30 C
Palangkaraya
Thursday, September 28, 2023

Robeknya Pembuluh Darah Jantung Aorta pada Pria Bisa Berujung Kematian

Masalah
penyakit jantung didasari karena berbagai faktor. Salah satunya karena
hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol, hingga genetik. Ada salah satu jenis
penyakit jantung yang belum banyak diketahui dan mengancam para pria. Nama
penyakitnya adalah aneurisme aorta atau diseksi aorta. Apa itu?

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Heartology Cardiovascular Center
Brawijaya Hospital, dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K), PhD FIHA, FICA, FAsCC,
mengatakan aorta adalah bagian terbesar dari pembuluh darah arteri yang
memanjang dari jantung hingga ke perut bawah. Robeknya aorta bisa terjadi
secara tiba-tiba (akut) dan tidak menimbulkan gejala.

 â€œTetapi, bila dalam dua hingga tiga jam tidak
segera dioperasi, penderita akan meninggal,” ungkap dr. Suko yang juga sub
spesialisasi intervensi kardiologi dan vaskular, dalam webinar, Kamis (12/11).

Menurutnya,
diseksi aorta dan aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala dan
pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan sangat
diperlukan. Kecepatan dan ketepatan dokter spesialis jantung dalam mendiagnosis
diseksi aorta sangat menentukan keselamatan pasien.

“Faktor
penyebab diseksi aorta antara lain riwayat keluarga, hipertensi, naiknya
tekanan darah secara mendadak, riwayat aneurisme aorta, artherosklerosis
ataupun kelainan genetic (sindroma marfan),” papar dr. Suko Adiarto.

Baca Juga :  Begini Pedoman Lindungi Diri dari Covid-19 Saat Belanja di Supermarket

Sementara
itu, NCBI (National Center for Biotechnology Information) melaporkan bahwa
insiden terjadinya diseksi aorta adalah 5-30 kasus per satu juta orang dengan
rentang usia 40-70 tahun.

2
Jenis Robeknya Aorta

Berdasar
kondisinya, ada dua jenis aorta yang robek yaitu tipe A dan tipe B. Paling
berbahaya dan mematikan adalah tipe A. Sebab, bagian aorta yang robek ada pada
pangkalnya yang menempel ke serambi jantung atau yang disebut dengan aorta
asendens. Penanganannya juga harus melalui

operasi.

Beda
dengan tipe B, yang umumnya bisa diatasi dengan obat atau dengan intervensi
endovaskular. Pada tipe yang lebih complicated mgkn memerlukan kombinasi berupa
bedah dan endovascular yang dapat dilakukan di OK/Cathlab Hybrid yang tersedia
di Heartology Cardiology Vascular.

Pada
bagian tengah, aorta asendens memiliki tiga cabang arteri. Bagian yang
bercabang itu dikenal dengan nama aorta arch. Pada kasus diseksi tipe A, dua
jenis aorta itulah yang robek parah sehingga perlu diganti dengan graft dari
bahan dakron. Operasi penggantian aorta arch itu disebut dengan

Baca Juga :  Covid-19 Bisa Sebabkan 2 Komplikasi Akut Pada Pasien Diabetes

operasi
Hemiarch Aorta Replacement.

Mengganti
aorta asendens arch tak semudah mengganti katup atau pembuluh darah koroner.
Sebab, untuk menggantinya kondisi pembuluh darah tersebut harus benar-benar
‘bersih’ dari

darah.
Dengan demikian, ahli bedah bisa melihat dengan jelas seberapa panjang yang
perlu diganti.

Operasi
Bentall jadi Solusi

Operasi
bentall seperti operasi aorta lainnya, termasuk salah satu operasi tersulit
sehingga memerlukan banyak persiapan. Keahlian tim dokter, tim pendukung dan
ketersediaan tehnologi merupakan kunci keberhasilan operasi bentall dan
penggantian hemiarch.

Sementara
itu, dokter Sub spesialisasi Bedah Thoraks dan Kardiovaskular dr. Dicky
Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K) FIHA, FICA mengatakan semua prosesnya harus
dilakukan secara perlahan serta sangat hati-hati, agar aman bagi pasien.
Pascaoperasi, tim dokter masih harus memperhatikan pasien dengan sangat cermat.
Sebab, risiko pendarahan atau stroke atau hal-hal lain akibat proses pembekuan
bisa muncul setelah operasi.

“Risiko
kegagalan dalam operasi bentall yang didahului penggantian hemiarch sekitar 70
persen. Maka prosesnya harus dilakukan dengan hati-hati,” tuturnya.

