25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Cuci Darah Sama Seperti Terapi

PALANGKA
RAYA, PROKALTENG.CO

– Menurut medis, penanganan bagi penhidap penyakit gagal ginjal dikategorikan
menjadi beberapa jenis. Yang pertama yakni, Hemodialisis atau biasa dikenal
dengan cuci darah atau proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui
proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa
mesin dialisis.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Doris
Sylvanus, Dr. Nurbayanti, proses cuci darah meliputi pemasangan infus atau
selang dialiser. Pada saat prosesnya pasien masih dalam keadaan sadar, bisa
makan, bicara, bahkan menonton televisi.

“Cuci darah sama seperti terapi atau
obat, agar dapat tertolong dari komplikasi ginjal yang lebih berat, seperti
kejang, tidak sadarkan diri, dan sesak nafas,” katanya.

Kemudian ada continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD), yakni memasukkan cairan tertentu dimasukkan ke rongga perut
pasien yang sudah ditanami alat. Ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut
(peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah
sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.

Baca Juga :  5 Jenis Makanan ini Bisa Membantu Menyembuhkan Luka dengan Cepat

“Pasien akan diajarkan memakai atau
mencuci sendiri. Sekitar 1,5 sampai 2 liter cairan dimasukkan ke perut tiap
harinya. Setelah itu pasien bisa berkatifitas seperti biasanya. 4 hingga 5 jam
cairan didalam perut dikeluarkan. Cairan diganti 4 sampai 5 kali sehari,”
katanya.

Dengan catatan, lanjutnya, pasien tidak boleh
telat mengeluarkan cairan yang sudah diisikan. “Jika terlambat membuang
akan membuat gangguan di tubuh (infeksi). Untuk mengganti cairan dan membuang
cairan hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit,” katanya.

Tujuan CAPD ini untuk pasien yang masih aktif
bekerja. Atau pasien yang jaraknya jauh dari rumah sakit. Cairan didapat di
rumah sakit dengan ditanggung oleh BPJS.  Menurutnya, saat mengisi cairan tersebut,
pasien CAPD harus punya kamar khusus dan steril, tangan harus bersih dan harus
pakai masker saat mengganti cairannya.

“Jadi kamar sendiri tidak perlu kamar
yang mewah yang penting berventilasi dan kamar itu bersih. Kita kan memasukkan
sesuatu ke dalam Perut kalau ada infeksi sedikit dibiarkan 4 sampai 5 jam akan
mengganggu usus dan infeksi diamana-mana,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaat Daun Salam untuk Kesehatan

Dan ketiga yakni transplatasi ginjal. Itu
mengganti ginjal dengan ginjal yang sehat. Hanya dilakukan di rumah sakit besar
dan luar negeri.

Sementara transplatasi ginjal di Kalteng
masih belum ada. Cuci darah pun dilakukan hanya 2 kali seminggu yang pada
normalnya seharunya 3 kali seminggu karena keterbatasan alat cuci darah yang
hanya 16 buah di Doris Sylvanus.

Dari sekian banyak pasien, pasien muda
kategori umur 18-30 tahun memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Biasanya
gejala awal karena infeksi di filtrasi, karena minuman yang mengandung racun
tubuh.

“Ada paling muda umur 18 tahun
dikarenakan meminum-minuman berenergi atau vitamin dengan dosis tinggi. Ini
juga Edukasi juga buat masyarakat minuman terlalu banyak warnanya bisa
dikurangi jangan terlalu sering,” tambahnya.

Untuk menghindari
terjadinya gangguan filtrasi (penyaring ginjal), seseorang harus menghindari
makanan dan minuman yang dapat menyebabkan fungsi ginjal terganggu.  

PALANGKA
RAYA, PROKALTENG.CO

– Menurut medis, penanganan bagi penhidap penyakit gagal ginjal dikategorikan
menjadi beberapa jenis. Yang pertama yakni, Hemodialisis atau biasa dikenal
dengan cuci darah atau proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui
proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa
mesin dialisis.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Doris
Sylvanus, Dr. Nurbayanti, proses cuci darah meliputi pemasangan infus atau
selang dialiser. Pada saat prosesnya pasien masih dalam keadaan sadar, bisa
makan, bicara, bahkan menonton televisi.

“Cuci darah sama seperti terapi atau
obat, agar dapat tertolong dari komplikasi ginjal yang lebih berat, seperti
kejang, tidak sadarkan diri, dan sesak nafas,” katanya.

Kemudian ada continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD), yakni memasukkan cairan tertentu dimasukkan ke rongga perut
pasien yang sudah ditanami alat. Ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut
(peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah
sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.

Baca Juga :  5 Jenis Makanan ini Bisa Membantu Menyembuhkan Luka dengan Cepat

“Pasien akan diajarkan memakai atau
mencuci sendiri. Sekitar 1,5 sampai 2 liter cairan dimasukkan ke perut tiap
harinya. Setelah itu pasien bisa berkatifitas seperti biasanya. 4 hingga 5 jam
cairan didalam perut dikeluarkan. Cairan diganti 4 sampai 5 kali sehari,”
katanya.

Dengan catatan, lanjutnya, pasien tidak boleh
telat mengeluarkan cairan yang sudah diisikan. “Jika terlambat membuang
akan membuat gangguan di tubuh (infeksi). Untuk mengganti cairan dan membuang
cairan hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit,” katanya.

Tujuan CAPD ini untuk pasien yang masih aktif
bekerja. Atau pasien yang jaraknya jauh dari rumah sakit. Cairan didapat di
rumah sakit dengan ditanggung oleh BPJS.  Menurutnya, saat mengisi cairan tersebut,
pasien CAPD harus punya kamar khusus dan steril, tangan harus bersih dan harus
pakai masker saat mengganti cairannya.

“Jadi kamar sendiri tidak perlu kamar
yang mewah yang penting berventilasi dan kamar itu bersih. Kita kan memasukkan
sesuatu ke dalam Perut kalau ada infeksi sedikit dibiarkan 4 sampai 5 jam akan
mengganggu usus dan infeksi diamana-mana,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaat Daun Salam untuk Kesehatan

Dan ketiga yakni transplatasi ginjal. Itu
mengganti ginjal dengan ginjal yang sehat. Hanya dilakukan di rumah sakit besar
dan luar negeri.

Sementara transplatasi ginjal di Kalteng
masih belum ada. Cuci darah pun dilakukan hanya 2 kali seminggu yang pada
normalnya seharunya 3 kali seminggu karena keterbatasan alat cuci darah yang
hanya 16 buah di Doris Sylvanus.

Dari sekian banyak pasien, pasien muda
kategori umur 18-30 tahun memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Biasanya
gejala awal karena infeksi di filtrasi, karena minuman yang mengandung racun
tubuh.

“Ada paling muda umur 18 tahun
dikarenakan meminum-minuman berenergi atau vitamin dengan dosis tinggi. Ini
juga Edukasi juga buat masyarakat minuman terlalu banyak warnanya bisa
dikurangi jangan terlalu sering,” tambahnya.

Untuk menghindari
terjadinya gangguan filtrasi (penyaring ginjal), seseorang harus menghindari
makanan dan minuman yang dapat menyebabkan fungsi ginjal terganggu.  

Terpopuler

Artikel Terbaru