30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tips Berdonor Darah Tetap Aman di Masa Pandemi Covid-19

Donor darah adalah tindakan untuk
membantu sesama. Namun, di masa pandemi, aktivitas itu dinilai bisa
mendatangkan mala. Alhasil, jumlah pendonor turun.

—

TIAP 14 Juni, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperingati Hari Donor Darah Sedunia. Namun, di tahun
ini, perayaannya tak semarak. Di era pandemi, donor darah sering dianggap misi
penuh bahaya. Ada kekhawatiran pendonor bisa tertular virus. ”Donor darah punya
protokol ketat. Di kondisi seperti sekarang, kami juga memperketat keamanan,” ungkap
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Surabaya dr Hj Budi Arifah, Senin (15/6).

Budi menyatakan, protokol yang
dijalankan kini berlapis. Pedonor wajib mengenakan masker. ”Tenaga medis juga
harus menggunakan APD (alat perlindungan diri) level tiga, sesuai imbauan dinas
kesehatan karena Surabaya ada di zona merah,” tegasnya. Menurut dia, langkah
preventif itu dilakukan untuk mencegah penularan dari orang tanpa gejala (OTG).

Menurut Budi, persyaratan donor relatif
sama dengan sebelum pandemi. Namun, ada tambahan formulir tracing kontak dan
faktor risiko untuk pendonor. ”Kalau ternyata statusnya orang dalam pantauan,
misalnya tinggal serumah dengan pasien, ikut merawat, atau ada di radius
tertentu dari pasien Covid-19, akan kami tolak,” tegasnya.

Di sisi lain, dr Heru Wijono SpPD
memaparkan, saat donor, pasien akan melalui skrining darah. Namun, tes itu
bukan untuk pengecekan Covid-19. ”Skriningnya untuk mengecek apakah ada
hepatitis B dan C, sifilis, atau HIV yang merupakan penyakit menular lewat
darah,” ucapnya. Dokter yang berpraktik di layanan Rawat Sehat itu menegaskan,
skrining tersebut dilakukan untuk siapa pun yang akan melakukan donor.

Baca Juga :  Arahkan Batuk ke Bawah

Meski demikian, dia menilai, calon
pendonor tidak perlu lantas melakukan swab atau rapid test. ”Sebab, sampai
sekarang, belum ada penelitian yang membuktikan Covid-19 bisa ditularkan lewat
darah,” kata Heru. Untuk mencegah penularan, dia mengimbau pendonor tetap
menggunakan masker. Plus, jujur dan terbuka tentang kondisi kesehatannya.

Dokter yang juga berpraktik di RS Husada
Utama, Surabaya, itu menjelaskan, saat donor, ada kontak dekat antara tenaga
medis dan pedonor. ”Memasang jarum kan tidak mungkin dilakukan dari radius 1–2
meter,” lanjutnya.

Tenaga medis maupun pedonor sama-sama
punya risiko tertular. Apalagi, jika ternyata pedonor adalah OTG. ”Karena itu,
skrining ketat dari pihak PMI selaku pelaksana donor darah harus didukung
dengan pendonor yang jujur,” tegas Heru.

Tentang Terapi Plasma Konvalesen

”Lho, kalau sembuh Covid-19 memangnya
boleh donor?”

Pertanyaan itu mungkin sering
dilontarkan orang-orang saat menyimak mereka yang sembuh melakukan donor. Meski
demikian, donor yang dilakukan tidak biasa. Para penyintas melakukan donor
plasma konvalesen.

Donor Plasma Konvalesen

”Bantuan” yang diberikan adalah plasma
darah dari pasien yang sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19. Diharapkan,
plasma darah sudah membentuk antibodi terhadap virus korona. Dokter Hj Budi
Arifah menjelaskan, terapi plasma konvalesen bekerja seperti imunisasi pasif,
yakni plasma donor bisa bekerja langsung ”memerangi” penyakit.

Siapa Yang Bisa Memberikan Donor Plasma
Konvalesen?

Pasien yang dinyatakan sembuh Covid-19
dan dinyatakan negatif lewat dua kali tes swab.