Masalah
penyakit jantung didasari karena berbagai faktor. Salah satunya karena
hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol, hingga genetik. Ada salah satu jenis
penyakit jantung yang belum banyak diketahui dan mengancam para pria. Nama
penyakitnya adalah aneurisme aorta atau diseksi aorta. Apa itu?

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Heartology Cardiovascular Center
Brawijaya Hospital, dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K), PhD FIHA, FICA, FAsCC,
mengatakan aorta adalah bagian terbesar dari pembuluh darah arteri yang
memanjang dari jantung hingga ke perut bawah. Robeknya aorta bisa terjadi
secara tiba-tiba (akut) dan tidak menimbulkan gejala.

 â€œTetapi, bila dalam dua hingga tiga jam tidak
segera dioperasi, penderita akan meninggal,” ungkap dr. Suko yang juga sub
spesialisasi intervensi kardiologi dan vaskular, dalam webinar, Kamis (12/11).

Menurutnya,
diseksi aorta dan aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala dan
pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan sangat
diperlukan. Kecepatan dan ketepatan dokter spesialis jantung dalam mendiagnosis
diseksi aorta sangat menentukan keselamatan pasien.

“Faktor
penyebab diseksi aorta antara lain riwayat keluarga, hipertensi, naiknya
tekanan darah secara mendadak, riwayat aneurisme aorta, artherosklerosis
ataupun kelainan genetic (sindroma marfan),” papar dr. Suko Adiarto.

Baca Juga :  Covid-19 Bisa Sebabkan 2 Komplikasi Akut Pada Pasien Diabetes

Sementara
itu, NCBI (National Center for Biotechnology Information) melaporkan bahwa
insiden terjadinya diseksi aorta adalah 5-30 kasus per satu juta orang dengan
rentang usia 40-70 tahun.

2
Jenis Robeknya Aorta

Berdasar
kondisinya, ada dua jenis aorta yang robek yaitu tipe A dan tipe B. Paling
berbahaya dan mematikan adalah tipe A. Sebab, bagian aorta yang robek ada pada
pangkalnya yang menempel ke serambi jantung atau yang disebut dengan aorta
asendens. Penanganannya juga harus melalui

operasi.

Beda
dengan tipe B, yang umumnya bisa diatasi dengan obat atau dengan intervensi
endovaskular. Pada tipe yang lebih complicated mgkn memerlukan kombinasi berupa
bedah dan endovascular yang dapat dilakukan di OK/Cathlab Hybrid yang tersedia
di Heartology Cardiology Vascular.

Pada
bagian tengah, aorta asendens memiliki tiga cabang arteri. Bagian yang
bercabang itu dikenal dengan nama aorta arch. Pada kasus diseksi tipe A, dua
jenis aorta itulah yang robek parah sehingga perlu diganti dengan graft dari
bahan dakron. Operasi penggantian aorta arch itu disebut dengan

Baca Juga :  Di Palangkaraya, Kasus Kista Belum Ada Laporan

operasi
Hemiarch Aorta Replacement.

Mengganti
aorta asendens arch tak semudah mengganti katup atau pembuluh darah koroner.
Sebab, untuk menggantinya kondisi pembuluh darah tersebut harus benar-benar
‘bersih’ dari

darah.
Dengan demikian, ahli bedah bisa melihat dengan jelas seberapa panjang yang
perlu diganti.

Operasi
Bentall jadi Solusi

Operasi
bentall seperti operasi aorta lainnya, termasuk salah satu operasi tersulit
sehingga memerlukan banyak persiapan. Keahlian tim dokter, tim pendukung dan
ketersediaan tehnologi merupakan kunci keberhasilan operasi bentall dan
penggantian hemiarch.

Sementara
itu, dokter Sub spesialisasi Bedah Thoraks dan Kardiovaskular dr. Dicky
Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K) FIHA, FICA mengatakan semua prosesnya harus
dilakukan secara perlahan serta sangat hati-hati, agar aman bagi pasien.
Pascaoperasi, tim dokter masih harus memperhatikan pasien dengan sangat cermat.
Sebab, risiko pendarahan atau stroke atau hal-hal lain akibat proses pembekuan
bisa muncul setelah operasi.

“Risiko
kegagalan dalam operasi bentall yang didahului penggantian hemiarch sekitar 70
persen. Maka prosesnya harus dilakukan dengan hati-hati,” tuturnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru