke sana, tambahnya.

Rencananya oksigen konsentrator
ini akan digunakan oleh Puskesmas apabila hasil yang didapatkan bisa lebih
baik.

Menkes Nila mengatakan teknologi
tepat guna ini bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah
kesehatan akibat Karhutla.

Ini bisa kita manfaatkan
sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi
dalam pencegahan, tambahnya. (gw/fin/kpc)

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) menyerukan untuk menggunakan kain
dakron basah untuk mengurangi dampak asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)
di ruangan.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu
pihaknya bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) membangun save
community pada masyarakat. Salah satunya menciptakan teknologi tepat guna
sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.

“Setelah diuji coba di beberapa
sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata
udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron,” kata Yurianto
dalam pesan tertulisnya, Rabu (18/9).

Yurianto menambahkan pengalaman
karhutla pada 2015 telah menyebabkan kematian pada anak. Menurutnya hal itu
disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air
bersih.

Baca Juga :  Ini Sebabnya Patah Tulang dan Keseleo Tak Boleh Diurut

“Saat itu sebenarnya episode yang
diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul
gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di
luar sehingga kematian ada. Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal
bukan,” terangnya.

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek
menambahkan kalau sudah musim kemarau yang utama adalah air bersih. Ia
mengatakan Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih
air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.

“Kalau sudah musim kemarau yang
utama itu air. Poltekkes sudah bisa menjernihkan air gambut, kecil alatnya,”
kata Menkes.

Selain itu, Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam empat tahun lalu juga membuat teknologi
penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika
untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.

Baca Juga :  Paru-paru Perokok Bisa Dibersihkan, Begini Caranya

Yurianto mengatakan teknologi
tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan
sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah
karena kabut asap yang begitu pekat.

Kita datangi, kita beri oksigen
konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Pusat
Krisis Kesehatan akan mengecek lagi ke sana, tambahnya.

Rencananya oksigen konsentrator
ini akan digunakan oleh Puskesmas apabila hasil yang didapatkan bisa lebih
baik.

Menkes Nila mengatakan teknologi
tepat guna ini bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah
kesehatan akibat Karhutla.

Ini bisa kita manfaatkan
sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi
dalam pencegahan, tambahnya. (gw/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru