28.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

WHO: Remdesivir Tak Terbukti Ampuh Obati Pasien Covid-19 yang Parah

Obat
Remdesivir selama ini diklaim sebagai pengobatan untuk merawat pasien Covid-19
yang berat. Studi terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obat itu
telah gagal mengurangi perawatan pasien kondisi berat di rumah sakit dan juga
angka kematian.

Selama
berbulan-bulan, Remdesivir telah mengesankan para ahli tentang keefektifannya.
Bahkan Pusat Kesehatan Nasional (NHS) mengizinkan digunakan kepada pasien
selektif di Inggris. Data uji coba awal Gilead Sciences memberikan hasil
positif yang membuat NHS melakukan langkah itu karena mengklaim bahwa itu
mempersingkat waktu pemulihan menjadi empat hari, seperti laporan BMJ.

Namun,
studi terbaru dari WHO menggambarkan hasil yang meyakinkan dan mengecewakan
bahwa obat hanya memiliki sedikit atau tidak ada efek untuk menurunkan angka
kematian saat pasien dirawat di rumah sakit. Dan tampaknya juga tidak membantu
dalam memperpendek masa pemulihan, seperti laporan CNN.

Baca Juga :  Ingin Program Hamil? Minumlah Air Kelapa Tua Campur Pisang

Dilansir
dari Science Times, Jumat (16/10), uji coba WHO mengevaluasi 4 obat potensial
untuk Covid-19, yang meliputi Remdesivir, Hydroxychloroquine, kombinasi obat
anti-HIV Lopinavir dan Ritonavir, dan Interferon. Namun, hasil studi mereka
menunjukkan bahwa obat tersebut gagal membantu pasien yang dirawat di rumah
sakit hidup lebih lama atau membantu mereka pulih lebih cepat. WHO belum
menerbitkan studi mereka dalam jurnal medis yang ditinjau sejawat tetapi telah
mempostingnya ke dalam bentuk pra-cetak.

Menurut
The Hill bahwa studi WHO dianggap sebagai uji coba terkontrol secara acak
terbesar di dunia untuk obat-obatan melawan Covid-19, yang menjangkau lebih
dari 30 negara, 405 rumah sakit, dan 11.266 pasien dewasa. ”Untuk setiap obat
dalam penelitian ini, soal bukti efek pada kematian sangat mengecewakan,” kata
WHO.

Baca Juga :  5 Makanan ini Ampuh Jadi Obat Kolesterol Tinggi

Kepala
ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, mereka harus menghentikan pemberian
hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir pada Juni selam karena tidak
efektif. Saat ini, mereka sedang mencari langkah selanjutnya dalam menguji
kemungkinan pengobatan untuk pasien Covid-19, seperti antibodi monoklonal,
imunomodulator, dan beberapa obat antivirus baru yang telah dikembangkan dalam
beberapa bulan terakhir.

Obat
Remdesivir selama ini diklaim sebagai pengobatan untuk merawat pasien Covid-19
yang berat. Studi terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obat itu
telah gagal mengurangi perawatan pasien kondisi berat di rumah sakit dan juga
angka kematian.

Selama
berbulan-bulan, Remdesivir telah mengesankan para ahli tentang keefektifannya.
Bahkan Pusat Kesehatan Nasional (NHS) mengizinkan digunakan kepada pasien
selektif di Inggris. Data uji coba awal Gilead Sciences memberikan hasil
positif yang membuat NHS melakukan langkah itu karena mengklaim bahwa itu
mempersingkat waktu pemulihan menjadi empat hari, seperti laporan BMJ.

Namun,
studi terbaru dari WHO menggambarkan hasil yang meyakinkan dan mengecewakan
bahwa obat hanya memiliki sedikit atau tidak ada efek untuk menurunkan angka
kematian saat pasien dirawat di rumah sakit. Dan tampaknya juga tidak membantu
dalam memperpendek masa pemulihan, seperti laporan CNN.

Baca Juga :  Ingin Program Hamil? Minumlah Air Kelapa Tua Campur Pisang

Dilansir
dari Science Times, Jumat (16/10), uji coba WHO mengevaluasi 4 obat potensial
untuk Covid-19, yang meliputi Remdesivir, Hydroxychloroquine, kombinasi obat
anti-HIV Lopinavir dan Ritonavir, dan Interferon. Namun, hasil studi mereka
menunjukkan bahwa obat tersebut gagal membantu pasien yang dirawat di rumah
sakit hidup lebih lama atau membantu mereka pulih lebih cepat. WHO belum
menerbitkan studi mereka dalam jurnal medis yang ditinjau sejawat tetapi telah
mempostingnya ke dalam bentuk pra-cetak.

Menurut
The Hill bahwa studi WHO dianggap sebagai uji coba terkontrol secara acak
terbesar di dunia untuk obat-obatan melawan Covid-19, yang menjangkau lebih
dari 30 negara, 405 rumah sakit, dan 11.266 pasien dewasa. ”Untuk setiap obat
dalam penelitian ini, soal bukti efek pada kematian sangat mengecewakan,” kata
WHO.

Baca Juga :  5 Makanan ini Ampuh Jadi Obat Kolesterol Tinggi

Kepala
ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, mereka harus menghentikan pemberian
hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir pada Juni selam karena tidak
efektif. Saat ini, mereka sedang mencari langkah selanjutnya dalam menguji
kemungkinan pengobatan untuk pasien Covid-19, seperti antibodi monoklonal,
imunomodulator, dan beberapa obat antivirus baru yang telah dikembangkan dalam
beberapa bulan terakhir.

Terpopuler

Artikel Terbaru