30.1 C
Jakarta
Wednesday, April 9, 2025

Pandemi Covid-19 Picu Kasus Mirip Penyakit Jantung Hingga 5 Kali Lipat

Virus
Korona tak hanya menyerang organ pernapasan. Penelitian lain membuktikan virus
Korona bisa menyerang organ lainnya termasuk jantung. Namun bukan hanya
virusnya saja, tapi stres karena pandemi baik itu bidang kesehatan maupun
ekonomi, bisa mengganggu kesehatan jantung.

WebMD
melaporkan bahwa dokter di satu rumah sakit Ohio, Kanada, telah menemukan
kemungkinan konsekuensi lain dari pandemi Coronavirus. Ada kondisi pasien yang
melaporkan gejala mirip penyakit jantung. Kondisi ini diberi nama kardiomiopati.

Kardiomiopati
adalah kelainan otot jantung atau agak mirip dengan serangan jantung. Gejalanya
seperti nyeri dada dan sesak napas.

Dilansir
dari Science Times, Jumat (10/7), menurut penelitian terbaru, kasus
kardiomiopati didiagnosis pada hampir 8 persen pasien pada Maret dan April.
Mereka tiba di ruang gawat darurat dengan keluhan nyeri dada dan gejala jantung
lainnya.

Baca Juga :  Enam Herbal yang Bisa Mencegah Kanker

Angka
itu 4 hingga 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka yang terlihat
sebelum pandemi terjadi. Peneliti dan ahli jantung Dr. Ankur Kalra, mengatakan
kondisi ini adalah diagnosis yang relatif baru.

Dokter
masih berusaha memahami kondisi sepenuhnya. Ia mendapat pasien dengan kasus ini
setelah peristiwa yang menimbulkan tekanan emosional, seperti perceraian,
kematian, atau bahkan stres karena pandemi.

Kalra
juga mengatakan bahwa situasi stres lainnya dari kecelakaan lalu lintas hingga
operasi juga dapat memicu kardiomiopati. Kalra mendesak orang untuk mengelola
stres dengan berolahraga teratur atau menggunakan meditasi untuk menenangkan
pikiran.

Di
sisi lain, seorang profesor kardiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns
Hopkins di Baltimore, Dr. David Kass, mengatakan bahwa kondisi itu mungkin
tidak langsung muncul. Misalnya, seseorang dapat mengalami kardiomiopati
setelah bisa selamat dari gempa bumi.

Baca Juga :  Usai Suntik Vaksin AstraZeneca, Musisi Eric Clapton Lumpuh Dua Minggu

“Kondisi
kardiomiopati diperkirakan terjadi ketika otot jantung kewalahan oleh
membanjirnya hormon stres katekolamin,” kata Kass.

Sehingga
mengurangi kemampuan memompa jantung. Apalagi kondisinya cukup berbeda dari
serangan jantung. Kass menjelaskan bahwa tidak ada penyumbatan di arteri dengan
sindrom ini. Dan otot-otot jantung tidak mati walaupun mungkin melemah untuk
sementara waktu.

Namun,
gejalanya mirip serangan jantung. Kass mengatakan bahwa tekanan pandemi bisa
meningkatkan seseorang terserang kondisi tersebut. Temuan ini diterbitkan dalam
jurnal JAMA Network Open pada 9 Juli.

Virus
Korona tak hanya menyerang organ pernapasan. Penelitian lain membuktikan virus
Korona bisa menyerang organ lainnya termasuk jantung. Namun bukan hanya
virusnya saja, tapi stres karena pandemi baik itu bidang kesehatan maupun
ekonomi, bisa mengganggu kesehatan jantung.

WebMD
melaporkan bahwa dokter di satu rumah sakit Ohio, Kanada, telah menemukan
kemungkinan konsekuensi lain dari pandemi Coronavirus. Ada kondisi pasien yang
melaporkan gejala mirip penyakit jantung. Kondisi ini diberi nama kardiomiopati.

Kardiomiopati
adalah kelainan otot jantung atau agak mirip dengan serangan jantung. Gejalanya
seperti nyeri dada dan sesak napas.

Dilansir
dari Science Times, Jumat (10/7), menurut penelitian terbaru, kasus
kardiomiopati didiagnosis pada hampir 8 persen pasien pada Maret dan April.
Mereka tiba di ruang gawat darurat dengan keluhan nyeri dada dan gejala jantung
lainnya.

Baca Juga :  Enam Herbal yang Bisa Mencegah Kanker

Angka
itu 4 hingga 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka yang terlihat
sebelum pandemi terjadi. Peneliti dan ahli jantung Dr. Ankur Kalra, mengatakan
kondisi ini adalah diagnosis yang relatif baru.

Dokter
masih berusaha memahami kondisi sepenuhnya. Ia mendapat pasien dengan kasus ini
setelah peristiwa yang menimbulkan tekanan emosional, seperti perceraian,
kematian, atau bahkan stres karena pandemi.

Kalra
juga mengatakan bahwa situasi stres lainnya dari kecelakaan lalu lintas hingga
operasi juga dapat memicu kardiomiopati. Kalra mendesak orang untuk mengelola
stres dengan berolahraga teratur atau menggunakan meditasi untuk menenangkan
pikiran.

Di
sisi lain, seorang profesor kardiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns
Hopkins di Baltimore, Dr. David Kass, mengatakan bahwa kondisi itu mungkin
tidak langsung muncul. Misalnya, seseorang dapat mengalami kardiomiopati
setelah bisa selamat dari gempa bumi.

Baca Juga :  Usai Suntik Vaksin AstraZeneca, Musisi Eric Clapton Lumpuh Dua Minggu

“Kondisi
kardiomiopati diperkirakan terjadi ketika otot jantung kewalahan oleh
membanjirnya hormon stres katekolamin,” kata Kass.

Sehingga
mengurangi kemampuan memompa jantung. Apalagi kondisinya cukup berbeda dari
serangan jantung. Kass menjelaskan bahwa tidak ada penyumbatan di arteri dengan
sindrom ini. Dan otot-otot jantung tidak mati walaupun mungkin melemah untuk
sementara waktu.

Namun,
gejalanya mirip serangan jantung. Kass mengatakan bahwa tekanan pandemi bisa
meningkatkan seseorang terserang kondisi tersebut. Temuan ini diterbitkan dalam
jurnal JAMA Network Open pada 9 Juli.

Terpopuler

Artikel Terbaru