Baca Juga :  Kondisi Banjir, dr.Suyuti Syamsul Ingatkan Dua Penyakit Ini

Apa Saja Persyaratan Memberikan Donor
Plasma Konvalesen?

Memenuhi syarat umum donor darah

Melakukan tes swab (berjarak 14–28 hari
dari tes swab kedua setelah dinyatakan sembuh) sebelum melakukan donor

Dari hasil skrining, dinyatakan positif
atau memiliki antibodi (dilakukan pihak rumah sakit, bukan PMI)

Siapa Yang Berhak Menjadi Resipien Donor
Plasma Konvalesen?

Resipien atau penerima diprioritaskan
merupakan pasien positif Covid-19 yang memiliki gejala berat.

—

Protokol Tambahan saat Donor

Wajib melalui bilik disinfektan

Harus menggunakan masker

Wajib mencuci tangan atau menggunakan
disinfektan

Mengisi formulir contact tracing dan
faktor risiko (riwayat bepergian, apakah kontak atau tinggal di lokasi zona merah,
dll)

—

SYARAT DONOR DARAH PMI

Berusia 17–60 tahun. Jika berusia di
bawah 17 tahun, harus ada izin orang tua

Berat badan minimal 45 kg

Tidak melakukan tato atau tindik dalam 6
bulan terakhir

Tidak sedang hamil atau menyusui

Suhu tubuh normal

(tidak melebihi 37,3 derajat)

Tekanan darah normal (110/70 mmHg)

Denyut nadi teratur

YANG SERING DITANYAKAN:

Bagaimana cara mengecek kadar
hemoglobin?

Satu-satunya cara mengecek adalah lewat
tes darah. Menurut dr Heru Wijono SpPD, kadar hemoglobin bisa dicek dengan
melihat bagian bawah kelopak mata. Namun, ia hanya memberikan gambaran kasar.

Bolehkah mengonsumsi vitamin sebelum
donor?

Boleh.

Saya punya gangguan hipertensi, tapi
ingin donor. Apakah bisa?

Untuk orang-orang dengan gangguan
metabolik, baiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter sebelum berdonor.

Donor darah adalah tindakan untuk
membantu sesama. Namun, di masa pandemi, aktivitas itu dinilai bisa
mendatangkan mala. Alhasil, jumlah pendonor turun.

—

TIAP 14 Juni, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperingati Hari Donor Darah Sedunia. Namun, di tahun
ini, perayaannya tak semarak. Di era pandemi, donor darah sering dianggap misi
penuh bahaya. Ada kekhawatiran pendonor bisa tertular virus. ”Donor darah punya
protokol ketat. Di kondisi seperti sekarang, kami juga memperketat keamanan,” ungkap
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Surabaya dr Hj Budi Arifah, Senin (15/6).

Budi menyatakan, protokol yang
dijalankan kini berlapis. Pedonor wajib mengenakan masker. ”Tenaga medis juga
harus menggunakan APD (alat perlindungan diri) level tiga, sesuai imbauan dinas
kesehatan karena Surabaya ada di zona merah,” tegasnya. Menurut dia, langkah
preventif itu dilakukan untuk mencegah penularan dari orang tanpa gejala (OTG).

Menurut Budi, persyaratan donor relatif
sama dengan sebelum pandemi. Namun, ada tambahan formulir tracing kontak dan
faktor risiko untuk pendonor. ”Kalau ternyata statusnya orang dalam pantauan,
misalnya tinggal serumah dengan pasien, ikut merawat, atau ada di radius
tertentu dari pasien Covid-19, akan kami tolak,” tegasnya.

Di sisi lain, dr Heru Wijono SpPD
memaparkan, saat donor, pasien akan melalui skrining darah. Namun, tes itu
bukan untuk pengecekan Covid-19. ”Skriningnya untuk mengecek apakah ada
hepatitis B dan C, sifilis, atau HIV yang merupakan penyakit menular lewat
darah,” ucapnya. Dokter yang berpraktik di layanan Rawat Sehat itu menegaskan,
skrining tersebut dilakukan untuk siapa pun yang akan melakukan donor.

