Site icon Prokalteng

Hati-hati, 22 Turunan Varian Delta Berkembang di Indonesia

hati-hati-22-turunan-varian-delta-berkembang-di-indonesia

PROKALTENG.CO – Pemerintah telah mengidentifikasi adanya 22 turunan varian Delta Virus Corona atau B1617 ditemukan di Indonesia. Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 22 turunan varian Delta yang ditermukan di Indonesia itu di antaranya AY.1, AY.11 dan AY.16.

Berdasarkan data Badan Litbangkes Kemenkes per 16 Oktober 2021, ada 4.025 kasus varian Delta di Indonesia. Jakarta mencatat, kasus varian B1617 terbanyak mencapai 1.300, disusul Jawa Barat 700 dan Jawa Tengah 300.

“Ini yang jadi kewaspadaan kita. Jangan biarkan varian Delta berkembang lebih lanjut lagi,” katanya.

Kata Nadia, kewaspadaan tidak hanya dilakukan di kota-kota besar yang ditemukan varian Delta. Kota dan daerah lainnya juga tetap antisipasi munculnya varian Delta ataupun mutasi varian Delta.

“Pemerintah terus menggencarkan disiplin protokol kesehatan (prokes), meski kini angka positivity rate di Indonesia sudah berada di bawah 1 persen” tegas Nadia.

Pemerintah, lanjut dia, juga mendorong daerah-daerah di luar Jawa dan Bali menerapkan aplikasi PeduliLindungi untuk memperkuat protokol kesehatan. Dia menegaskan, tempat pariwisata, penginapan atau hotel, penerapan PeduliLindungi menjadi salah satu keharusan.

“Dengan begitu, pemerintah bisa mendeteksi orang positif Covid-19. Tidak bergejala atau orang yang kontak erat yang seharusnya tidak berada di tempat publik bisa dicegah melakukan aktivitas di tempat publik,” jelas dia.

Selain itu, kata Nadia, pemerintah juga terus mendorong testing dan tracing untuk mencapai target. Saat ini, testing dan tracing di level nasional sudah mencapai 41 ribu per minggu. “Vaksinasi juga terus dikejar pemerintah,” tandas juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan ini.

Netizen mewanti-wanti masyarakat waspada terhadap banyaknya mutasi varian Delta di Indonesia.

“Cegah mutasi dan penyebaran virus Covid-19 hanya lewat prokes dan vaksinasi,” kata @lapanganhitam.

Akun @afrkml menambahkan, untuk mencegah dan menghentikan penularan berbagai mutasi varian Delta dengan menutup pintu masuknya virus. Yaitu, menutup mulut, hidung, mata dengan masker dobel dan dan prokes 5M.

“Tapi, selagi masih banyak yang nggak patuh protokol, penularan tetap naik, dan varian baru akan terus muncul,” kata dia.

Menurut @locomidulcecoco, semakin lama dan semakin banyak virus tersebar di suatu tempat, maka semakin besar juga kemungkinan virus itu bermutasi. Varian mutasinya akan lebih berbahaya.

“Termasuk memiliki kemampuan untuk menginfeksi kembali orang yang sebelumnya telah terkena Covid-19,” ujarnya.

Akun @drpriono1 menduga, sebagian penduduk Indonesia sudah terinfeksi dan tidak bergejala. Kata dia, jenis vaksinasi apapun akan mem-booster imunitas akibat infeksi awal. Tingkat imunitas penduduk Indonesia jauh lebih andal lawan varian Delta.

“Itu yang menjelaskan kurva pandemi tetap landai. Vaksinasi harus lanjut,” tegas dia.

Akun @Anadolodimas menimpali. Kata dia, vaksin terbukti mampu melindungi diri dari mutasi Covid-19. Vaksinasi bukan hanya semata menyelamatkan diri sendiri. Namun, juga menyelamatkan keluarga, lingkungan dan bangsa.

Akun @GunturRaharjo mengatakan, virus HIV beda dengan Covid-19. Struktur HIV lebih mirip sama influenza. HIV dan Influenza tidak ada obatnya karena mutasi virusnya sangat sadis. Keduanya mudah banget berubah bentuk, sehingga obat yang lama tidak ampuh lagi. “Makanya, vaksin influenza cuma bertahan 1 tahun doang,” kata dia.

Akun @AdrianRiksa menimpali. Dia bilang virus HIV merupakan virus alami, walaupun tidak ada obatnya, tapi jelas masalahnya dan cara menghindarinya. Sementara Covid-19, penularannya tidak jelas dan seakan-akan tidak bisa dihindari. “Aa orang tanpa gejala, tiba-tiba banyak mutasi,” ujarnya.

Menurut @ug78, masih beruntung yang bermutasi cuma selubung virus. Sehingga, perubahannya cuma lebih gampang nyebar. Tapi, level penyakit, gejala dan efek Covid dan berbahayanya tidak berubah.

“Kalau mutasinya ke pertambahan gejala dan kecepatan berkembang, ya wassalam,” katanya.

Exit mobile version