PROKALTENG.CO
– Para ilmuwan berupaya meneliti berbagai obat yang berasal dari laboratorium
hingga bahan-bahan alami untuk mencegah atau menghambat resiko infeksi yang
diakibatkan Covid-19. Salah satu bahan alami yang baru-baru ini diteliti para
ilmuwan adalah Epigallocatechin Gallate (EGCG), atau yang disingkat Epigallo.
Epigallo sebagai komponen utama yang terdapat dalam teh hijau diketahui
memiliki manfaat dalam hubungannya dengan beberapa penyakit infeksi, termasuk
infeksi virus.
Menurut
studi dari Pakar Farmakologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Djoko
Purwanto, antioksidan pada Epigallo memiliki kekuatan 100x lebih tinggi
dibandingkan vitamin C dan 25x lebih tinggi dibandingkan vitamin E dalam
melindungi tubuh. Epigallo merupakan kelompok zat antioksidan yang masuk dalam
golongan besar polifenol.
“Epigallo
memberikan efek positif untuk kesehatan karena memiliki kekuatan antioksidan.
Dengan adanya kekuatan antioksidan tersebut, Epigallo yang terdapat di ekstrak
teh hijau mampu mengendalikan radikal bebas yang sering terbentuk di dalam
tubuh. Radikal bebas yang berlebih dapat memicu stres oksidatif dan dapat
berujung pada kerusakan sel dan penyakit kronis,†ungkap Medical Advisor LAPI
Laboratories dr. Susi dalam keterangan tertulis, Selasa (16/3).
Ekstrak
Epigallo tidak hanya berguna untuk menetralisir radikal bebas dari asap rokok,
namun juga bermanfaat untuk mencegah sel kanker, menurunkan kolesterol, dan
menjaga kesehatan pembuluh darah, jantung, serta otak. Terkait dengan virus
SARS-CoV-2, beberapa review maupun studi telah dilakukan dalam rangka mendorong
pemanfaatan Epigallo.
Dalam
penelitian Mhatre yang diterbitkan oleh jurnal Phyto Medicine, menemukan bahwa
enzim yang berperan penting dalam mematangkan virus adalah Chymotrypsin-like
protease atau yang disebut 3CLpro. Dengan kata lain, replikasi atau
bertambahnya jumlah virus sangat tergantung pada 3CLpro. Karena itu, 3CLpro
merupakan target utama obat yang digunakan untuk menangani infeksi virus Korona
secara umum.
Faktanya,
studi in vitro dari Mathre memperlihatkan bahwa Epigallo mampu menghambat 85
persen aktivitas 3CLpro. Karena itu, sekelompok peneliti dari Institute of
Chemical Technology India ini pun menyimpulkan bahwa molekul Epigallo dapat
digunakan sebagai suplemen pelengkap nutrisi harian untuk penanganan Covid-19.
Sementara
itu, peneliti Menegazzi mengemukakan potensi Epigallo bagi penderita Covid-19,
terutama karena kemampuannya menurunkan ekspresi dan sinyal dari berbagai
mediator inflamasi. Seperti diketahui, infeksi SARS-CoV-2 menginduksi
peningkatan masuknya neutrofil secara masif ke dalam paru-paru, dengan
memproduksi dan mengaktivasi TGF-β. Peningkatan TGF-β aktif yang tidak
terkontrol ini dapat mengakibatkan edema dan fibrosis yang cepat dan masif, yang
mengakibatkan perubahan dan blokade jalan napas yang pada akhirnya
mengakibatkan gagal napas.
Berdasarkan
temuan, Epigallo terbukti dapat menurunkan sinyal TGF-β1 dan dianggap sebagai
antifibrotik potensial. Menimbang segala potensi dan profil keamanan pada
manusia yang dimiliki oleh Epigallo, maka penulis berpendapat bahwa setidaknya
suplementasi Epigallo sedikit banyak dapat mengendalikan kerusakan inflamasi
yang timbul pada infeksi pasien Covid-19.
“Melalui
studi-studi yang telah dilakukan, memang terlihat ada potensi digunakan bagi
penanganan Covid-19 dengan multi ekspresi seperti antiviral, antiinflamasi,
antifibrosis dan antioksidan. Epigallo tercatat relatif aman, maka pemberiannya
sebagai suplementasi dapat dibenarkan, setidaknya diharapkan dapat memperoleh
dari efek positif yang telah diteliti,†kata dr. Susi.
“Berdasarkan
pengujian penggunaan suplemen yang mengandung epigallo, hasilnya menunjukan
bahwa konsumsi epigallo sudah terasa khasiatnya di hari ke 4. Selain itu waktu
penyembuhannya pun semakin cepat sekitar 9 hari saja,†tutup dr. Susi.