Baca Juga :  Arahkan Batuk ke Bawah

Meski demikian, dia menilai, calon
pendonor tidak perlu lantas melakukan swab atau rapid test. ”Sebab, sampai
sekarang, belum ada penelitian yang membuktikan Covid-19 bisa ditularkan lewat
darah,” kata Heru. Untuk mencegah penularan, dia mengimbau pendonor tetap
menggunakan masker. Plus, jujur dan terbuka tentang kondisi kesehatannya.

Dokter yang juga berpraktik di RS Husada
Utama, Surabaya, itu menjelaskan, saat donor, ada kontak dekat antara tenaga
medis dan pedonor. ”Memasang jarum kan tidak mungkin dilakukan dari radius 1–2
meter,” lanjutnya.

Tenaga medis maupun pedonor sama-sama
punya risiko tertular. Apalagi, jika ternyata pedonor adalah OTG. ”Karena itu,
skrining ketat dari pihak PMI selaku pelaksana donor darah harus didukung
dengan pendonor yang jujur,” tegas Heru.

Tentang Terapi Plasma Konvalesen

”Lho, kalau sembuh Covid-19 memangnya
boleh donor?”

Pertanyaan itu mungkin sering
dilontarkan orang-orang saat menyimak mereka yang sembuh melakukan donor. Meski
demikian, donor yang dilakukan tidak biasa. Para penyintas melakukan donor
plasma konvalesen.

Donor Plasma Konvalesen

”Bantuan” yang diberikan adalah plasma
darah dari pasien yang sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19. Diharapkan,
plasma darah sudah membentuk antibodi terhadap virus korona. Dokter Hj Budi
Arifah menjelaskan, terapi plasma konvalesen bekerja seperti imunisasi pasif,
yakni plasma donor bisa bekerja langsung ”memerangi” penyakit.

Siapa Yang Bisa Memberikan Donor Plasma
Konvalesen?

Pasien yang dinyatakan sembuh Covid-19
dan dinyatakan negatif lewat dua kali tes swab.

Baca Juga :  Kondisi Banjir, dr.Suyuti Syamsul Ingatkan Dua Penyakit Ini

Apa Saja Persyaratan Memberikan Donor
Plasma Konvalesen?

Memenuhi syarat umum donor darah

Melakukan tes swab (berjarak 14–28 hari
dari tes swab kedua setelah dinyatakan sembuh) sebelum melakukan donor

Dari hasil skrining, dinyatakan positif
atau memiliki antibodi (dilakukan pihak rumah sakit, bukan PMI)

Siapa Yang Berhak Menjadi Resipien Donor
Plasma Konvalesen?

Resipien atau penerima diprioritaskan
merupakan pasien positif Covid-19 yang memiliki gejala berat.

—

Protokol Tambahan saat Donor

Wajib melalui bilik disinfektan

Harus menggunakan masker

Wajib mencuci tangan atau menggunakan
disinfektan

Mengisi formulir contact tracing dan
faktor risiko (riwayat bepergian, apakah kontak atau tinggal di lokasi zona merah,
dll)

—

SYARAT DONOR DARAH PMI

Berusia 17–60 tahun. Jika berusia di
bawah 17 tahun, harus ada izin orang tua

Berat badan minimal 45 kg

Tidak melakukan tato atau tindik dalam 6
bulan terakhir

Tidak sedang hamil atau menyusui

Suhu tubuh normal

(tidak melebihi 37,3 derajat)

Tekanan darah normal (110/70 mmHg)

Denyut nadi teratur

YANG SERING DITANYAKAN:

Bagaimana cara mengecek kadar
hemoglobin?

Satu-satunya cara mengecek adalah lewat
tes darah. Menurut dr Heru Wijono SpPD, kadar hemoglobin bisa dicek dengan
melihat bagian bawah kelopak mata. Namun, ia hanya memberikan gambaran kasar.

Bolehkah mengonsumsi vitamin sebelum
donor?

Boleh.

Saya punya gangguan hipertensi, tapi
ingin donor. Apakah bisa?

Untuk orang-orang dengan gangguan
metabolik, baiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter sebelum berdonor.

Terpopuler

Artikel Terbaru