Site icon Prokalteng

Indonesia Masih Kekurangan Dokter Gigi

indonesia-masih-kekurangan-dokter-gigi

Jumlah dokter gigi di
Indonesia masih minim. Padahal, kebutuhannya terus meningkat. Setiap tahun
produksi dokter gigi baru di seluruh fakultas kedokteran gigi (FKG) di tanah
air hanya 1.500 orang.

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga (FKG Unair) Dr drg Darmawan Setijanto MKes menyatakan,
Indonesia masih sangat kekurangan dokter gigi. Perbandingan berdasar World
Health Organization (WHO), idealnya satu dokter gigi melayani 7.500 penduduk di
Indonesia. “Saat ini perbandingan di Indonesia satu dokter gigi untuk 9.000
penduduk,” katanya kemarin (8/1).

Darmawan menuturkan, selain
jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar, penyebaran dokter gigi yang ada
saat ini juga belum merata. Kebanyakan mereka berpraktik di wilayah Jawa dan
Sumatera. Sebaliknya, di wilayah Indonesia Timur, masih sangat jarang ada
dokter gigi. “Bahkan, di Bali saja, jumlah dokter gigi masih sedikit,” ujarnya.

Salah satu penyebab, lanjut
dia, kebutuhan sarana-prasarana (sarpras) dokter gigi sangat besar. Selain itu,
dibutuhkan aliran listrik. ’’Di pelosok-pelosok daerah, belum ada sarpras.
Listrik kadang juga masih menjadi masalah,” jelasnya.

Darmawan menyebutkan, dalam
setahun, produksi dokter gigi dari 32 fakultas di Indonesia hanya 1.500 dokter
gigi. Itu pun belum bisa memenuhi kebutuhan 267 juta jiwa di Indonesia. “Belum
bisa dikatakan ideal,” tegasnya.

Di Indonesia, jumlah dokter
yang aktif hingga saat ini mencapai 199.680 dokter. Lalu, hanya ada 29.510
dokter gigi dan 3.974 dokter gigi spesialis. Data tersebut diambil dari website
resmi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 8 Januari 2020 (selengkapnya lihat
grafis).

Darmawan mengungkapkan, dari
total dokter gigi di seluruh Indonesia tersebut, Unair berkontribusi 20 persen
untuk dokter gigi umum. Untuk dokter gigi spesialis, Unair berkontribusi
sekitar 35 persen. “Sebenarnya yang penting layanan kesehatan gigi harus bisa
merata,” tuturnya.

Saat ini, berdasar riset
kesehatan dasar (riskesdas), hanya 10 persen penderita sakit gigi yang
terlayani. Artinya, jika jumlah dokter gigi bertambah, banyak penderita sakit
gigi yang bisa terlayani. “Unair hingga saat ini baru memproduksi 5.562 dokter
gigi. Itu dokter gigi yang aktif praktik,” terangnya.

FKG Unair baru saja melantik
44 dokter gigi baru pada Selasa (7/1). Seluruh dokter gigi baru itu diharapkan
dapat mengisi daerah-daerah yang belum memiliki dokter gigi. “Anak-anak kami
siapkan supaya bisa berkontribusi memenuhi dan memeratakan dokter gigi,”
jelasnya.

Pemerintah sudah memiliki
program Nusantara Sehat. Yakni, program untuk menyebarluaskan dokter gigi ke
pelosok-pelosok daerah. Hal itu juga bergantung kepada pemerintah daerah
tersebut. “Mereka justru mendapat gaji yang besar,” tandasnya. (jpc)

 

Exit mobile version