25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sudah Negatif Covid-19 tapi Rambut Rontok dan Sering Ngos-ngosan

PROKALTENG.CO – Para
penyintas Covid-19 masih mengeluhkan gejala berkepanjangan sembuh. Padahal
hasil tes mereka sudah negatif Covid-19 sejak lama, namun keluhannya masih
tersisa berbulan-bulan kemudian.

Kepada JawaPos.com, Jumat
(5/3), sejumlah penyintas mengeluh berbagai keluhan. Salah satunya gadis asal
Kalimantan Timur, mengeluhkan ibunya juga terinfeksi Covid-19 bersama dirinya
pada September 2020 lalu. Setelah itu, keluhannya masih sering sakit kepala.
Dan ibunya juga mengalami kerontokan rambut.

“Kalau yang rambutnya rontok
ibu saya sih. Malah dia sampai potong rambut karena rontok parah banget.
Kebetulan yang kena saya sama orang tua saya,” katanya.

Pasien Covid-19 lainnya,
seorang perempuan juga terkena Covid-19 pada pertengahan Juli 2020. Lalu
dinyatakan negatif pada awal September 2020. Namun dirinya masih sering
kelelahan dan napas terengah-engah.

Baca Juga :  7 Manfaat Air Lemon Bagi Kesehatan

“Gejala yang masih dirasa
sampai sekarang tuh cepat capek, ngos-ngosan. Padahal sebelum Covid-19 bisa
olahraga sampai 3 jam. Dan sejak bulan 9 itu saya sering cium bau yang
sebenarnya tuh enggak ada,” katanya.

Dalam laman Health, Pakar
Dermatologi dr. Ester Freeman dalam penelitian Dermatology Covid-19 Registry
menyebutkan, 1.000 kasus dari 38 negara, para pasien sembuh mengalami rambut
rontok. Menurut dr Ester, kini semakin banyak orang yang pulih dari virus Korona
yang melaporkan rambutnya rontok setelah sakit.

Ahli Penyakit Menular Amesh
A. Adalja, MD, peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security di
Maryland, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh mekanisme yang disebut telogen
effluvium. Setelah mengalami stres fisiologis, ada suatu kondisi yang
memengaruhi siklus pertumbuhan folikel rambut.

Baca Juga :  Waspada Kerusakan Mata Akibat Sinar Biru pada Gadget

“Ini disebut telogen
effluvium, dan dapat dilihat setelah sembuh dari berbagai jenis penyakit,
termasuk malaria dan tuberkulosis,” kata dr. Adalja.

Telogen effluvium biasanya
terjadi sekitar tiga bulan setelah kejadian yang membuat stres. Dokter kulit
Angelo Landriscina, MD, mengatakan kepada Health bahwa jenis kerontokan rambut
ini dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Tidak hanya penyakit parah
tetapi juga pembedahan atau penyebab stres psikologis yang serius. Seperti
kehilangan orang yang dicintai. Untuk memahami telogen effluvium, ada baiknya
memahami siklus pertumbuhan rambut.

PROKALTENG.CO – Para
penyintas Covid-19 masih mengeluhkan gejala berkepanjangan sembuh. Padahal
hasil tes mereka sudah negatif Covid-19 sejak lama, namun keluhannya masih
tersisa berbulan-bulan kemudian.

Kepada JawaPos.com, Jumat
(5/3), sejumlah penyintas mengeluh berbagai keluhan. Salah satunya gadis asal
Kalimantan Timur, mengeluhkan ibunya juga terinfeksi Covid-19 bersama dirinya
pada September 2020 lalu. Setelah itu, keluhannya masih sering sakit kepala.
Dan ibunya juga mengalami kerontokan rambut.

“Kalau yang rambutnya rontok
ibu saya sih. Malah dia sampai potong rambut karena rontok parah banget.
Kebetulan yang kena saya sama orang tua saya,” katanya.

Pasien Covid-19 lainnya,
seorang perempuan juga terkena Covid-19 pada pertengahan Juli 2020. Lalu
dinyatakan negatif pada awal September 2020. Namun dirinya masih sering
kelelahan dan napas terengah-engah.

Baca Juga :  7 Manfaat Air Lemon Bagi Kesehatan

“Gejala yang masih dirasa
sampai sekarang tuh cepat capek, ngos-ngosan. Padahal sebelum Covid-19 bisa
olahraga sampai 3 jam. Dan sejak bulan 9 itu saya sering cium bau yang
sebenarnya tuh enggak ada,” katanya.

Dalam laman Health, Pakar
Dermatologi dr. Ester Freeman dalam penelitian Dermatology Covid-19 Registry
menyebutkan, 1.000 kasus dari 38 negara, para pasien sembuh mengalami rambut
rontok. Menurut dr Ester, kini semakin banyak orang yang pulih dari virus Korona
yang melaporkan rambutnya rontok setelah sakit.

Ahli Penyakit Menular Amesh
A. Adalja, MD, peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security di
Maryland, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh mekanisme yang disebut telogen
effluvium. Setelah mengalami stres fisiologis, ada suatu kondisi yang
memengaruhi siklus pertumbuhan folikel rambut.

Baca Juga :  Waspada Kerusakan Mata Akibat Sinar Biru pada Gadget

“Ini disebut telogen
effluvium, dan dapat dilihat setelah sembuh dari berbagai jenis penyakit,
termasuk malaria dan tuberkulosis,” kata dr. Adalja.

Telogen effluvium biasanya
terjadi sekitar tiga bulan setelah kejadian yang membuat stres. Dokter kulit
Angelo Landriscina, MD, mengatakan kepada Health bahwa jenis kerontokan rambut
ini dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Tidak hanya penyakit parah
tetapi juga pembedahan atau penyebab stres psikologis yang serius. Seperti
kehilangan orang yang dicintai. Untuk memahami telogen effluvium, ada baiknya
memahami siklus pertumbuhan rambut.

Terpopuler

Artikel Terbaru