26.7 C
Jakarta
Saturday, April 19, 2025

Kurangi Risiko Kelainan Genetik Bayi Tabung

PENYAKIT genetik pada embrio
sering menghantui orang tua saat merencanakan kehamilan program bayi tabung.
Namun, kini ada cara untuk mengurangi risiko keguguran dan adanya penyakit
genetik embrio. Yakni, metode skrining pada embrio yang berupa pre-implantation
genetic testing for aneuploidy (PGT-A).

Menurut dr Benediktus Arifin
MPH SpOG FICS, program bayi tabung belum seutuhnya memberikan kehamilan
terbaik. Beberapa penyakit seperti talasemia, diabetes melitus, kelainan
jantung bawaan, atau perlambatan mental masih bisa terjadi pada embrio. Apalagi
sebagian besar yang mengikuti program bayi tabung adalah pasangan yang salah
satu atau keduanya bermasalah.

”Masalah itu bermacam-macam.
Bisa berupa saluran telur tidak berfungsi dengan baik, jumlah sperma sangat
sedikit, gerakan sperma lambat, dan lain-lain,” ujarnya kemarin (1/9). Kelainan
kromosom embrio merupakan penyebab terbesar kegagalan program bayi tabung.
Yakni, sekitar 80 persen. Embrio yang mempunyai kelainan kromosom (aneuploidy)
tidak dapat berkembang dengan normal. Umumnya akan terjadi kegagalan

Baca Juga :  Virus Korona Rentan di Kerumunan, Jangan Sentuh Area Wajah

Karena itu, PGT-A dibutuhkan.
”PGT-A adalah tes untuk memeriksa jumlah kromosom embrio sebelum ditransfer
pada program bayi tabung,” ucap dr Amang Surya P SpOG F-MAS di talkshow PGT-A
yang diadakan Morula IVF Surabaya kemarin. Dengan begitu, hanya embrio dengan
jumlah kromosom normal yang ditanamkan kembali ke dalam rahim. ”Dengan PGT-A,
keberhasilan program bayi tabung menjadi lebih dari 90 persen,” paparnya.

Menurut dia, PGT-A tidak bisa
dilakukan pada pembuahan normal. Ketika skrining tersebut dilakukan, embrio
dari proses bayi tabung akan dibiopsi. Diambil 2–5 sel untuk dianalisis secara
genetik. ”Lalu, akan diketahui embrio tersebut normal atau tidak melalui metode
next generation sequencing (NGS),” ucap Amang setelah launching PGT-A di
National Hospital kemarin. Kelebihannya, tingkat akurat dan tingkat
ketepatannya tinggi.

Baca Juga :  Buktikan 5 Manfaat Rutin Minum Susu Kedelai Untuk Kesehatan

Selanjutnya, embrio tersebut
dapat ditentukan mana yang akan ditransfer ke rahim. ”Embrio dengan jumlah
kromosom 46 atau 23 pasang yang direkomendasikan untuk ditransfer,” ungkap dr
Ali Mahmud SpOG (K) FER. Dengan begitu, peluang keberhasilan bayi tabung dapat
ditingkatkan. Risiko terjadinya penyakit genetik embrio juga akan berkurang.(jpc)

 

PENYAKIT genetik pada embrio
sering menghantui orang tua saat merencanakan kehamilan program bayi tabung.
Namun, kini ada cara untuk mengurangi risiko keguguran dan adanya penyakit
genetik embrio. Yakni, metode skrining pada embrio yang berupa pre-implantation
genetic testing for aneuploidy (PGT-A).

Menurut dr Benediktus Arifin
MPH SpOG FICS, program bayi tabung belum seutuhnya memberikan kehamilan
terbaik. Beberapa penyakit seperti talasemia, diabetes melitus, kelainan
jantung bawaan, atau perlambatan mental masih bisa terjadi pada embrio. Apalagi
sebagian besar yang mengikuti program bayi tabung adalah pasangan yang salah
satu atau keduanya bermasalah.

”Masalah itu bermacam-macam.
Bisa berupa saluran telur tidak berfungsi dengan baik, jumlah sperma sangat
sedikit, gerakan sperma lambat, dan lain-lain,” ujarnya kemarin (1/9). Kelainan
kromosom embrio merupakan penyebab terbesar kegagalan program bayi tabung.
Yakni, sekitar 80 persen. Embrio yang mempunyai kelainan kromosom (aneuploidy)
tidak dapat berkembang dengan normal. Umumnya akan terjadi kegagalan

Baca Juga :  Virus Korona Rentan di Kerumunan, Jangan Sentuh Area Wajah

Karena itu, PGT-A dibutuhkan.
”PGT-A adalah tes untuk memeriksa jumlah kromosom embrio sebelum ditransfer
pada program bayi tabung,” ucap dr Amang Surya P SpOG F-MAS di talkshow PGT-A
yang diadakan Morula IVF Surabaya kemarin. Dengan begitu, hanya embrio dengan
jumlah kromosom normal yang ditanamkan kembali ke dalam rahim. ”Dengan PGT-A,
keberhasilan program bayi tabung menjadi lebih dari 90 persen,” paparnya.

Menurut dia, PGT-A tidak bisa
dilakukan pada pembuahan normal. Ketika skrining tersebut dilakukan, embrio
dari proses bayi tabung akan dibiopsi. Diambil 2–5 sel untuk dianalisis secara
genetik. ”Lalu, akan diketahui embrio tersebut normal atau tidak melalui metode
next generation sequencing (NGS),” ucap Amang setelah launching PGT-A di
National Hospital kemarin. Kelebihannya, tingkat akurat dan tingkat
ketepatannya tinggi.

Baca Juga :  Buktikan 5 Manfaat Rutin Minum Susu Kedelai Untuk Kesehatan

Selanjutnya, embrio tersebut
dapat ditentukan mana yang akan ditransfer ke rahim. ”Embrio dengan jumlah
kromosom 46 atau 23 pasang yang direkomendasikan untuk ditransfer,” ungkap dr
Ali Mahmud SpOG (K) FER. Dengan begitu, peluang keberhasilan bayi tabung dapat
ditingkatkan. Risiko terjadinya penyakit genetik embrio juga akan berkurang.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru