Bagi sebagian wanita, urusan kecantikan memang selalu menarik untuk dibicarakan. Termasuk soal perawatan wajah menggunakan masker.
Salah satu informasi yang banyak beredar adalah mengenai penggunaan air mani sebagai masker wajah. Benarkah bermanfaat?
Manfaat air mani untuk wajah
Air mani mengandung banyak nutrisi, yang jika ditelusuri satu per satu, memiliki manfaat bagi kulit. Kandungan yang terdapat pada air mani antara lain protein, zink, magnesium, kalsium, potasium, dan fruktosa yang bermanfaat untuk menutrisi dan melembabkan kulit.
Selain itu, air mani mengandung spermin. Ini adalah antioksidan kuat yang dapat membuat kulit awet muda lebih lama, menghaluskan kulit, meratakan kerutan, serta mengobati jerawat.
Bahkan, sebagian pabrik kosmetik mengklaim bahwa spermin memiliki kekuatan antioksidan 30 kali lebih efektif dibanding vitamin E, dan dapat mengurangi proses penuaan sebesar 20 persen.
Karena berbagai kandungan tersebut, air mani dipercaya dapat digunakan sebagai masker wajah.
Meski begitu, air mani dapat menularkan penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, HIV/AIDS, sifilis, gonore, herpes, dan lainnya. Karena itu, pastikan ‘donor sperma’ Anda bersih dan bebas dari penyakit-penyakit tersebut.
Tak hanya penyakit, air mani juga dapat menimbulkan gejala reaksi alergi pada beberapa orang-orang. Gejala alergi yang timbul bervariasi –mulai dari ruam kemerahan, gatal, biduran, hingga dapat menimbulkan jerawat lantaran kadar testosteron (hormon pria) yang tinggi pada air mani.
Jika menggunakan sperma yang terlalu kental, kadar kandungan-kandungan di dalamnya pun bisa menjadi terlalu tinggi. Bukannya mendatangkan keuntungan, urea, fruktosa, dan spermin justru dapat menimbulkan iritasi pada kulit wajah.
Namun, terlepas dari semuanya itu, sudah ada perusahaan kosmetik Norwegia yang menjual krim wajah berbahan dasar air mani dengan harga yang fantastis, yakni 250 dollar atau setara dengan Rp3.375.000.
Air mani memang memilki kandungan nutrisi yang besar. Namun, penggunaannya sebagai masker wajah untuk kecantikan kulit masih kontroversial dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut.(DA/RH/kikdokter)